You've Got Mail: Chapter 3
Joss Wayar memakirkan mobilnya di depan rumah yang kemarin dia datangi. Ya, dia datang kembali untuk bertemu dengan Tay Tawan.
Joss sengaja tidak membalas seluruh chat yang dikirimkan oleh Tawan. Bukan karena lelaki itu marah, lebih tepatnya dia ingin membuat Tawan belajar menghargai seseorang yang berada disisinya. Inilah cara Joss untuk mendisiplinkan Tawan.
Lagipula, siapa juga yang marah pada lelaki yang mengirimkan email dengan pola menggemaskan seperti itu?
Joss War-Ar Sangngern maafin Tawan Vihokratana yaa
Untung saja semalam Joss bisa menahan diri untuk tidak langsung mendatangi Tawan dan memeluknya. Tawan hari ini memiliki utang untuk memeluknya.
Joss mengirimkan pesan untuk Tawan yang memberitahukan bahwa dirinya berada di depan rumah lelaki itu.
Tidak sampai 5 menit Joss dapat melihat seseorang yang terburu-buru membuka pintu gerbang, siapa lagi kalau bukan Tay Tawan.
“Hai?” Sapa Joss dengan senyuman lebarnya.
Tawan hanya mematung menatap Joss yang berdiri dengan senyuman lebarnya.
Joss terkekeh, dia dengan sengaja membuka lengannya dengan lebar. Memberi isyarat agar Tawan memeluknya.
Tanpa berpikir lebih dulu Tawan berlari dan memeluk Joss dengan erat sampai lelaki itu mengeluarkan erangan karena Tawan benar-benar menubruknya dengan keras.
“Lo tuh anjing tau gak sih Joss Wayar. Kenapa gak bales chat.” Omel Tawan dengan wajah gang dia benamkan dipundak Joss.
Joss hanya terkekeh dan memeluk balik Tawan tak kalah eratnya. Joss juga mengayunkan badan kecil Tawan ke kanan dan ke kiri.
“Iya iya maaf ya, gak gitu lagi nanti.”
“Kalo marah tuh bilang marah, jangan bawain chatime sama martabak terus kirim email abis itu chat gak dibales. Gua bingung tau gak?”
“Iyaaaa”
“Maaf ya Joss buat yang kemarin, pokoknya maaf udah bikin lo marah kemarin. Maaf udah ninggalin gak pake pamit. Maaf yaa Joss.” Suara Tawan semakin mengecil setiap katanya karena lelaki itu semakin mengusakkan wajahnya pada ceruk leher Joss.
Joss mengangguk-angguk saja, toh memang sebenarnya dia tidak marah.
“Dimaafin gak?!” Ucap Tawan lagi.
“Sini dulu mukanya ngadep gua. Masa bilang maaf gak liat orangnya.”
Tawan menolak dan semakin mengeratkan pelukannya. Dia malu. Sungguh. Pertama kalinya dia semanja ini pada orang lain selain teman dekatnya. Jika ini Gun ataupun temannya yang lain pasti Tawan sudah tidak malu lagi, namun ini adalah Joss. Adik tingkatnya yang baru beberapa hari ini mendekatinya secara terang-terangan.
Namun Tawan juga tidak mau menjadi seseorang yang munafik, Tawan merasa nyaman berada didekat Joss. Dia merasa terlindungi dan merasa disayang. Sisi manjanya seakan keluar tanpa bisa dia cegah.
“Gak. Udah cepet terima maafnya.” Paksa Tawan.
“Dih masa gituu.”
Tawan menghela nafasnya dengan sabar. Dia melepaskan pelukan Joss dan berdiri dengan tegap. Kepalanya sedikit ia dongkak-kan agar dapat bertatapan dengan mata Joss.
“Joss Wayar, gua minta maaf.” Ucap Tawan dengan lugas.
Joss tersenyum kecil, dia mendekatkan wajahnya ke arah Tawan dan langsung mengusak hidung mancungnya pada hidung Tawan sambil terkekeh senang.
Tawan yang terkejut hanya bisa mencengkram erat pundak Joss dengan wajah merah merona.
“Iya dimaafin kok.” Bisik Joss pelan.
“Anjing ya lo Joss Wayar!!!!”
Tawan mendapatkan kembali dirinya sendiri dan langsung memukuli Joss tanpa ampun. Bagaimana bisa lelaki itu mengusakkan hidungnya dengan hidung miliknya di depan rumahnya? Bagaimana jika ada tetangga yang melihat?
“ASLI BANG SAKIT INI MAH BENER.” Teriak Joss tertahan.
“Bego bego bego bego bego” Gerutu Tawan dengan wajah memerah dengan sempurna.
Joss yang mendengar gerutuan itu merasa sangat bahagia. Jantungnya berdegup dengan kencang, siapa bilang dia tidak gugup saat melakukan hal tadi? Joss juga rasanya ingin mati! Terlalu gugup dan takut kelepasan untuk mencium Tay Tawan tepat di bibir.
“Iya iya maaf gak lagi gak lagi” Balas Joss masih dengan kekehan yang terdengar dari kedua belah bibirnya.
“Terus lo ngapain disini?” Tawan bertanya setelah mampu menormalkan semua kinerja tubuhnya.
“Oh iya, sana gih rapi-rapi. Bawa laptop dan hal-hal yang lu perluin buat besok ngasih bab 2.”
“Hah?”
“Kita nginep di mcdonald's”
“HAH?”
