Josstay: You've Got Mail

Chapter 1

Tawan berdiri tengah kelas setelah berbicara sedikit dengan dosennya mengenai skripsi. Kelas tadi adalah kelas terakhirnya untuk hari ini. Dia menunggu Gun yang masih merapihkan barangnya.

Hari ini mereka berniat untuk melanjutkan skripsi bersama di perpustakaan fakultasnya, namun sebelum itu mereka akan makan siang terlebih dahulu di kantin.

“Gun udah?”

“Bentar Tay, tadi buku epidemiologi HIV punya gue mana ya?” Tanya Gun kembali membongkar tasnya guna mencari buku yang disebutkan tadi.

Tawan mengerutkan dahinya

“Bukunya kan sama gua? Nih ditangan gua?” Tanya Tawan dengan bingung.

Gun menoleh ke arah Tawan dan melihat buku berwarna merah itu berada digenggaman tangannya.

“Yeh bilang dong Tay”

Tawan hanya tertawa dan menarik tangan Gun untuk mengikutinya. Perutnya sudah berbunyi minta diisi. Hari ini dia mendapat kelas pagi, dia tidak sempat sarapan.

“Eh Tay, gimana jadinya si anak 2018 itu?” Tanya Gun tiba-tiba.

“Gimana apanya?”

“Ya kelanjutannya lah Tay. Udahan gitu aja?” Tanya Gun.

Tawan menghela nafas lelah, “Dia tuh langsung ngeline gua tau gak sih? Bingung banget kenapa dia ngelamar gua terus kayak dikejar-kejar utang gitu deh Gun. Gua jadi takut. Jangan-jangan gua dijadiin taruhan kali ya?”

“Sembarangan deh lo, gak boleh negatif thinking gitu Tay.” Omel Gun langsung.

Tawan mencebikkan bibirnya, namun matanya berbinar saat sampai di kantin fakultas. Wangi makanan langsung menusuk hidung mancungnya. Senyumannya kembali mengembang.

“Gun, mau makan apa?” Tanya Tawan tidak sabar.

“Hmmm lo pesen duluan Tay, gue nunggu Papii. Katanya dia abis kelas mau kesini sebentar.”

“Lah bukannya Jumpol sama Guns mau ke site buat ambil data?” Tanya Tawan.

“Iyaaa tapi gue suruh makan dulu, kalau gak gitu pasti dia gak bakalan makan siang.”

“Hmm oke deh gua pesen duluan ya. Mau makan mie ayam mbak Yara. Kangen banget. Titip tas ya Gun.” Pamit Tawan, Gun hanya memberikan jempolnya tanda mengerti.

Tawan tersenyum dan melangkahkan kakinya ke arah kedai mbak Yara. Dia sudah membayangkan akan memesan mie ayam set lengkap. Benar-benar hari yang indah.

“Mbak Yaraaaa” Panggil Tawan bersemangat

“Eh mas Tawan, kemana aja mas kok baru keliatan.” Sahut pemilik kedai mie ayam kesayangan Tawan.

“Hehehe kemarin tenggelem sama skripsian dan revisian mbak. Kan saya ke kampus cuma 2-3 hari, sisanya di rumah.” Jawab Tawan dengan senyuman yang tidak pernah luntur dari paras tampannya.

“Oh gitu, semangat yo mas. Masnya mau pesen apa?”

“Mie ayam set lengkap mbak, kayak biasa yaaa gak pake daun bawang dan dikasih bawang gorengnya banyak.” Sahut Tawan.

“Mbak, satu juga. Samain mie ayamnya tapi pake daun bawang ya. Nanti bayarnya satuin aja sama saya.” Sebuah suara menginterupsi.

Tawan mengerjapkan matanya merasakan kehadiran seseorang dibelakangnya. Dengan cepat dia membalikkan tubuhnya untuk menghadap orang itu.

“Lo?!” Pekik Tawan terkejut.

