You've Got Mail: Chapter 6
Tawan menutup pintu mobil dengan senyuman yang tak pernah luntur dari bibirnya. Dia memasang seatbelt dengan gembira, sesekali terkekeh mengingat bagaimana Joss digoda oleh para pekerja disana.
Jika banyak mengira Tawan cemburu, maka jawabannya adalah tidak sama sekali. Melihat wajah Joss meringis dengan tidak nyaman menjadi kesenangan tersendiri untuknya. Wajah anak lelaki yang biasa tengil itu terlihat kesusahan dan meminta pertolongan padanyan.
“Seneng ya bang?” Suara menyindir Joss membuyarkan pikiran Tawan.
“Seneng dong, emang adik kita yang satu ini gak seneng?” Tawan menatap Joss dengan pandangan jahilnya yang dibalas lelaki itu dengan dengusan pelan.
Joss mengabaikan Tawan dan mulai menjalankan mobilnya dengan serius. Tawan masih tetap memperhatikan side profil wajah Joss yang terlihat sangat kokoh dengan rahang tegas dan leher jenjang yang menyempurnakan penampilannya.
Tawan mengulurkan tangannya dan menyentuh rahang Joss tanpa aba-aba, tubuh Joss menegang saat tangan mungil itu meraba rahangnya dengan hati-hati.
“Ini buat dipake potong wortel bisa kali ya.” Bisik Tawan dengan takjub.
Joss berdehem dengan canggung dengan telinga yang sudah sepenuhnya memerah, namun Tawan tidak memperhatikan hal tersebut.
“Kenapa lo bisa cakep banget gini deh Joss.” Bisik Tawan lagi.
Joss Wayar tergugu atas pertanyaan yang diberikan oleh kakak tingkatnya, lelaki itu hanya bisa mengulum bibirnya dan mencoba menenangkan jantungnya yang berdebar tanpa henti.
“Ya gatau dah kenapa gua cakep, bawaan dari lahir sih bang.” Jawab Joss dengan suara yang sedikit cracky.
Tawan menyadari bahwa lelaki disebelahnya sedang gugup, dia menerbitkan senyuman jahilnya.
Tawan membuka seatbeltnya dengan perlahan, dan dengan cepat dia menjadikan pundak Joss sebagai pegangan dan
Cup
Memberikan kecupan kilat pada lelaki yang lebih muda itu.
Joss menginjak remnya dengan cepat karena rasa terkejut yang luar biasa. Tawan hampir terpental jika saja dia tidak berpegangan pada Joss.
“BANG” Teriak Joss frustasi.
Lelaki itu mengusap wajahnya dengan lelah dan mengatur pernafasannya. Untung saja mereka belum masuk jalan raya, masih di gang-gang yang sepi.
Tawan menampilkan senyuman polosnya dan menatap Joss dengan binaran mata yang penuh akan kekaguman.
“Lu tuh....” Ucap Joss dengan penuh penekanan.
“Lu tuh jangan aneh-aneh. Udah tau gua anaknya lemah kalo sama lu.” Lanjut Joss dengan suara memelas.
“Kan hadiah...” Jawab Tawan dengan lugu.
“Kan bisa nanti?”
“Maunya kasih sekarang..”
Joss menghempaskan kepalanya ke jok mobil dengan lelah. Jantungnya semakin berdebar melihat Tawan yang dengan sengaja menggodanya seperti ini.
Joss menenangkan dirinya dan kembali menjalankan mobilnya dengan perlahan.
“Cepet pake lagi seatbeltnya, bahaya kalau gak pake.” Ucap Joss dengan lembut.
Tawan mengangguk dan kembali memakai seatbeltnya, dia duduk dengan tenang namun matanya masih memperhatikan Joss dengan seksama. Telinga lelaki itu memerah, dan tubuhnya masih terlihat tegang.
“Joss..” Panggil Tawan.
“Apa..”
“Makasih ya hari ini udah nemenin gua. Lo paling keren pokoknya. Pacar paling keren sedunia.” Puji Tawan dengan senyumannya.
Joss yang belum pulih dari degupan jantung yang bertalu-talu hanya bisa terkekeh dengan miris, jantungnya kasihan.
“Iya, kalau mau berdiri disamping Tawan berarti gua harus jadi yang paling keren, karena lu juga sekeren itu.”
Tawan menunjukkan ekspresi tidak terimanya, “Gak gitu. Gak harus jadi keren kalau mau berdiri disamping gua. Cukup sayang sama gua aja kok.”
“Berarti gua lolos dong?”
“Bukan lolos lagi, lo udah melampaui batas dan udah gua sayang.” Bisik Tawan.