Joss Wayar hanya mengusak rambut Tawan dan mendorong Tawan untuk masuk ke dalam rumahnya.
Tawan yang diperlakukan seperti itu hanya bisa menurut dan berjalan masuk kerumahnya masih dengan wajah yang kebingungan.
“Bang jangan lupa bawa baju ganti buat ke kampus.” Teriak Joss.
Joss tersenyum kecil dan kembali memerhatikan rumah Tawan. Ada mobil yang terparkir di garasinya. Apa keluarga Tawan berada di rumah? Jika memang benar wajar saja, sekarang sudah pukul 7 malam.
“Joss, sini masuk dulu.” Panggil Tawan dari pintu rumahnya.
“Gua?”
“Iyaa“
“Ngapain?”
“Kenalan sama bunda”
Joss mematung dengan apa yang baru saja ia dengar. Dikenalkan?
“Sini cepetannn.”
Joss mengunci mobilnya dan berjalan masuk kerumah Tawan dengan jantung yang tidak berhenti berdetak seperti ingin perang. Joss sesekali juga membasahi bibirnya yang tiba-tiba terasa kering. Dia tidak memepersiapkan diri untuk diperkenalkan seperti ini.
“Lama deh” Gerutu Tawan.
Tawan menyelipkan Tangannya pada jemari Joss dan menarik lelaki itu untuk masuk ke dalam rumahnya. Joss memandangi pegangan tangan mereka dengan mata yang tidak berkedip.
“Bundaaa...” Panggil Tawan.
“Eh siapa nih?” Tanya perempuan paruh baya yang masih terlihat sangat cantik walaupun Joss yakin umurnya sudah tidak muda lagi.
“Joss Wayar tante.” Ucap Joss sambil menyalami mama dari kekasihnya.
“Oke, Joss ini temennya abang Tay? Atau gimana?” Tanya perempuan itu lagi.
Joss melirik ke arah Tawan yang saat ini juga meliriknya. Joss akan menyerahkan jawabannya pada lelaki itu, jika Tawan mengaggapnya adik tingkat ya berarti Joss harus menerimanya.
“Pacar abang Tay bun...” Jawab Tawan dengan semburat merah yang tercetak jelas di pipinya.
Joss sendiri terkejut bukan main, dia tidak membayangkan akan dikenalkan sebagai kekasih dari lelaki itu. Joss mengusap lehernya dengan gugup dan memberikan senyuman pada ibunda dari kekasihnya.
“Lho abang Tay kok punya pacar gak bilang-bilang sama bunda? Ayo sini pacarnya abang duduk dulu. Mau minum apa nak?”
“Apa aja tante...” Jawab Joss gugup.
“Yaudah abang Tay ambilin minuman gih.” Suruh sang bunda.
“Loh kok abang?” Protes Tawan.
Tawan menghentakkan kakinya sebagai tanda bahwa dia kesal tapi tetap menuju dapur untuk mengambil minuman.
“Maafin abang Tay ya nak Joss. Dia emang manja kalau bunda lagi di rumah..”
“Iya gapapa tante, lucu kok” Kekeh Joss.
Bunda Tawan hanya tersenyum melihat lelaki yang diakui oleh anaknya ini sebagai kekasih. Sebagai orang tua dia ingin yang terbaik untuk anaknya, dia tidak akan melarang terkait orientasi seksualnya. Asal lelaki itu baik dan mencintai Tawan, itu sudah cukup baginya.
“Nak Joss sudah berapa lama pacaran dengan anak tante?”
“Baru 3 hari tante...”
“Oh baru jadian? Pantes Tawan gak kenalin sejak awal.”
“Hehe iya tante..”
“Kalau boleh tante tau, nak Joss kenapa bisa tertarik sama anak tante?”
Joss terdiam saat mendapatkan pertanyaan tiba-tiba seperti itu. Dia melirik Tawan yang baru datang dengan gelas berisi sirup.
“Joss, gua ambil barang dulu ya diatas.”
Joss mengangguk dan tersenyum kecil. Dia kembali menghadap ibunda dari kekasihnya.
“Kalau saya jawab gak ada alasan pasti klasik banget ya tan? Tapi saya kenal bang Tay itu udah sejak saya jadi mahasiswa baru. Disitu dia kakak tingkat yang baik hati, beda sama yang lain. Disaat yang lain berlomba-lomba buat menunjukkan senioritasnya dia salah satu yang tetep ramah dan semangatin dengan senyuman cerahnya.”
“Mungkin bakal terdengar cheesy banget, tapi saya suka senyumannya tan. Ibaratnya senyuman dia tuh secerah matahari, siapapun gak bakal bosen kalau liat senyumnya. Begitupun saya. Saya jatuh cinta sama anak tante secara bertahap, pertama saya akuin anak tante punya paras yang menawan. Saya tertarik karena parasnya.”
“Ketika saya perhatiin dia lebih lagi, saya jatuh cinta sama kegigihannya. Dia berusaha menjadi yang terbaik dalam hal apapun. Dia ibarat motivasi buat saya untuk menjadi lebih baik lagi. Setelah saya sudah mendefinisikan diri saya suka sama anak tante, saya menemukan hal baru yang lainnya dari dia.”
“Kepribadiannya. Saya jatuh cinta sama kepribadiannya. Dia benar-benar seperti matahari diantara banyaknya manusia yang pernah saya kenal. Dia seperti membawa harapan untuk saya dan akhirnya saya akui kalau saya jatuh cinta.”
