You've Got Mail: Chapter 4

Dua minggu terakhir adalah 2 minggu paling menyedihkan sekaligus menegangkan bagi Tawan. Setelah bimbingan bab 2 dan bab 3 kemarin, Mrs. Katreeya tiba-tiba meminta Tawan untuk sidang proposal dalam 2 minggu karena dirinya akan terbang ke Thailand selama 1 bulan untuk urusan pekerjaan lainnya.

Tawan yang diminta seperti itu tidak bisa untuk menolak, karena jika dia menunggu Mrs. Katreeya kembali, dia akan semakin lama untuk turun lapangan mencari data yang dibutuhkan.

Jadi dalam 2 minggu Tawan menyelesaikan skripsinya hingga bab 4, sekaligus mendaftarkan dirinya untuk sidang dengan segera yang tentunya dengan bantuan Mrs. Katreeya.

Dua minggu ini juga Tawan selalu ditemani oleh Joss Wayar disegala keadaan, baik saat Tawan stress, maupun saat senang, lelaki itu tetap berada disisi Tawan. Hubungan keduanya semakin dekat, Tawan sudah tidak malu untuk menunjukkan perasaannya untuk Joss. Begitupula Joss yang terus berusaha membuat Tawan merasa semakin nyaman dengannya.

Tawan keluar dari ruang sidang dengan senyum merekah di bibirnya. Sidangnya berjalan dengan lancar, tentu saja. Tawan sudah melakukan yang terbaik untuk hal ini.

“Gimana bro? Sukses?” Tanya Gunsmile dengan senyuman merekah.

“Paling keren dah gua Guns.” Ledek Tawan.

Gunsmile tertawa dan memeluk Tawan sekilas, hari ini dia hanya ditemani Gunsmile karena teman-teman lainnya tidak bisa menemaninya. Tawan tidak merasa sedih karena seminggu ini mereka sudah menemani Tawan secara terus menerus, bahkan mereka melakukan gladiresik sidang proposal Tawan agar lelaki itu tidak terlalu gugup.

“Mau kemana lu sekarang?” Tanya Gunsmile.

“Ke gedung bem aja yuk Guns, Joss lagi disana sama Singto kayaknya.”

“BEM mana”

“BEM universitas, ke fisip ya? Ntar mampir ke kopi kenangan dulu ya.”

“Oke.”

Hari ini Joss juga tidak bisa menemani Tawan karena lelaki itu ada urusan dengan BEM fakultas. Joss ada rapat untuk acara tahunan kampus yang memang secara rutin diselenggarakan, Joss Wayar menjadi kandidat sebagai ketua pelaksana. Joss memaksa untuk menemani namun Tawan menolaknya, lagipula Joss juga sudah selalu bersamanya selama 2 minggu ini.

“Jadi gimana lu sama Joss, udah bener-bener fix nih sama dia?” Tanya Gunsmile tiba-tiba.

Tawan yang sedang fokus membalas chat dari teman-temannya menoleh secepat kilat. Tumben?

“Gua lagi menerapkan let it flow dalam hidup gua.” Jawab Tawan asal.

“Terus yang itu gimana?” Tanya Gunsmile lagi.

“Itu apaan?” Balas Tawan kebingungan.

“CDC?”

Tawan menghentikan langkahnya dan langsung menatap Gunsmile tepat dimata.

“Jangan bilang lu lupa.”

“Gunsmile gimana.... Gua lupa.” Bisik Tawan nyaris tanpa suara.

Gunsmile menepuk dahinya dengan lelah. Benar kan temannya ini melupakan hal penting. Pantas saja akhir-akhir ini Tawan tidak pernah membahas tentang CDC.

“Jangan lupa bilang ke Joss.”

“Tapi penting gak sih Guns?” Tanya Tawan.

Gunsmile hanya menatap Tawan dengan pandangan “are you kidding me?”

“Ck, yaudahlah ayo ke BEM mau ketemu Joss.”