“GIMANA?” Joss menoleh kearah Tawan dengan wajag terkejut luar biasa. Untung saat ini lampu lalu lintas sedang menunjukkan warna merah.
“Malesin.” Bete Tawan.
“Bang, gimana tadi kayaknya gua salah denger?” Pinta Joss dengan wajah berbinar.
“Iya emang salah denger.”
Joss menurunkan pundaknya, dan menampilkan ekspresi sedihnya. Tawan memalingkan wajahnya dari wajah Joss yang terlihat sangat menggemaskan.
“Yah... Yaudah emang gua salah denger kali ya.” Balas Joss tanpa semangat.
Tawan mendengus kecil, dia tau Joss sedang berpura-pura. Tidak mungkin Joss tidak mendengar ucapannya tadi.
“Nih.” Tawan menyerahkan jemari tangannya ke arah Joss.
“Apa?” Tanya Joss tidak mengerti.
Tawan mendengus kecil, “Cepet pegang. Katanya sayang gua. Ini cepet pegang tangan gua.” Omel Tawan.
Joss tidak begitu mengerti namun dia tetap menyatukan jemari tangan mereka berdua. Sesekali Joss mengelus tangan Tawan dengan sayang.
“Jangan lepasin ya! Sampe gua wisuda, sampe nanti nanti pokoknya jangan pernah lepasin. Kalau gua seneng pegang tangan gua, kalau gua sedih juga pegang tangan gua. Begitupun sebaliknya, kalau lo sedih, lo boleh pegang tangan gua. Kalau lo seneng, lo juga boleh pegang tangan gua. Bebas deh.” Jelas Tawan dengan cepat.
Joss terkekeh dengan bahagia, “I won't. Jangan lepasin pegangan tangan gua juga ya, bang?”
Tawan mengangguk tanpa sadar. Pipinya memerah dengan sempurna, dia memalingkan wajagnya dari Joss. Menghindari tatapan dalam yang diberikan lelaki itu.
Mengenal Joss selama sebulan ini sudah cukup untuknya memastikan bahwa dirinya berada dalam genggaman tangan yang benar. Bahwa semua hal yang terjadi padanya akhir-akhir ini adalah hal yang benar, dan Tawan ingin kembali merasakan perasaan itu.
Perasaan bahagia saat dia berada disamping Joss, perasaan aman, perasaan menggelitik diperutnya, dan perasaan disayangi dengan begitu besar. Tawan ingin merasakannya berulang kali, hingga nanti akhir nanti.
Tawan melirik Joss yang masih fokus menyetir, tangan kanannya masih digenggam oleh lelaki itu. Untung saja dia terbiasa mengetik dengan satu tangan.
“Joss?” Panggil Tawan.
“Kenapa?”
“Gak usah cari makan ya, pulang ajaaa.”
“Kenapa emangnya?” Joss bertanya dengan dahi yang berkerut kebingungan.
“Mau dinner bareng bunda gak? Tadi bunda ngajak dinner katanya dan suruh ajak lo buat dinner bareng.”
“Dinner bareng keluarga lu?” Tanya Joss memastikan.
Tawan memutar bola matanya, “Iyaaaa.”
“Yaudah ayo...”
“Lo gak mau mikir-mikir dulu gitu?!” Tanya Tawan tidak percaya.
“Apa yang mau dipikirin dah bang.” Tanya Joss balik.
“Ya apa gitu, kayak penampilan gua kurang sopan atau ini lah atau itu. Kan biasanya begitu?” Jelas Tawan.
Joss melirik pakaian yang digunakannya, baik-baik aja kok. Apa yang harus diperhatiin lagi emangnya?
“Coba bang lu liat gua.” Perintah Joss.
Tawan membalikkan tubuhnya ke arah Joss dan memperhatikan lelaki itu seperti yang telah disuruh.
“Liat, gua oke gak?” Tanya Joss.
Tawan mengobservasi lelaki itu sekali lagi, ya bener oke sih.... Tawan tidak akan mengelak bahwa Joss memang selalu tampan apapun pakaian yang digunakannya.
“Ya oke sih..” Jawab Tawan ragu.
“Yaudah kalau oke apa lagi yang mau dipikirin.” Joss melepaskan pegangannya pada stir mobil untuk mengusak rambut Tawan sambil terkekeh dengan geli.
“Jadi sekarang ke mana?” Tanya Joss dengan senyumannya.
“Ke restaurant omah sendok tau gak? Yang di jalan Taman MPU sendok, selong, kebayoran baru?”