Joss menyelesaikan penjelasannya dengan senyuman gugupnya. Matanya tidak berani melihat reaksi dari perempuan disampingnya.
Sedangkan perempuan paruh baya itu terperangah saat mendengar jawaban dari anak muda didepannya. Semua kata-kata yang diucapkan terdengar sangat tulus dan sangat memuja anak lelakinya. Dia bahagia jika anaknya bisa dicintai segini banyaknya oleh lelaki yang baik.
“Nak Joss...”
“Terima kasih ya udah jatuh cinta sama anak tante? Tante atas Tawan minta maaf jika nanti anak tante ada kesalahan sama nak Joss. Anak tante itu emang terlihat baik dan ramah, namun jika dia benar-benar merasa nyaman dengan seseorang maka sifatnya akan keluar semua. Sifat manjanya, sifat posesif, sifat egoisnya. Oh jangan lupakan kalau dia juga tidak pandai mengekspresikan perasaannya.”
“Tante harap nak Joss bisa lebih sabar menghadapi anak tante yang manja itu. Apalagi sekarang lagi masa-masa berat dalam hidupnya. Tante seneng karena anak tante akhirnya punya seseorang yang bisa dijadikan sandaran selain teman-temannya. Terima kasih ya nak...”
“Iya tante, Joss minta izin buat pacaran sama anak tante ya...”
“Iyaa lah tante pasti izinkan masa engga sih.” Kekeh wanita paruh baya tersebut.
Obrolan mereka terhenti saat seseorang yang sejak tadi dibicarakan muncul dengan membawa tas hitam besarnya.
“Bun, abang sama Joss nginep ya.”
“Abang mau nginep dimana?”
“Di mcdonald's kata Joss, sekalian abang selesaiin skripsi besok pulangnya sore bun abang ada bimbingan.”
“Loh abang bawa baju buat kuliah gak”
“Bawa bun ini di dalem tas semuanya udah.”
“Abang uangnya masih ada? Bunda transferin ya nanti jajan sepuasnya sama Joss.”
“Oke bunnn. Abang pamit ya.” Tawan mencium tangan dan pipi sang bunda. Joss juga melakukan hal yang sama.
Joss dengan berani menggenggam tangan Tawan.
“Ini tinggal lamaran aja gak sih bang?” Bisik Joss meledek.
“DIEM LO.”
Tawan masuk ke kursi penumpang dengan senandung dibibirnya. Dia berniat meletakkan tasnya dikursi belakang sampai melihat ada satu buah bantal dan guling di dalemnya.
“Joss ini buat apa bantal sama guling?”
“Hm? Buat lu tidur lah.” Balas Joss tanpa melihat ke arah Tawan.
“Lah? Di mcdonald's kan?”
“Iya, mcd di serpong jaya ya soalnya temen gua shift malem disana.”
“Hah jauh banget?????”
“Ya gapapa sekalian jalan-jalan.”
“Lagian aneh deh temen lo kenapa dimana-mana gitu?!”
Joss menoleh dan mengusak rambut Tawan dengan gemas, “Bagus dong? Jadi kalau mau date ini gampang mau kemana-mana. Mcd mana lagi coba yang bolehin bawa bantal sama guling.”
Tawan mendengus kecil dan menyingkirkan tangan Joss dari rambutnya. Dia memilih untuk menghubungkan speaker mobil dengan spotify yang ada di ponselnya.
My heart's a stereo, it beats for you so listen close hear my thoughts in every note o-oo
Suara Adam Levine terdengar diseluruh mobil. Baik Joss maupun Tawan sudah bersiap untuk bernyanyi bersama.
Stereo Hearts adalah lagu kesukaan Tawan, Joss sendiri tau bahwa lagu ini adalah favorite kekasihnya karena kekasihnya itu sering kali mengupload insta story dengan lagu ini. Jadi Joss juga sering kali mendengarkan lagu ini.
“Make me your radio, and turn me up when you feel low. This melody was meant for you just sing along to mu stereo.” Nyanyi Joss dan Tawan bersamaan.
Mereka saling melirik dan tertawa bersamaan. Tawan merasa senang karena akhirnya ada yang mendengarkan Stereo Hears seperti dirinya. Teman-temannya bahkan tidak tau lagu ini saat Tawan pertama kali menyetelnya.
Namun lihatlah, Joss Wayar bernyanyi bahkan melakukan rapp dilagu ini bersama dengan dirinya.
“Like yea check it travie, I can handle that” Teriak Joss.
Tawan menepuk-nepuk paha Joss dan tertawa dengan keras.
“Keren dah loooooo” Puji Tawan.
Joss mengangguk dan kembali menyanyikan lagu dengan semangat.
“Joss diem Joss, ini bagian favorite gua.” Tawan menepuk Joss dengan semangat dan bersiap menyanyikan lagu dengan ponsel yang dijadikan microfon.
“I only pray you'll never leave me behind.”
“Because good music can be so hard to find.”
“I take your hand and hold it closer to mine...”
“THOUGHT LOVE WAS DEAD BUT NOW YOU'RE CHANGING MY MIND”
Teriak Tawan setelah menghayati lagu yang ia nyanyikan dengan begitu sungguh-sungguh.
Sementara Joss melihat Tawan dengan binaran kekaguman yang sangat terlihat. Belum lagi senyuman yang semakin lebar di wajah tampan itu.
Joss jatuh cinta. Untuk sekian kalinya, dia jatuh cinta pada Tawan Vihokratana.