Tawan menarik Gunsmile agar berjalan lebih cepat. Iya mereka berdua berjalan kaki karena Gunsmile pergi ke kampus menebeng dengan Singto, begitupula Tawan yang tidak bisa mengendarai kendaraan bermotor sehingga dia berangkat bersama dengan kekasihnya.

Tawan melangkahkan kaki masuk ke gedung tempat anak-anak organisasi berkumpul, dia menyapa semua orang yang menyapanya dengan senyuman. Semenjak semester 8 Tawan jadi jarang sekali nongkrong disini, hanya sesekali datang untuk menjemput Singto yang masih betah berlama-lama disini.

“Bang nyari siapa? Tumben?” Sapa Seseorang.

“Oi, Talay. Nyari Joss, ada gak?” Jawab Tawan pada lelaki yang dipanggil Talay.

“Oh masih di ruang rapat, sini bang duduk.”

Tawan dan Gunsmile duduk bersama Talay dan anak-anak lainnya yang jujur saja Tawan tidak begitu hafal karena banyak wajah baru disini.

“FKM apa kabar bang?”

“Baik dah, FT sendiri apa kabar?”

“Gitu-gitu aja dah teknik.” Kekeh Talay.

Tawan ikut terkekeh sambil melemparkan senyuman pada siapapun yang tersenyum padaya.

“Beneran sama Joss nih bang?”

Tawan terkejut sedikit, “Nyampe juga beritanya di kuping lo? Biasanya sibuk nge game lo.” Jawab Tawan dengan ledekkan.

*“Ya nyampe lah anjir. Joss gitu-gitu terkenal ya bang. Apalagi pada banyak denger pada ngomong gini “Joss kalau jadi anak teknik pasti kerennya berkali-kali lipat.” Jawab Talay.

“Lah sumpah ada yang ngomong gitu?”

“Ada bang serius tapi emang si Joss anak teknik material sih siapa sangka dia malah anak kesmas.” Kekeh Talay.

Tawan dan Talay mengobrol dengan asik, mereka memang dekat karena dulu Talay adalah anggota dekdok. Meskipun mereka berbeda fakultas, hal itu tidak mempersempit obrolan mereka bahkan mereka bisa bertukar pikiran tentang isu terkini.

Tawan mengobrol sampai tidak memerhatikan sekitar, dia tidak menyadari bahwa orang yang ditunggunya sudah keluar dan sedang menatapnya dengan pandangan yang tidak bisa diartikan.

“Bang Tay.” Panggil Joss dengan suara beratnya.

Tawan menoleh dan mendapati lelaki yang ia tunggu berdiri bersandar dengan almamater yang menggantung dipundak.

“JOSS!!” Panggil Tawan dengan senyuman merekah. Dia memberikan kode pada Talay untuk mendekati Joss dan lelaki dengan rambut gondrong itu hanya terkekeh dan memberikan jempolnya.

Tawan berdiri dihadapan Joss dengan memamerkan cengiran lebarnya, matanya berbinar menatap Joss yang demi apapun saat ini terlihat super tampan.

“How was your day?” Tanya Tawan.

Joss masih memperhatikan Tawan yang terlihat sangat cerah hari ini, lelaki itu menunduk sedikit dan kembali menatap Tawan tanpa bergeming sedikitpun.

“Hey... Is that bad?” Tanya Tawan lagi, Tawan menggenggam ujung kaos Joss dengan perasaan gugup.

Joss memperhatikan sekeliling, masih ramai karena setelah ini ada rapat lagi.

Joss merangkul pinggang langsing Tawan dan mendekatkan tubuh kecil itu pada tubuhnya. Beberapa kecupan ia bubuhi dipucuk kepala Tawan.

“Bad.” Bisik Joss pelan.

Tawan berusaha menyingkirkan tangan Joss dari pinggangnya namun lelaki itu semakin mengeratkan rangkulannya. Tawan pasrah dan mengalungkan tangannya dipundak Joss dengan kaki yang berjinjit karena tubuh Joss yang terlalu tinggi untuknya.

“Ngapain sih, maluuuuu.” Bisik Tawan tertahan diperpotongan leher Joss.

“Nope.”

“Hey what's wrong?”