“Hai bang Tay.” Sapa orang tersebut.

“Joss, lo ngapain disini?!” Tanya Tawan menatap tajam lelaki jangkung itu.

“Makan siang lah? Kan ini kantin bang.” Jawab Joss santai.

“Bener juga..” Gumam Tawan pda dirinya sendiri.

Tawan mengerjapkan matanya bingung, bener juga kan ini kantin. Pasti Joss kesini untuk makan lah, lagian kenapa juga dia bertanya pertanyaan yang jawabannya sudah jelas.

“Gemes banget dah kayak anak kecil.”

Joss mengusak rambut lelaki yang saat ini sedang memasang ekspresi kebingungan. Senyumannya tidak pernah luntur sejak dia menginjakkan kaki di kantin.

“Lo ngapain sih?!!”

Tawan menjauhkan tubuhnya dari tubuh besar lelaki itu. Matanya menatap tajam lelaki yang saat ini menampilkan cengiran lebarnya.

“Gemes banget. Lu kecil banget bang.”

“Brengsek.” Marah Tawan. Lelaki itu mendaratkan pukulannya pada lengan Joss dengan keras.

Joss hanya mengaduh dan berusaha menghalau pukulan Tawan pada lengannya.

“IYA IYA AMPUN BANG SAKIT ANJIR”

“Makanya kalau ngomong tuh difilter dulu!!!” Amuk Tawan masih mencoba memukul Joss, sementara lelaki itu hanya tertawa dan sesekali menghalau pukulan Tawan.

Mereka tidak sadar bahwa saat ini keduanya menjadi pusat perhatian di kantin. Keberadaan Tawan yang dikenal sebagai senior baik hati serta keberadaan Joss dengan tubuh tinggi dan besarnya benar-benar menyita perhatian semua orang.

Tawan merasakan tubuhnya ditarik menjauh dari Joss, dia memberontak kecil namun seseorang dibelakangnya lebih kuat darinya.

“Oi Tay udahan anjir lu diliatin seisi kantin.” Bisik seseorang dibelakangnya.

Tawan berhenti memberontak dan melirik seisi kantin yang saat ini tertuju padanya dan Joss.

“Anjing Gunsmile gua malu banget.” Gumam Tawan kecil.

Tawan dengan cepat mengambil mie ayam pesanannya dan langsung pergi meninggalkan Joss yang masih menatapnya dengan pandangan jahil.

Gunsmile menepuk pundak Joss dan mengikuti Tawan yang saat ini berjalan cepat dengan wajah yang ditundukkan.

“Sialan sialan Joss Wayar.” Gumam Tawan dengan emosi.

Tawan meletakkan mie ayamnya dengan emosi. Sedangkan teman-temannya hanya mentertawakan nasib Tawan yang sangat tidak baik hari ini.

Mereka semua merasa lucu saat melihat temannya yang sudah menjomblo selama 2 tahun ini didekati oleh orang lain, tidak tanggung-tanggung orang yang mendekatinya itu langsung tancap gas tanpa mengenal rem.

Belum reda emosi Tawan, saat ingin menuangkan saus dan sambal, mie ayamnya ditarik menjauh.

“APASIH? KENAPA DITAR-”.

“Nih liat, mie-nya ketuker bang. Lo gak pake daun bawang kan?”

Joss datang menukar mie ayam mereka sekaligus memotong omelan Tawan.

Tawan mendongkak, posisi Joss saat ini belakangnya namun karena tubuh tingginya seakan-akan saat ini Joss berada diatasnya.

“Mie ayamnya ketuker. Makanya kalau marah-marah jangan lupa sama sekitar bang. Gua beliin minum juga, tadi belum beli kan?” Ucap Joss sambil menjentil dahi Tawan cukup keras.

Tawan mengaduh karena dahinya terasa cukup sakit. Joss tidak memperdulikan hal tersebut dan langsung mengambil posisi duduk disebelah Tawan.