“Gak tau tempat pastinya, nanti diarahin aja ya?”
“Iya, ayo nanti keburu macetttt.”
“Udah macet bang.” Celetuk Joss.
Tawan dan Joss terkekeh bersamaan. Entah mereka merasa ini adalah hal yang lucu. Mungkin selera humor mereka yang berada dilevel sama atau memang mereka menyukai sensasi menggelitik yang muncul setiap kali menyukuri presensi satu sama lain.
Tawan terkekeh setelah membaca ulang chatnya bersama teman-temannya. Dari dulu hingga sekarang mereka tidak pernah berubah, meskipun berbeda peminatan tapi mereka masih saling support satu sama lain. Tawan benar-benar bersyukur memiliki mereka sebagai teman.
Tawan mendongkakkan kepalanya, memperhatikan jalanan disekitar, sudah sampai di selong, tinggal memberi tahu Joss arah yang benar ke omah sendok.
“Joss itu nanti pas ada pertigaan belok kanan ya, 200 meter dari situ sampe di omah sendok kok.” Jelas Tawan menunjukkan jalan pas kekasihnya.
Joss mengangguk dan tersenyum kecil, sepanjang perjalanan Tawan tidak bisa membiarkan bibirnya diam barang sedetikpun. Ada saja hal yang dia ucapkan, entah tentang dirinya atau tentang teman-temannya.
Joss menikmatinya, biasanya mereka bernyanyi bersama sepanjang jalan. Namun kali ini suara lagu yang berputar bahkan seperti bisikan. Tidak terdengar jika Tawan sudah mulai mengeluarkan suaranya.
“Ini ini disiniiiiii!!” Pekik Tawan dengan gembira.
Joss Wayar tertawa dengan senang melihat Tawan yang berjingkrak seperti anak kecil karena terlalu semangat.
“Eh udah ada mobil ayah. Tuh liatttt alphard punya ayah.” Gumam Tawan dengan pelan.
Joss tersenyum dan membuka kunci mobilnya, lelaki itu sedikit merapikan penampilannya di kaca dan menunggu Tawan yang masih sibuk dengan barang-barangnya.
“Gak usah dibawa bang, taro di dalem ajaaa.” Ucap Joss saat melihat Tawan menarik tas punggung yang dibawanya tadi.
“Mau ambil parfum tauuu.” Gumam Tawan.
Joss tersenyum kecil melihat Tawan menyemprotkan parfum beraroma citrus miliknya. Padahal tanpa Tawan melakukan hal itu, lelaki itu masih memiliki aroma citrus yang kuat.
“Ayoooo.” Ajak Tawan. Tangannya ia serahkan pada Joss untuk digenggam yang disambut dengan genggaman eratnya.
Senyuman diwajah mereka tidak kunjung sirna, Joss sendiri dapat mengatasi rasa gugupnya karena dia tau bahwa Tawan ada bersamanya.
“Mba atas nama Mr. Vihokratana.” Ucap Tawan saat sampai dimeja receptionist.
“Mr. Tawan Vihokratana, Mr. Joss Wayar? Mari ikut saya. Sudah ditunggu oleh bapak dan ibu Vihokratana.” Ucap pegawai itu.
Tawan mengangguk dan mengikuti sang pegawai dengan hening. Sesekali jaringa mengelus punggung tangan Joss dengan maksud menenangkan lelaki itu dari rasa gugup.
“Silahkan, Mr. Vihokratana dan Mr. Wayar.” Ucap pegawai itu mempersilahkan.
Tawan berterima kasih dengan senyumannya dan masuk ke dalam ruangan yang sudah dibooking oleh keluarganya.
Dia melihat ayah, bunda, kakak perempuannya, dan sepupu-nya sedang bercengkrama dengan asik.
“Bundaaa, ayahhhh” Panggil Tawan.
“Eh abang udah dateng. Sini abang sama Joss duduk. Capek ya pasti?” Sambut Ibu Tawan dengan semangat. Dia menarik Joss untuk duduk bersamanya.
“Bun aku mau deket bunda sih, kenapa jadi yang ditarik Joss.” Protes Tawan.
Joss terkekeh kecil melihat kelakuan manja Tawan pada keluarganya, dia kembali berdiri dan menarik Tawan untuk duduk disamping ibunya dan dia menempatkan diri duduk disamping lelaki itu.
Joss memberikan salam senyum kepada semua orang yang berada dimeja ini.
“Oh jadi ini pacarnya adek.” Goda Muk.
“Gilaaa bang Tay pacar lu keren banget dah. Cakep.” Ucap sepupu Tawan.