“Kiss me please.”

Tawan melepaskan pelukan Joss dan berjalan mundur beberapa langkah.

“Lo udah gila ya?!” Omel Tawan dengan wajah yang memerah dengan sempurna.

Joss melembutkan pandangannya dan terkekeh, memberi gestur Tawan untuk kembali memeluknya.

“No, I won't. Nanti lo aneh-aneh. Masih banyak orang tau gak?!” Tolak Tawan mentah-mentah.

Joss menggeleng dan menunjukkan dua jarinya sebagai tanda bahwa ia berjanji tidak akan melakukan hal aneh.

“Promise me?” Tawan memberikan jari kelingkingnya.

Joss tersenyum kecil, dan menyambut jemari kecil itu dengan miliknya. Tawan memberikan senyumannya kembali dan memeluk Joss dengan erat.

“Gimana sidangnya? Lancar?” Bisik Joss pelan. Lelaki tinggi itu menghirup wangi citrus yang keluar dari tubuh Tawan. Rasanya ia sangat merindukan lelaki kecil ini, padahal mereka hanya berpisah beberapa jam.

“Lancar dong, siapa dulu?Tawan Vihokratana.” Pamer Tawan.

Joss tergelak kecil dan mengusakkan hidungnya pada hidung Tawan.

“I'm proud of you.”

“Harus.”

Joss semakin tergelak mendengar balasan percaya diri Tawan. Sejak email yang ia kirimkan tentang Tawan harus mendefinisikan dirinya setinggi mungkin jika bersamanya, Joss merasakan perubahan yang cukup jelas pada diri lelaki itu.

Tawan jadi semakin percaya diri, dan semakin bergantung padanya. Joss tidak masalah, selama dia masih bisa melakukannya maka Tawan tidak perlu khawatir karena Joss Wayar akan selalu mengangkat lelaki itu setinggi yang ia bisa.

“Udah makan?” Tanya Joss yang dibalas gelengan kepala dari lelaki yang masih berada didekapannya.

“Nanti pulangnya makan dulu ya.”

Tawan mengangguk dan melepaskan pelukannya.

“Dah sana rapat lagi, semangat ya calon ketua pelaksana.” Ucap Tawan sambil menepuk pundak Joss untuk menyemangati lelaki itu.

Joss menangkup pipi Tawan dan dengan gemas menekan pipi lelaki itu hingga bibir Tawan maju seperti bebek.

“Ngspains sish” Omel Tawan tidak jelas karena pipinya yang masih menjadi sasaran Joss.

“Gemes banget pacar Joss Wayar.” Ucap Joss main-main.

Tawan berusaha melepaskan tangan besar lelaki itu dari pipinya namun tidak membuahkan hasil apa-apa.

Joss mendekatkan wajahnya dan mengecup hidung Tawan dengan kekehan yang masih setia terdengar dari bibirnya.

“Gua rapat dulu ya bang, jangan bandel.”

Tawan mengangguk dengan susah payah, Joss akhirnya melepaskan tangannya dengan tidak rela. Joss tersenyum lebar sekali melihat wajah Tawan yang memerah, entah karena marah ataupun malu Joss tidak bisa membedakannya namun ekspresi cemberut yang Tawan tunjukkan membuatnya semakin terlihat menggemaskan.

“Udah jangan cemberut terus.” Tegur Joss.

“Sakit anjir, pasti merah pipi gua!” Gerutu Tawan.

Joss tertawa kecil, “Yaudah maaf ya.” Ucap Joss dengan usapan pelan di rambut Tawan.

“Hm, udah gih sana masuk. Gua tunggu diluar ya sama Talay.”

“Kenal Talay?”

“Kenal, dia dulu dekdok.”

Joss menunduk dan berbisik pelan, “Jangan terlalu akrab gitu, gua cemburu.” Bisik Joss pelan.

Joss mengusap sekali lagi rambut Tawan dan meninggalkan lelaki itu masuk ke dalam ruang rapat. Satu hal yang Joss tidak sempat lihat adalah, wajah memerah Tawan dengan senyuman tertahan yang menghiasi paras tampannya.