“Bang Jumpol, bang Gun, bang Gunsmile gua duduk sini ya.” Izin Joss pada kakak tingkatnya.

“Duduk dah situ” jawab Jumpol dengan senyuman tertahan.

Mendengar jawaban temannya Tawan langsung memberikan tatapan marah, yang tentu saja dibalas Jumpol dengan wajah jahilnya.

“Bang makan mie ayamnya.

“Berisik”

“Makan yang banyak biar semangat ngerjain skripsinya”

“Berisik.”

“Abis ini ada kelas?”

“Berisik.”

“Gua udah gak ada kelas nanti ngobrol dulu ya.”

“Berisik Joss Wayar. Lagi makan.”

“Oke oke”

Joss menyerah dan melanjutkan makannya dengan hening. Sesekali dia melirik Tawan yang sedang makan dengan wajah ditekuk.

Senyumnya mengembang tanpa bisa ditahan

Tay Tawan itu benar-benar lucu ya.


Tawan menyelesaikan makannya dengan rasa kesal yang masih tersisa. Diliriknya adik tingkat yang masih bergabung dengannya, Joss masih mengobrol dengan asik bersama Jumpol.

Tadi Tawan juga mencuri-curi dengar bahwa lelaki ini datang bersama teman-temannya, namun teman-temannya berada di meja yang agak berjauhan dengan mejanya saat ini.

“Gun, udah kan? Ayo bab 2 gua harus dikumpul 3 hari lagi.” Suara Tawan menghentikan seluruh obrolan yang terjadi di meja itu.

Gun yang diajak hanya menganggukkan kepalanya dan berdiri, tidak lupa dia pamit pada Jumpol dan Gunsmile.

Tawan merapikan barangnya dan bersiap untuk pergi sebelum tangannya ditahan oleh lelaki yang sebelumnya duduk disebelahnya.

“Bang, ngobrol dulu please?” Pinta Joss dengan wajah memelas.

Tawan melepaskan tangannya yang ditahan Joss dengan helaan nafas yang terdengar lelah.

“Please... Kalau mau main-main jangan sama gua Joss. Gua udah pusing ngurus skripsi.” Balas Tawan dengan suara pelan.

“Makanya ngobrol dulu please sama gua.” Pinta Joss sekali lagi.

“Ngobrolnya di perpustakaan aja gimana? Kalau disini kayaknya gak kondusif deh Joss. Lagian banyak orang yang kepo sama interaksi kalian sekarang.”

Gun memberikan saran pada mereka berdua, selain itu dia juga ingin mengetahui kenapa adik tingkatnya ini mendekati temannya dengan cara yang agak ekstrem.

Tawan menghela nafasnya dan mengangguk, “Ayo. Kalau mau ngobrol di perpustakaan aja.”

Joss Wayar mengembangkan senyumannya. Lelaki itu pamit pada kakak tingkatnya dan memberikan kode pada teman-temannya bahwa dia pergi duluan.

Matanya menatap tubuh kecil Tawan dengan pandangan memuja. Sejujurnya dia benar-benar menyukai kakak tingkatnya ini. Dia merasa nyaman setiap kali dia berada didekat lelaki itu.

Seperti yang dia tuliskan di email kemarin, bahwa dia melakukannya agar Tawan dapat mengingatnya secara terus-menerus.

Joss juga tau bahwa selama ini banyak sekali yang mendekati Tawan, namun lelaki itu seperti enggan untuk menjalani hubungan asrama. Tawan akan menolak siapapun yang mendekatinya, bahkan jika lelaki yang mendekatinya masih keras kepala teman-temannya akan maju dan menjauhkan lelaki itu dari Tawan.

Dari situ Joss memiliki rasa ketertarikan, Tawan itu ramah dan baik namun sedikit tertutup, Tawan itu kuat. Dilihat dari bagaimana lelaki itu memukulnya tadi, dan jangan lupakan bahwa Tawan juga mengikuti UKM Taekwondo.