Joss Wayar dan Tay Tawan keluar dari mobil masih dengan tawa yang tersisa di kedua belah bibir. Lagu terakhir adalah lagu paling asik karena mereka menyanyikan lagu Sheila on 7 bersama.
Joss menggenggam erat tangan Tawan seakan lelaki itu akan hilang dari pandangan jika sedetik saja tautan tangan mereka terlepas.
“Kok sepi ya?” Tanya Tawan saat melihat keadaan Mcdonald's yang tidak terlalu ramai.
“Iya udah malem terus besok kan masih pada sekolah, sengaja nyari yang sepi biar lu bisa fokus ngerjain skripsinya.”
“Oh makasih yaaa” Ucap Tawan dengan senyuman lebarnya. Matanya menyipit seiring dengan senyumannya yang terasa sangat hangat.
Joss Wayar lagi-lagi dibuat pusing. Joss mengusap wajahnya dengan lelah. Dengan cepat dia mendekatkan bibirnya kearah pipi Tawan dan mengecup pipi itu dengan cepat.
Tawan terdiam dan memegang pipinya dengan wajah merona.
“Hadiah karena punya senyuman paling manis.” Jelas Joss dengan gugup.
Kebiasaan Joss saat gugup adalah mengusap tengkuknya. Tawan menyadarinya karena Joss kerap kali mengusap tengkuk saat dalam keadaan yang tidak terduga.
“Lancar ya lo.” Gerutu Tawan. Biasanya lelaki itu langsung memukuli Joss namun kali ini Tawan tidak memukuli lelaki itu.
Tawan berjalan masuk dan menarik Joss yang masih berdiam. Tanpa Joss sadari sedari tadi senyuman Tawan tidak pernah lepas dari wajah rupawannya.
Hati Tawan menghangat, rasanya aneh namun menyenangkan. Beginikah rasanya dicintai?
“Bang bang” Panggil Joss saat mereka berdua sudah duduk di kursi panjang yang disediakan.
“Apa?”
“Lu sering kayak gini kalau mepet deadline gitu?”
“Iya, biasanya kalau tugas biasa sih gua nginep rumah Gun. Bukan gua doang sih, semua temen-temen gua juga gitu. Kalo pada ada deadline biasanya pada nemenin buat ngerjain.”
“Keren amat bang, terus ke kampusnya bareng?”
“Iya kalau yang ada kelas ke kampusnya bareng. Kalau gak ada kelas biasanya pada nunggu aja di rumah terus pas balik pada makan bareng gitu. Rutinitas sejak dulu sih.” Jelas Tawan sambil mengeluarkan laptopnya.
“Oh, udah bilang belum sekarang kalau lu lagi sama gua?”
Tawan berhenti sebentar dan menatap Joss dengan terkejut.
“OH IYA BELUM.” Pekik Tawan.
Joss terkekeh pelan dan mengusak rambut Tawan dengan gemas. Mengusak rambut adalah hal yang paling Joss sukai, karena Tawan terlihat menggemaskan setelah rambutnya diusak. Belum lagi wajah merenggutnya yang selalu muncul setiap kali jemari Joss menyapa rambutnya.
“Yaudah gih kabarin, gua pesen dulu. Lu mau apa bang?”
“Tebak dong! Kalo pesenan lo bener nanti gua kasih hadiah.”
Joss menaikkan alisnya merasa tertarik dengan tawaran yang berikan sang kakak kelas.
“Hadiah apa?”
Tawan memamerkan senyumnya dan berucap tanpa suara.
“R.a.h.a.s.i.a”
Tawan mendorong Joss untuk segera pergi dengan kekehan yang terdengar cukup jelas. Joss mengulum bibirnya, menahan rasa gemas pada lelaki kecil itu. Sialan. Tay Tawan adalah epitome dari kesempurnaan. Bisa-bisanya lelaki itu membuat Joss kalang kabut hanya karena kekehan kecilnya.
Joss datang dengan berbagai macam makanan ditangannya. Tawan sampai menganga karena makanannya seperti mau memberi makan warga sekampung!
“Lo ngapain beli makanan segini banyak?!”
“Kan mau sampe pagi?” Tanya Joss kebingungan.
“Ya kan nanti bisa pesen lagi. Nanti dingin deh kalau ga diabisin cepet cepet.” Balas Tawan dengan helaan nafas lelah.
Joss tertawa, dengan cepat dia mengecup pucuk kepala Tawan yang berada lebih pendek darinya saat ini.
“Ya nanti pesen lagi gapapa.”
“Rambut gua kotor pasti banyak debu!!! Jangan sembarangan cium!!!” Omel Tawan.
Joss mengabaikannya dan duduk disebrang Tawan. Laptop Tawan ia pindahkan, menggantinya dengan makanan.
“Makan dulu.” Perintah Joss dengan tegas.
Tawan mencebikkan bibirnya kesal namun tetap mengikuti apa yang Joss suruh. Dia melihat makanan yang dipesan dan tersenyum dengan lebar.
“Asik lo salah pesen, gak jadi dapet hadiah deh.” Ucap Tawan dengan nada sing a long.
“Bagian mananya salah?” Tanya Joss yang tidak terlalu terkejut. Sudah pasti salah sih, dia belum mengetahui kesukaan Tawan dibagian mcdonald's.
“Ini burger udah bener tapi bukan big mac. Telalu pasaran. Gua pesennya cheeseburger with egg.” Jelas Tawan dengan wajah meledek.