Rapat hari itu selesai ketika jarum jam berada diangka 7 malam. Tawan melihat Joss yang keluar ruang rapat dengan keadaan yang cukup tidak rapi, almamaternya yang kusut hanya dia letakkan di pundak dengan rambut yang berantakan.

Tawan pamit pada Gunsmile dan teman-teman lainnya untuk mendatangi Joss. Tawan tersenyum kecil saat mata lelaki itu bertubrukan dengan matanya.

“Capek ya? Ayo pulang.” Ajak Tawan. Tawan mengambil jemari Joss untuk digenggamnya.

Joss mengeratkan pegangan tangan mereka dan berjalan keluar ruangan dengan cukup tergesa. Kepalanya pusing, benar ya untuk menyatukan persepsi itu sangat sulit. Untuk menyatukan persepsi satu fakultas saja sulit, apalagi hampir seluruh fakultas seperti ini.

“Tadi alot banget emang rapatnya?” Tanya Tawan lagi.

“Hm.”

“Siapa yang masih keras kepala?”

“Hukum.”

Tawan mengelus punggung tangan Joss dengan ibu jarinya. Memberikan semangat pada kekasihnya, dia jarang sekali melihat sisi Joss yang seperti ini. Aura dominannya sangat terlihat dan terasa mengintimidasi.

Joss Wayar membuka pintu penumpang mobilnya dan mendorong Tawan untuk masuk ke dalam. Tawan sendiri mengerjapkan matanya kebingungan, namun tetap mengikuti apa yang Joss pinta.

“Joss mau ngapain?”

Joss ikut masuk ke kursi penumpang dan merebahkan kepalanya di paha Tawan dengan mata yang ia pejamkan.

“Bentar bang, gua capek banget.”

Tawan terkejut sesaat, “Yaudah tidur dulu gapapa.”

Tawan melepaskan tasnya dan meletakkannya di bawah. Dia mengelus rambut Joss dengan sayang. Matanya meneliti Joss yang memang terlihat lelah.

“Bang.” Panggil Joss dengan mata yang masih ia pejamkan.

“Kenapa?”

“Maaf ya tadi gua gak bisa nemenin lu sidang.”

Tawan menggeleng pelan, “Gapapa, kenapa sih dipikirin banget? Kan sidangnya juga udah lancar.”

“Tapi kan gua janji mau nemenin.”

“Gapapa Joss Wayar, lo udah nemenin gua 2 minggu. Gua harusnya bilang makasih ke lo. Makasih ya.”

Joss membuka matanya, wajahnya berhadapan dengan wajah Tawan yang memang ia tundukkan.

“Bang, gua sayang banget sama lu.” Ucap Joss tiba-tiba.

Tawan tergagap dengan wajah yang memerah, dia mengalihkan pandangannya dari wajah tampan Joss dan mendehem pelan.

“Iya gua tau....” Bisik Tawan nyaris tanpa suara.

Joss bangun dari posisinya dan menatap Tawan dengan penuh kasih sayang. Mata Joss beralih pada bibir Tawan yang terlihat mengkilap karena beberapa kali lelaki itu basahi.

“Asli, gua sayang banget sama lu bang ah elah.” Bisik Joss frustasi.

Tawan mengangguk mengiyakan, “berisik ih gua tau kok kalo lo sayang sama gua. Makasih ya udah sayang sama gua.” Balas Tawan dengan tatapan teduhnya.

“Can I?” Pinta Joss setengah berbisik.

Wajah Tawan semakin memerah saat menyadari permintaan Joss dan tatapan lelaki itu.

“Hum.” Angguk Tawan dengan gugup.

Joss Wayar tersenyum kecil, dia membawa Tawan untuk duduk di pangkuannya. Matanya tidak berhenti menatap lelaki yang lebih tua dengan tatapan pemujaan.

“God, I love you so much Tawan Vihokratana.” Bisik Joss frustasi.