“Lo lokernya mau gabung atau pisah?” Suara Tawan menyadarkan Joss dari lamunannya.

Terlalu banyak memikirkan Tawan membuat Joss tidak sadar bahwa mereka telah sampai di Perpustakaan. Joss sangat jarang menginjakkan kaki di Perpustakaan kalau bukan karena rapat BEM seringkali diadakan disini.

“Gabung aja bang, tas gua kecil.” Jawab Joss menunjukkan waist bag-nya.

“Lo tuh niat kuliah gak sih, mana ada kuliah cuma bawa tas kecil gini.”

Joss tertawa kecil melihat Tawan yang terus menggerutu. Ini sisi baru Tawan yang tidak pernah dilihatnya. Selama ini Tawan terlalu banyak menampilkan wajah senyumnya, jadi sisi Tawan yang seperti ini belum pernah diketahui oleh Joss.

“Ya lu kan tau bang K3 kayak gimana. Dosennya jarang masuk, udah gitu gua gak pernah nyatet jadi ngapain bawa tas gede-gede kayak punya lu gini.”

Joss menarik kecil tas Tawan dengan kekehan yang terdengar jelas.

“Ini karena gua bawa laptop ya!” Elak Tawan.

Gun menggelengkan kepalanya melihat kelakuan temannya. Dia menarik tangan Tawan masuk ke dalam ruangan multimedia. Joss hanya mengikuti kemanapun kakak tingkatnya itu pergi.

“Dah lo berdua ngobrol disini. Gue yang cari buku. Buku yang lo mau pake yang waktu itu lo list kan Tay?” Tanya Gun.

“Hm iya yang itu, gua juga mau ikut nyari buku.”

“Gak usah, lo selesaiin dulu nih sama si Joss. Gua bantu cariin. Kalau udah selesai kan lo bisa lebih fokus lanjutin skripsinya.”

Tawan menghela nafasnya dan mengangguk kecil.

“Jangan berisik. Jangan bikin keributan oke?”

“Iya Gun Atthaphan bawel.”

“Good. Gue tinggal ya. Joss titip temen gue.”

Gun menepuk pundak lelaki yang masih berdiri dengan senyuman diwajahnya. Joss hanya memberikan jempol tanda mengerti pada kakak tingkatnya itu.

“Yaudah, lo duduk cepet.”

Joss dengan cepat duduk persis disebelah Tawan. Tawan hanya memutar matanya dengan sinis.

“Bangku masih banyak, kenapa lo duduk disamping gua?”

“Biar kedengeran lebih jelas.”

“Terserah. Terus sekarang mau apa?”

Joss meneggakkan tubuhnya. Matanya menatap langsung ke mata Tawan yang saat ini juga menatapnya.

“Bang Tay.. Soal email yang kemarin gua kirim. Itu gua serius.”

“Gua serius ngelamar lu. Semua kata-kata yang ada di email itu serius gua tunjukkin buat lu. Mungkin emang terkesan dadakan dan buru-buru. Tapi gua udah nyiapin itu 2 hari sebelum gua kirim ke lu. Caranya aneh, iya gua tau. Tapi kalau gak kayak gitu pasti lu gak bakalan respon. Jadi gua milih cara yang beda dari yang lainnya.”

“Kalau diotak lu lagi mikir gua suka apa engga sama lu, jawabannya suka. Sejak kapan? Sejak semester 3. Gua bareng sama lu udah dari semester 1 bang, lu kan kakak pembimbing kelas gua. Iya interaksi kita gak banyak, dan biasa aja. Tapi yang namanya jatuh cinta siapa yang bisa prediksi sih?”

“Serius bang, gua gak minta lu jawab cepet-cepet kok lamaran gua. Gua cuma mau yakinin lu kalau gua serius. Gak main-main.” Jelas Joss.