Joss rasanya ingin memeluk Tawan agar kelucuan lelaki itu tidak ditunjukkan pada orang lain, cukup untuk dirinya saja seorang.
“Iyalah pasti salah kan baru pertama kali kesini bareng bocil.” Ucap Joss mencubit pipi Tawan main-main.
Tawan mendengar dirinya dipanggil bocil merasa tidak terima.
“BOCIL?????”
“Iya bocil kesayangan Joss Wayar rasanya pengen peluk terus.” Balas Joss dengan senyuman lebar.
Tawan yang ingin marah-marah pun mengurungkan niatnya. Dengan cepat dia mengambil big mac dan memakannya dengan cepat. Berusaha meredam detakan jantungnya yang menggila.
“Lo gausah lirik lirik gua pake senyuman aneh itu.” Peringat Tawan.
“Keren banget update insta story tanpa gua suruh” Ledek Joss.
“Diem atau gua hapus nanti.” Omel Tawan. Dia kembali memakan burgernya dengan agak cepat tanpa memperdulikan Joss yang masih menatapnya.
“Pelan-pelan nanti keselek. Kalau laper nanti pesen lagi gapapa” Ucap Joss memperingati.
Diingatkan seperti itu bukan membuat Tawan rileks malah membuatnya tersedak. Siapa juga yang tidak tersedak jika ada lelaki yang mengingatkan disertai usapan pelan di dahi?
“Tuh kan baru aja gua bilang. Udah keselek kan.” Omel Joss dengan nada khawatir yang jelas. Tangannya kanan memberikan lemon tea untuk tawan, sementara tangan kirinya menepuk pelan punggung Tawan agar cegukan lelaki itu berhenti.
“Lo- uhuk mending makan udah diem jangan bertingkah!” Omel Tawan.
“Kok jadi gua?”
Joss menunjuk dirinya sendiri karena kebingungan dengan tingkah lelaki dihadapannya ini.
“Iya udah makan itu ayam lo cepet.”
“Iya iya.” Pasrah Joss.
Tawan memperhatikan Joss dengan seksama. Benar kata Gun, Joss itu sempurna. Lelaki seperti Joss bahkan hanya bisa dihitung jari. Apa yang membuat lelaki itu tertarik padanya?
Setiap kali Tawan menatap mata Joss dia akan merasakan kasih sayang lelaki itu untuknya. Seperti tidak nyata namun memang nyata. Tawan sejak awal tidak berniat untuk menutup hati, sejujurnya definisi dari mata turun ke hati itu memang ada. Tawan tidak mau munafik, tampilan Joss sangat mempesona. Tidak heran dia disukai banyak orang.
Saat ini Tawan hanya sedang menunggu waktu, menunggu waktu untuk jatuh cinta dengan Joss sepenuhnya. Ketika waktu itu tiba, Tawan pastikan bahwa dia akan mencintai Joss untuk waktu yang lama.
“Bang ayo mulai skripsinya.” Ajak Joss. Lelaki yang lebih muda itu berpindah posisi duduknya jadi disamping Tawan.
Tawan hanya memincingkan matanya pada Joss, maksud lelaki itu apa?
“Maksud lo apa?” Tanya Tawan heran.
“Ayo gua bantuin? Kurang apa? Gua gini-gini juga dapet matkul metodologi penelitian tau.”
Tawan tersenyum kecil, “yeh baru dapet metlit semester ini kan?”
“Iya, tapi gua seriusan mau bantu bang. Bantu ngetik atau apa kek.”
“Yaudah gua yang parafrase lo yang ketik ya. Yang bener jangan sampe typo!” Peringat Tawan.
Tawan menyerahkan laptopnya pada Joss sementara dia mengambil buku berjudul Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan karya Soekidjo Notoatmodjo edisi revisi 2012.
“Mulai ya.”
“Pengetahuan diperoleh dari proses belajar dengan beberapa tahap sehingga seorang yang tidak tahu akan menjadi tahu. Adanya stimulus diluar mendorong seseorang untuk ingin mengetahui dan menimbulkan perhatian terhadap stimulus tersebut. Kemudian informasi yang diperoleh disimpan dalam ingatan sehingga menjadi pemahaman.”
“Pengetahuan PSK tentang sifilis dan gonore secara materi diperoleh dari penyuluhan petugas kesehatan atau petugas sosial, televisi, radio, majalah, koran, dan dari teman seprofesi.”
” Diparagraf awal belakangnya kasih tanda kurung (notoatmotjo, 2012). Paragraf kedua dibikin lagi (Depkes 1997 aids: petunjuk untuk nakes). Enter terus ketik 2.4.2 Perilaku.”
“Ini yang citation depkes gak dibuat harvard style?”
“Belum nanti belakangan kalau udah selesai semua, mau diadd ke mendeley. Nanti dapusnya pake mendeley, udah diajarin mendeley kan?”
“Udah semester 2 waktu ada matkul penulisan ilmiah.”
“Penulisan ilmiah siapa dosennya?”
“Mae Godji.”
“Oke sama berarti, lanjut ya.”
“Perilaku seksual yang sering melibatkan pergantian pelanggan sering juga membawa pengaruh terhadap sensitifnya penularan sebuah penyakit. Munculnya penyakit sejenis veneral disease adalah gejala umum yang sering timbul akibat hubungan seksual yang dilakukan PSK.”
“Menurut Koeswinarno (1996) orang yang terjangkit kelamin karena hubungan seks hampir seluruhnya adalah mereka yang sering berganti pasangan. Agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, ia harus merasa bagwa ia sangat rentan terhadap penyakit tersebut.”