Joss melirik Tawan dan Tawan hanya menganggukkan kepalanya.
“Malam, tante, om, dan semuanya. Perkenalkan saya Joss Wayar. Saya adik tingkat bang Tay, lagi semester 4 dan peminatannya K3 dan saya pacar bang Tay.” Ucap Joss memperkenalkan dirinya dengan sopan.
“Iya iya saya udah kenal kamu, diceritain sama bundanya Tawan. Katanya abang punya pacar yang sopan dan gentle.” Kekeh Ayah Tawan dengan mata yang menyipit.
Joss mengusap tengkuknya mendengar pujian dari orang tua kekasihnya. Bukan apa-apa, hanya saja rasanya seperti diberikan restu untuk melamar sang anak dengan resmi.
“Haha masih om.” Balas Joss dengan sedikit canggung.
“Joss, beneran mau nih lo sama adek gue? Apa gak nyesel?” Goda Muk.
Tawan bangkit dan menarik kemeja sang kakak yang ia lampirkan di pundak.
“Lo diem bisa gakkkk.” Amuk Tawan.
Muk hanya tertawa melihat kekesalan adiknya. Dia senang menggoda Tawan karena anak lelaki itu akan ngambek seperti anak kecil. Lucu menurutkan karena adik bungsunya tidak bisa diajak bercanda seperti Tawan.
“Udah ah jangan berantem, gak malu apa sama Joss udah pada tua malah berantem?” Omel sang bunda.
Tawan cemberut dan mendusel dilengan bundanya. Tawan memang sangat manja dengan bunda karena dia suka dijahili oleh kakaknya, dia tidak bisa menjahili balik perempuan itu karena dia akan mengadu dengan perkataan yang diputarbalikkan kepada ayah.
Joss mengusak rambut Tawan tanpa sadar, “Gemes banget.” Gumamnya agak keras.
Keadaan yang semula ramai langsung hening saat mendengar gumaman Joss. Sementara Tawan sendiri sudah memerah karena perlakuan lelaki itu.
Joss menyadari bahwa ucapannya terlalu keras pun ikut terdiam, dia melirik semua orang yang saat ini meliriknya.
Cengirannya ia tampilkan dengan canggung, “Om, tante, semuanya. Maaf ya saya kelepasan karena udah kebiasaan.” Ucapnya malu.
Ayah Tawan hanya tertawa dan menepuk pundak Joss dengan pelan.
“Gapapa, gapapa paham lah kita semua kalau pasangan baru jadian. Iya gak bun?” Goda Ayah Tawan.
Bunda Tawan hanya mengangguk dengan lengan yang sibuk menutupi wajah memerah Tawan, permintaan anak lelaki berusia 21 tahun itu.
Makanan yang dipesan sudah datang, orang tua Tawan memang sudah memesan makanan terlebih dahulu. Mereka juga sudah menelfon Tawan untuk menanyakan Joss apa memiliki alergi atau makanan yang tidak disukai.
“Ayo nak Joss, dimakan makanannya. Pasti capek kan?” Bunda Tawan memindahkan lauk ke piring nasi Joss dengan senyuman lembutnya.
Joss tersenyum kecil dan mengangguk, sudah lama sekali rasanya dia tidak merasakan hal seperti ini. Biasanya dirumah hanya ada dirinya dan adiknya dan juga bibi yang mengurusnya sejak kecil. Joss merasa bahagia.
“Joss gimana kuliahnya lancar kan? Om denger-denger kamu nemenin Tawan terus ya akhir-akhir ini? Jangan sampe kuliah kamu keganggu ya.” Ucap Ayah Tawan.
“Lancar om, kuliah saya gak terganggu kok om. Masih bisa bagi waktu. Saya juga nemenin bang Tay dengan senang hati, manfaatin waktu pas dia masih jadi mahasiswa.” Jawab Joss dengan kekehan.
“Hahaha bener juga, nanti kalau Tawan sudah bekerja dia tidak ada dikampus lagi ya. Kamu juga pasti sibuk kuliah apalagi semester tua. Yaudah gapapa abisin waktu bareng abang Tawan aja dulu nak Joss.” Sambung lelaki tua itu.
Joss dan Ayah Tawan mengobrol dengan asik, mungkin karena Joss juga memiliki wawasan yang cukup luas jadi setiap obrolan yang diberikan oleh ayab Tawan dia selalu bisa menjawabnya tanpa keluar dari topik.
Hal itu membuat Tawan lega, setidaknya ayahnya menyukai pasangannya. Awalnya Tawan takut bahwa ayahnya akan memojokkan Joss hingga Joss terdiam namun mereka malah bercengkrama asik seperti teman lama.