Tawan menggigit bibirnya dengan gugup, sialan Joss Wayar. Kenapa dia menjelaskan dengan mata penuh keyakinan seperti itu sih.

“Tapi cara lo salah Joss. Gak kayak gitu. Siapa juga yang gak kaget kalau buka email diujung pesan ada kata-kata will you marry me ditambah attachments wedding plans. Semuanya pasti bakal kaget dan bakal anggap kalau itu cuma bercandaan, termasuk gua.” Jelas Tawan.

“Apalagi gua lagi nyusun skripsi gini. Email lo bikin gua kepikiran. Semalem gua gak bisa lanjutin skirpsi gua karena lo. Mana bab 2 gua harus dikumpul 3 hari lagi.”

Suara Tawan mengecil seiring dengan wajahnya yang dia benamkan dimeja.

Joss tersenyum kecil, tangannya secara tidak sadar mengelus rambut lelaki yang lebih tua itu.

“Yaudah maaf ya bang kalau gua bikin lu kepikiran, gua cuma minta kesempatan bang. Biarin gua buktiin kalau gua serius.”

“Gua seriusan suka sama lu bang. Gua tau selama ini lu gak terlalu tertarik sama hubungan asmara. Tapi, please kasih gua kesempatan.”

Joss mengubah posisinya persis seperti posisi Tawan, meletakkan kepalanya di tangan yang terlipat diatas meja. Tangannya masih mengelus rambut sang kakak tingkat.

Tawan menghela nafasnya kasar, dia menolehkan wajahnya ke aras Joss dan terkejut melihat posisi wajah mereka yang berdekatan. Dia mengatur ekspresi wajahnya setenang mungkin.

“Gua nih lagi sibuk skripsi.”

“Iya tau bang.”

“Gua lagi dimasa sering banget marah-marah.”

“Iya keliatan.”

“Sibuk pasti gak banyak waktu ngobrol atau ketemu.”

“Iya gapapa, nanti gua yang samperin.”

“Prioritas gua nomor satu itu skripsi dan lulus tepat waktu.”

“Gua nomor dua juga gapapa.”

“Gua sibuk skripsi.”

“Iya gapapa. Kasih gua kesempatan aja.”

“Joss Wayar Sangngern.”

“Apa Tay Tawan Vihokratana?”

“Lo tuh ya. Keras kepala.”

Joss hanya terkekeh kecil. Dia menatap wajah Tay Tawan yang terlihat lelah.

“Cukup kasih gua kesempatan. Kalau lu marah-marah karena skripsi lu direvisi, lu bisa marah ke gua. Kalau lu mau ngerjain skripsi ditempat lain, ajak gua. Nanti gua cari tempat baru biar lu gak suntuk. Gua bisa anter jemput lu. Gua bisa jadi tong sampah lu. Cukup kasih gua kesempatan.” Pinta Joss sekali lagi.

Tawan menghela nafasnya frustasi. Dia tidak bisa berkata tidak kan?

“Gua gak bisa nolak juga kan? Lo pasti bakal terus datengin gua sampe gua bilang iya.”

Joss menampilkan cengiran lebarnya.

“Bener. Sekarang kita pacaran berarti bang.” Ucap Joss santai.

Tawan menegakkan badannya terkejut.

“Loh kok pacaran?! Cuma kesempatan ya Joss?!!” Protes Tawan karena merasa dirinya terkena jebakan.

“Kesempatan itu artinya pacaran. Masa mau pdkt sih bang? Kan gua apply-nya lamaran. Kalau dari pdkt berarti dari nol dong. Pacaran lah bang, tahap sebelum lamaran.”

Joss menjelaskan dengan senyuman tengilnya, Tawan hanya bisa memutar bola matanya dan kembali membenamkan wajahnya dimeja.

“Terserahlah.” Gumam Tawan tidak terlalu jelas.

Joss hanya tertawa dan kembali mengusak gemas rambut senior disampingnya ini. Tay Tawan benar-benar menggemaskan.