“Udah?”
“Udah terus apalagi?”
“Itu ke page layout terus pilih next page. Ketik BAB III Kerangka Konsep, Definisi Operasional, dan Hipotesis”
“Bikin 3.1 Kerangka Konsep. Ketik gini: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik dari PSK dan faktor yang mempengaruhi terjadinya PMS pada PSK di daerah Jakarta Pusat Tahun 2020. Faktor yang akan diteliti seperti kerangka konsep pada gambar 3.1”
“Ke insert terus bikin kotak, nah kotak pertama tulisannya Distribusi PSK dan faktor yang berhubungan dengan PMS: dibikin angka 1-7 urutannya sosio demo, tingkat pengetahuan, motivasi menjadi psk, lama bekerja sebagai psk, jumlah lokasi prostitusi yang pernah ditempati, jumlah rata-rata pelanggan perhari, tindakan dan upaya pencegahan.”
“Kalo udah, ke insert lagi ambil tanda panah taro ditengah. Terus ambil kotak lagi dalemnya ditulis Penyakit Menular Seksual (PMS).”
“Kalau udah ketik lagi 3.2 Definisi Operasional. Bikin tabel. Columnsnya ada 7 isinya no, variabel, definisi operasional, alat ukur, cara ukur, hasil ukur, skala ukur. Terus rownya 5 dulu. Row pertama, di merge cells ke samping terus ditulis variabel dependen”
“Kayak gini?” Ucap Joss memastikan.
Tawan melirik sekilas, “Iya bener.” Jawab Tawan.
Tawan menjelaskan dengan posisi yang sangat nyaman, dia menyenderkan tubuhnya pada tubuh besar Joss dan kakinya diangkat ke kursi sebelahnya, sementara mulutnya tidak berhenti memakan kentang goreng yang kini tersisa setengah.
“Bang mau kentangnya juga dong”
Tawan mengambil tiga buah kentang yang berada dimeja, mencelupkannya pada mcflurry dan menyuapkannya pada Joss.
“Anjir bang lo pakein apa?!”
“Ice cream”
“Bang?!!!!”
“Enak tau Joss!! Jangan protes, udah disuapin juga.” Balas Tawan tidak perduli. Tawan kembali memakan ice cream dan kentangnya dengan tenang. Sementara Joss sudah terbengong melihat betapa santainya Tawan kali ini.
“Yaudah suapin lagi sambil ngetik.” Pasrah Joss.
“Okay lanjut ya!”
“Tingkat pengetahuan PSK tentang PMS (Sifilis dan Gonore), definisinya adalah hasil pengetahuan dari PSK setelah melakukan pengindraan terhadap PMS. Kasih buka kurung (Modifikasi dari Notoatmodjo (2012)). Bagian alat ukur diisi kuesioner, cara ukurnya wawancara.”
“Untuk hasil ukurnya (1) pengetahuan baik jika nilai benar yang diperoleh adalah >50% dan (0) tidak baik jika nilai benar <50% (Notoatmodjo, 2012). Skala ukurnya pake ordinal.”
“Motivasi psk kategorinya (1) motivasi kuat kalau alasan dapat uang banyak dengan mudah, tidak memiliki keterampilan lain untuk bekerja dan nikmat seks yang tinggi. (2) motivasi sedang bila alasan kecewa pada laki-laki atau perkawinan tidak harmonis. (3) dan motivasi lemah bila alasan ditupu orang (janji dipekerjakan malah dijadikan psk) atau dijual oleh orang tua.”
Tawan dan Joss dengan serius mengerjakan skripsi terkadang mereka bergantian mengetik namun lebih banyak Joss karena lelaki itu serius untuk membantu, sesekali Tawan menguap dan mengusakkan kepalanya pada lengan Joss.
“Selanjutnya tinggal hipotesis Joss. Ada hubungan antara sosio demo dengan kejadian PMS pada PSK di Jakarta Utara. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian PMS, ada hubungan antara asal / daerah tinggal dengan kejadian PMS, ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian PMS.” Jelas Tawan sambil menguap tanda dia mengantuk.
Joss melihat jam yang tertera dilaptop, pukul 1 pagi pantas saja Tawan sudah mengantuk. Di sekitar mereka juga hanya tersisa 2 pasangan yang masing-masing membawa laptop. Joss yakin pasangan itu juga mengerjakan tugas atau skripsi seperti mereka berdua.
“Bang gua ambil bantal dulu biar lu enak tidurnya.” Ucap Joss lembut saat Tawan mulai memejamkan matanya.
“Gak gak usah, gua merem sebentar aja kok. Itu belum gua kasih daftar pustaka. Banyak harus gua kerjain.”
“Daftar pustaka? Dari mana?” Tanya Joss lagi, kali ini tangannya menahan kepala Tawan yang bersender pada pundaknya.
“Hm disitu ada folder skripsi, dalemnya ada folder lagi tulisannya referensi bab 2. Sama dari buku di totebag bawah meja tuh.”
Joss melirik totebag hitam yang berisi kurang lebih 15 buku didalamnya.
“Yaudah, tinggal masukin daftar pustaka aja kan? Gua yang masukin sini. Pake mendeley kan?”
“Emang gapapa?”
“Gapapa, lu kasian ngantuk gitu. Nanti gua kerjain, pas nanti lu bangun lu cek bener atau engganya.” Balas Joss dengan tangan yang tidak berhenti mengelus rambut Tawan dengan sayang.