“Oh iya abang Tay, bunda mau kerumah grandma ya mau nginep sama ayah sama kakak kamu Muk sekalian nganterin si cucu bontot pulang nih.” Ucap Bunda tiba-tiba.
“Loh kok gitu bun?? Kok gak bilang Tawan. Tawan di rumah sendiri dong?” Protes Tawan.
“Iya udah kamu gak usah ikut. Di rumah aja. Istirahat, nanti kalau ke rumah grandma kamu disuruh ke sawah lagi sama granpa.” Ucap sang Bunda lagi.
“Bunnnn ikut ajalah.” Bujuk Tawan.
“Gak usah lah, kamu nanti ajak Gun nginep aja. Nanti bunda kasih uang yang banyak buat kamu sama Gun makan-makan di rumah.” Tawar Bunda.
“Gamau Bun, please mau ikut.” Melas Tawan lagi.
“Gak usah abangggg. Oh!! Bunda tauuu!!” Ucap Bunda dengan semangat.
“Kenapa?”
“Joss, Joss mau nemenin Tawan gak di rumah?” Tanya sang Bunda.
Joss yang sedang makan dengan serius sambil mendengarkan rengekan Tawan pun tersedak karena terkejut.
“Uhuk uhuk...”
“Bunda makanya kalau ngomong diperhatiin dong, liat nih Joss sampe kesedak.” Protes Tawan.
Tangan kiri lelaki itu memberikan air putih untuk Joss, dan tangan kanannya menepuk pundak Joss dengan perlahan.
“Gimana tante?” Tanya Joss setelah tersedaknya sudah menghilang.
“Nginep di rumah deh nak Joss. Tante percaya kok sama nak Joss. Temenin Tawan di rumah ya?”
Joss menggaruk tengkuknya yang tidak terlalu gatal, dia melirik Tawan yang menatapnya dengan pandangan polos. Menatap kakak Tawan yang memandangnya dengan pandangan jahil.
“Boleh tante, kebetulan besok juga Joss kuliahnya siang.” Jawab Joss dengan sopan.
“Tuh abang, case closed. Abang di rumah nanti ditemenin sama Joss okay.” Ucap bunda Tawan mengusak rambut anak laki-lakinya.
Mereka melanjutkan makan dengan obrolan ringan seputar masa kecil Tawan bersama kakak dan adiknya. Joss banyak tertawa karena tingkah lucu kekasihnya yang sejak dulu hingga sekarang.
Joss dan Tawan keluar bergandengan tangan ke arah mobil Joss. Keluarga Tawan sudah berada di depan mereka. Siap untuk langsung pergi ke rumah nenek Tawan.
“Abang, bunda pergi dulu ya? Inget jangan lupa kunci pager, pintu, sama jendela. Makanan ada dikulkas, tinggal diangetin aja atau kalau gamau bisa pesen makanan aja ya”? Ucap sang bunda.
Tawan mengangguk dengan lesu, “Iya bunda. Besok langsung pulang ya.” Gumam Tawan.
Sang Bunda hanya terkekeh dengan senang, “Nak Joss, kami titip Tawan ya?”.
“Baik tante.” Jawab Joss dengan sopan.
Mobil ayah Tawan perlahan menghilang dari pandangan mereka berdua. Tawan menghela nafasnya pelan, dan mengajak Joss untuk langsung pulang ke rumah karena Tawan sangat ingin merebahkan tubuhnya ke tempat tidurnya.
Tawan membuka pintu kamarnya dengan perlahan, lampu kamarnya otomatis menyala dengan terang. Dibelakangnya Joss mengikuti setelah mengunci semua pagar, dan pintu.
“Joss mandi duluan gih, gua mau ngecek skripsi duluan. Kalau minum ada di mini refrigerator tuh disitu.” Tawan menunjuk ke arah meja yang dibawahnya terdapat mini refrigerator miliknya yang ia dapatkan dari orang tuanya karena menjadi perwakilan dari fkm untuk menghadiri konferensi YMAC.
“Yaudah gua mandi duluan ya? Jangan lama-lama di depan laptop. Istirahat, capek kan? Nanti kalau gua selesai mandi pokoknya udah harus nutup laptop ya.” Ucap Joss panjang lebar.
“Iya iyaa, yaudah mandi sana.” Usir Tawan.
Joss hanya terkekeh dan mengecup dahi Tawan dengan cepat dan berlalu ke kamar mandi dengan siulan yang terdengar dari bibirnya.
Tawan tersenyum lebar, hari ini dia sangat bahagia.