Joss mendekatkan wajahnya pada Tawan, matanya menatap mata Tawan yang sudah dipejamkan dengan erat. Tangan Tawan meremas pundaknya dengan erat. Joss Wayar tersenyum kecil dan mulai memejamkan matanya saat kedua belah bibir mereka bertemu.

Joss melumat bibir Tawan dengan lembut, tangan besarnya mengelus pipi Tawan dengan penuh kasih sayang.

Suara kecupan terdengar cukup nyaring, baik Joss maupun Tawan saling melumat satu sama lain. Tangan Tawan sudah berpindah dari pundak ke belakang leher Joss dan mengelus pelan leher jenjang itu.

Tawan menepuk dada Joss tanda bahwa ia kehabisan nafas, Joss melumat bibirnya sekali lagi dan menggigitnya kecil sebelum menyudahi ciuman mereka. Nafas mereka memburu dengan wajah keduanya yang memerah.

Tawan memeluk Joss dan menyembunyikan wajahnya diperpotongan leher lelaki itu. Suara tawa Joss terdengar sangat jelas.

“Ngapain?” Tanya Joss dengan geli.

“Malu.” Cicit Tawan.

Joss tertawa dengan senang dan memeluk Tawan semakin erat, menyerap semua energi positif yang dimiliki lelaki dengan senyuman secerah matahari.

“Thank you bang.” Bisik Joss.

Tawan hanya berdehem dan kembali menyembunyikan wajahnya.

“Mulai ambil data kapan?” Joss membuka obrolan. Mereka masih nyaman berada dalam posisi itu, meskipun saat ini keduanya masih di parkiran FISIP tapi mereka tidak perduli.

“Minggu, kayaknya gua mau coba ke sana hari minggu deh. Seenggaknya mau ketemu sama yang punya tempat prostitusinya dulu.”

“Jam berapa?”

“Siang jam 2an.”

“Ya. Nanti gua temenin oke?”

Tawan menegakkan tubuhnya, matanya memincing mendengar ucapan Joss.

“Ngapain kok kedengerannya semangat banget?!” Tanya Tawan

“Hah?” Sahut Joss tidak mengerti.

“Ya lo mau ngapain kok semangat banget mau ikut gua ke tempat prostitusi?!” Desak Tawan.

“HAH?”

“Ck.” Tawan turun dari pangkuan Joss dan duduk dengan muka merenggutnya.

“Bang????” Panggil Joss dengan wajah tidak percaya.

“Lu lagi gak mikir aneh-aneh kan?”

“Bukannya lo yang mikir aneh-aneh?!”

“Astaga.”

Joss tertawa keras hingga perutnya terasa sakit. Yang benar saja kekasihnya ini.

Joss menangkup wajah Tawan dan menggigit hidung lelaki itu dengan gemas, “Lu tuh anjing juga ya bang gemes banget sialan.” Omel Joss.

Tawan mengerang merasakan sakit pada hidungnya, dia memukul pundak Joss agar lelaki itu menjauh namun Joss malah semakin menenggelamkan kepalanya ke dalam dada bidangnya.

“APASIH LO NIH LAGI NGAPAIN KOK GAK SOPAN.” Pekik Tawan.

“Lah? Dari tadi lu naik kepangkuan gua juga kaga sopan perasaan bang.” Ledek Joss.

“KURANG AJAR, LO YANG NAIKKIN GUA YA JOSS?!” Marah Tawan.

Joss terdiam mendengar jawaban Tawan. Tawan yang menyadari pemilihan katanya yang salah juga langsung terdiam.

Tawan menyingkirkan tangan Joss dari tubuhnya dan duduk dengan tegak. Joss juga menjauhkan tubuhnya dan membasahi bibirnya yang kering.

“Um ayo bang pulang, udah malem.” Ucap Joss dengan gugup.

“Oh iya ayo..”

Joss pindah ke kursi pengemudi begitupun dengan Tawan. Kali ini suasana mobil terasa sepi, hanya ditemani lagu yang terputar dari radio. Baik Tawan dan Joss tidak ada yang berniat memulai percakapan, tidak dengan jantung yang berdegup dengan sangat keras dan telinga yang memerah.