“Oh oke boleh, nanti di folder referensi nama skripsinya sama jurnalnya gue samain sama kutipan di akhir paragraf yang udah gua kuning-kuningin kok jadi lo gak susah nyari.”
“Oh oke, bentar bang senderan ke kursi dulu gua mau pesen coffee.”
Tawan hanya berdehem dan memindahkan tubuhnya untuk bersandar di kursi. Tawan memejamkan matanya untuk tertidur, dia lelah sekali. Beberapa hari ini tidurnya memang sangat kurang, sekalipun tidur dia merasa tidak nyenyak karena ada tanggungan yang harus dikerjakan.
Joss kembali dan melihat Tawan yang sudah memejamkan matanya dengan tenang. Joss duduk dengan badan yang menghadap Tawan sepenuhnya. Dia mengusap pelan pipi Tawan dan tersenyum kecil.
Apapun akan dia lakukan untuk lelaki ini.
“Bang sini kepalanya pindah ke paha gua. Tadi udah izin buat angkat kaki ke kursi asal sepatu dilepas katanya boleh. Lepas dulu ya sepatunya.” Ucap Joss dengan kekehan karena Tawan sama sekali tidak menjawab ucapannya.
Joss sedikit membungkuk dan melepaskan sepatu Tawan dari kakinya, setelah itu dia memindahkan tubuh kecil Tawan sehingga pahanya bisa dijadikan bantal oleh lelaki itu. Joss tersenyum saat melihat Tawan mengusakkan kepalanya diperut Joss mencari kehangatan.
Joss sendiri sudah mengeluarkan jaketnya dari tas untuk dipakai Tawan agar lelaki itu tidak kedinginan.
“Joss” Panggil Tawan dengan suara seraknya.
“Hm, kenapa?”
“Nanti pakein link ya di mendeley, cari skripsinya di google terus copy link trs paste di bagian url mendeley.” Jelas Tawan dengan suara yang tidak terlalu jelas karena lelaki itu memeluk perut Joss dengan erat.
“Iya iya, tidur yaaa sekarang.”
“Makasih ya, Joss Wayar.”
“Sama-sama.”
“Good night and sweet dreams, Tawan Vihokratana.”
Tawan dan Joss sudah berada dikampus setelah mengalami banyak hal yang sebenarnya sepele namun sangat memakan waktu lama.
Seperti saat Tawan bertanya mereka harus mandi dimana, dan Joss baru sadar bahwa di mcd ini kamar mandinya tidak bisa untuk mandi.
Karena hal itu mereka berdua harus lebih pagi menuju kampus untuk mandi di gedung bem fakultas. Saat ini mereka sedang sarapan pagi di kantin sambil menunggu yang lainnya.
“Bang mendeleynya bener semua kan?” Tanya Joss tiba-tiba.
Tawan yang sedang serius memakan buburnya langsung menoleh ke arah Joss dengan cepat sambil tersenyum kecil.
“Sini majuan kepalanya.”
“Mau ngapain?” Tanya Joss namun ia tetap mengikuti ucapan lelaki yang lebih tua.
Tawan yang melihat kepala Joss didepannya semakin tersenyum lebar, ia mengelus rambut Joss dengan sayang, “Hm? Bener kok. Makasih ya.”
Dalam hidup Joss wayar hanya ada 3 orang yang pernah mengelus rambutnya selembut ini, yang pertama ayahnya, lalu neneknya, dan adiknya. Keluarga Joss bukanlah keluarga yang banyak menyalurkan kasih sayang.
Joss sendiri sebenarnya tidak terlalu terbiasa menerima kebaikkan seseorang, dia lebih suka memberikan kebaikkan ataupun kasih sayangnya pada orang lain. Joss Wayar senang memanjakan orang lain karena dia paham rasanya kekurangan kasih sayang.
Saat ini Joss akhirnya dapat merasakannya, merasakan usapan penuh kasih sayang yang orang lain berikan untuknya. Usapan singkat namun efeknya sangat hebat untuknya.
“Granma, apa ini rasanya disayang sama orang lain?”
Joss melepaskan tangan Tawan dari rambutnya dan menggenggam tangan itu dengan erat. Matanya menatap Tawan yang terkejut atas perlakuan Joss.
“Joss, gak suka ya?” Tanya Tawan merasa tidak enak pada lelaki itu.
“Tawan Vihokratana, I'm so in love with you. Please don't leave me.” Bisik Joss putus asa.
Tawan mematung mendengar bisikan putus asa itu, pertama kali ada lekaki yang memohon padanya dengan tatapan penuh kasih sayang yang serat akan rasa frustasi.
“Hey....”
“I'm not leaving you. I'm here. I'm not going anywhere, Joss.” Bisik Tawan dengan senyuman kecil. Tangannya mengelus pelan jemari Joss dan meyakinkan lelaki itu.
Joss merasakan ketakutannya berkurang dan kembali tersenyum dengan lebar.
“Thank you.”
“YAELAH TAY MASIH PAGI UDEH PACARAN AJA.” Sebuah suara memotong obrolan sebelum Tawan sempat membalas ucapan Joss.
Tawan membalikkan badannya dan melihat Gunsmile beserta teman-temannya datang dengan ekspresi meledek.
Gunsmile dan Jumpol duduk mengapit dirinya disertai senggolan pundak yang dilakukan dengan sengaja.
Arm, Singto dan Gun memilih duduk bersama dengan Joss namun ekspresi mereka masih sama, ekspresi meledek.
“Jadi, semalem ada yang nginep bareng nih.” Ucap Jumpol mengompori.
“Oh siapa tuh? Pantes ya biasanya grup chat kita berisik karena ada yang ngerengek minta ditemenin tapi kok semalem sepi.” Gunsmile menyahuti Jumpol dengan suara yang dibuat cukup keras.
“Lo pada diem bisa gakkk?!” Omel Tawan pada Jumpol dan Gunslime.
Jumpol dan Gunsmile hanya tertawa melihat temannya memasang muka marah sekaligus malu. Benar-benar hiburan bagi mereka.
“Udah clear kan masalahnya?” Tanya Gun tiba-tiba.
Joss terkekeh, “Udah bang santai wkwk thank you ya udah jadi tempat curhat cowok gua bang. Sarannya juga makasih, gua jadi punya foto dia.”
”((Cowok gua))” Ledek mereka semua bersamaan.
Wajah Tawan semakin memerah, bisa-bisanya mereka meledeknya di tempat umum seperti ini.
“Oi Bright, Luke. Sini gabung.” Teriak Joss tiba-tiba setelah melihat teman-temannya memasuki area kantin.
Bright dan Luke hanya berpandangan sebentar dan berjalan ke arah Joss yang dikelilingi oleh kakak tingkatnya.
“Sini sini duduk, pilih makanan semuanya dibayarin sama Tawan.” Ucap Jumpol mempersilahkan teman-teman Joss untuk bergabung.
Tawan hanya bisa memutar bola matanya namun tetap menjawab dengan rama sapaan yang diberikan adik tingkatnya.
“Padahal kita kenal semua ya tapi gapernah ngumpul kayak gini.” Celetuk Arm.
“Bener bang, gara-gara Joss bertingkah aja nih sampe akhirnya kita bisa ngumpul gini.” Jawab Kayavine menanggapi celetukkan Arm.
“Temen lo tuh emang gak punya rem sama rasa takut ya?” Tanya Gun penasaran.
Teman-teman Joss berpandangan satu sama lain dan tertawa kencang, “Takut dia bang sebenernya tapi sok keren aja itu didepan bang Tay.” Jawab Luke.
“Jaga image itu bang” Celetuk Mike.
“Yaelahhh kirain berani beneran.” Keluh Jumpol.
Joss mengelus tengkuknya malu, kenapa jadi agenda exposing Joss Wayar gini dah.
Joss melihat jam yang terpasang di pergelangan tangan kirinya, pukul 10 kurang 10 menit. Bimbingan Tawan dijadwalkan pada pukul 10.
“Bang, ayo ke ruangan Mrs. Katreeya?” Ajak Joss pada Tawan yang asik mengobrol dengan Bright.
Tawan melirik jam tangannya sekilas, “Ayoooo.”
“Bang, tinggal bentar ya gua nganterin bang Tay dulu. Nitip tas, kalau mau makan pesen aja nanti gua yang bayar.” Ucap Joss pada teman-teman dan kakak tingkatnya.
“Cihuyyy asik banget pagi-pagi dapet makanan gratis.” Teriak Gunsmile dengan bahagia.
Joss merespon dengan lambaian tangan dan pergi dengan menggenggam erat tangan Tawan.
“Tadi ngobrolin apa aja sama Bright?” Tanya Joss.
“Oh dia nanya-nanya epid gimana, dia epid sendirian ya?”
“Iya dia masuk epid ngikutin pacarnya tuh si Win Metawin. Kenal kan?”
“Oh Win, kenal. Kita sering ngobrol, dia juga beberapa kali nanyain tugas ke gua.”
“Oh I see...”
“Bright sama Win pacaran udah lama ya sampe Bright ngikut peminatan yang Win ambil?” Tanya Tawan lagi.
“Dari kelas 2 SMA kayaknya, mau 4 tahun. Kenapa tanya-tanya, suka sama Bright?” Ledek Joss.
“Ye sembarangan. Cuma nanya ajasih, mau tau temen-temen lo. Lo kan udah kenal temen-temen gua, gua juga mau kenal lebih jauh temen lo.” Jelas Tawan.
Joss Wayar untuk sekian kalinya tersenyum kecil akibat debaran yang semakin menggila didadanya. Niatnya dia yang mau ngalusin Tawan kenapa malah sebaliknya.
“Udah sampe, mau ditungguin?” Tanya Joss saat sampai di ruang dosen.
“Gausah. Balik aja sana ke kantin. Nanti kalau selesainya cepet gua chat.” Ucap Tawan menepuk pundak Joss dengan senyuman yang tak lepas dari wajahnya.
“Oke, semangat ya?” Joss Wayar menepuk kepala Tawan dengan sayang.
Lelaki itu berjalan meninggalkan Tawan untuk kembali ke kantin.
“JOSS WAYAR!!!” Panggil Tawan dengan keras.
Joss berhenti dan berbalik menghadap Tawan yang kini berlari ke arahnya.
Tawan berhenti dihadapan Joss, lelaki kecil itu berjinjit kecil serta menumpukan tangannya dipundak Joss dan mencium Joss di pipi dengan cepat.
Cupppp
“Makasih ya.” Bisik Tawan kecil.
Tawan berlari meninggalkan Joss tanpa sempat lelaki itu memberikan reaksi atas kecupan di pipi.
“Brengsek. Gua jatuh cinta banget, gak bisa ketolong ini mah.” Gumam Joss dengan telinga yang memerah karena malu.