Josstay: Nikah Muda
Something in the rain
Tawan melambaikan tangannya pada teman-temannya yang memilih untuk pulang duluan karena kelelahan.
Tawan akui bahwa hari ini memang sangat melelahkan, dimulai dari mata kuliah yang jamnya berantakan sampai kuis dadakan yang membuat kepalanya pusing.
Tawan rasanya ingin langsung pulang dan tiduran di kamarnya hingga besok pagi, tapi dia harus mereview beberapa materi untuk besok karena dosen yang mengajar cukup killer dan suka bertanya tentang materi yang akan dipelajari hari itu.
Tawan sudah mengirimkan pesan yang mengabarkan pada suaminya bahwa kelasnya sudah selesai, namun sampai sekarang pesan tersebut belum dibaca, mungkin saja sedang berada di jalan makanya tidak sempat melihat ponsel.
“Nak Tawan? Masih belum di jemput?” Sebuah suara mengagetkan Tawan, ternyata satpam fakultasnya yang tadi menerima makanan dari Joss yang mengajaknya berbicara.
“Belum pak Kamil hehe.” Jawab Tawan seadanya.
“Mending nunggu di dalem aja, liat udah mau ujan tuh.” Ajak pak Kamil.
Tawan memperhatikan langit yang memang berubah menggelap. Tawan merasa cemas, bagaimana kalau Joss kehujanan? Apalagi lelaki itu tidak terlihat suka membawa jas hujan di motornya. Tawan juga lupa membawa jaket karena tadi mereka agak terburu-buru karena takut terjebak macet.
“Iya pak kalau ada yang nyari bilang saya di ruang sekre ya pak.” Pinta Tawan.
Tawan berlalu masuk kembali ke gedung kuliahnya untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah, beberapa kali Tawan tersenyum membalas sapaan orang-orang yang dikenalnya.
“Loh Tay, gak jadi pulang?” Kali ini teman sekelasnya yang bernama Namtan yang bertanya padanya.
“Belum di jemput, kalau lo kenapa belum pulang?” Tanya Tawan balik.
“Nungguin Singto nih dia masih ada praktek tambahan, gue mau nabeng dia hehe.” Jawab Namtan dengan senyumannya.
Tawan hanya mengangguk dan duduk disebelah Namtan dan memejamkan matanya, memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya sambil menunggu Joss.
“Eh iya Tay gimana kehidupan lo? Berubahnya jauh banget gak?” Tanya Namtan penasaran, “Gila pas kemarin gue dateng ke pernikahan lo gue speechless banget karena konsepnya keren banget.” Cerita Namtan.
Tawan sendiri hanya mengulum senyumnya saat ada seseorang yang memuji konsep pernikahannya, “Hehehe ada perubahannya, kalau bangun tidur ada orang disamping, terus bikin sarapan, makan malem buat berdua wkwk apalagi ya, lebih kayak ada tempat buat berkeluh kesah kali ya? Karena kan lebih tua dia jadi kalau cerita lebih enak aja gitu.”
“Ah gilaaa jadi mau nikah jugaaa, tapi kaget sih asli gue pas lo nikah duluan, soalnya anak angkatan kan tau lo gak tertarik apapun selain belajar sama anime wkwk” Ucap Namtan lagi.
Tawan hanya terkekeh kecil, benar semua orang tau betapa dirinya sangat suka dengan anime. Bahkan banyak yang mendekatinya melalui perantara anime, “Iya sama gua juga masih suka gak nyangka. Tapi ada yang dateng ngelamar yaudah gimanaa.” Jawab Tawan.
Memang berita Tawan dijodohkan tidak banyak yang tau, mereka yang bukan teman dekatnya hanya tau sebatas Tawan dilamar oleh anak kolega ayahnya.
“Eh Tay, gue duluan yaaa Singto udah selesai tuh. Lo gak apa-apa ditinggal sendiri?” Tanya Namtan saat melihat Singto berdiri di depan ruang sekre.
Tawan memberikan ibu jarinya dan melambaikan tangannya saat Namtan pergi meninggalkannya. Tawan melihat ponselnya lagi, sudah 15 menit dia menunggu Joss dan batang hidung lelaki itu belum terlihat juga.
Tawan meletakkan tasnya diatas meja sebagai bantal dan mulai memejamkan matanya untuk beristirahat. Mungkin 10 menit lagi Joss akan datang.
Tawan sayup-sayup mendengar suara orang yang berlalu lalang, Tawan sendiri sudah tidak menghitung berapa lama ia tertidur, matanya terlalu berat untuk ia buka.
Pintu ruang sekre di buka, Tawan tidak memperdulikan siapa yang masuk, dia hanya ingin beristirahat dengan tenang. Tawan membalikkan tubuhnya ke arah dinding dan kembali tertidur.
Sebuah tangan memasangkan jaket pada tubuh kecil Tawan, “Dek?” Sebuah suara yang dikenal Tawan menyapa indera pendengarannya, itu suara suaminya.
“Hm?” Tawan hanya menjawab sekenanya karena matanya masih sangat berat.
Joss hanya tersenyum kecil, merasa sedikit bersalah karena terlambat 40 menit menjemput Tawan. Sekarang sudah hampir pukul 5 sore dan di luar hujan deras. Beruntungnya Joss sampai tepat waktu.
Tadi saat bermain ps dengan teman-temannya, Joss tertidur karena lelah menunggu giliran bermain ps, belum lagi memang Joss sudah lama tidak tidur siang. Saat dia bangun betapa terkejutnya saat jarum jam menunjukkan angka 4:25 dimana sudah lewat 25 menit dari jam pulang kuliah Tawan.
Saat ingin memarahi temannya karena tidak membangunkannya, Joss juga melihat teman-temannya tertidur dengan nyenyak. Tanpa berpamitan, Joss langsung pergi menjemput Tawan.
Joss melipat tangannya di atas meja dan menatap Tawan yang tidur membelakanginya, saat diberitahu oleh pak satpam bahwa Tawan tertidur rasanya Joss sedikit lega, dia tidak membayangkan Tawan menunggunya di depan gedung berdiri selama 40 menit. Ternyata lelaki itu tertidur dengan pulas.
“Mau pulang sekarang apa nunggu hujan reda?” Tanya Joss pada Tawan yang masih memejamkan matanya.
“Kak J kan gak punya jas hujan.” Jawab Tawan tidak jelas karena masih menumpukan wajahnya pada lengannya.
“Punya, tadi aku beli di Indomaret karena tau bakal ujan, tapi kayaknya dari lutut kebawah bakal basah.” Jelas Joss.
“Kasian kamu capek, mending tidur di rumah yuk kalau disini nanti badannya makin sakit.” Lanjut Joss lagi.
“Yaudah oke....” Gumam Tawan.
Tawan mencoba membuka matanya, tangannya mengusap wajahnya untuk menyadarkannya dari rasa kantuk yang masih menderanya.
Joss terkekeh kecil dan membantu Tawan untuk berdiri, Joss mengambil jaketnya dan memasangkan jaket tersebut pada tubuh kecil Tawan.
“Angkat dulu tangan kanannya..” Pinta Joss
Tawan mengangkat tangan kanannya untuk memudahkan Joss memakaikan jaket pada tubuhnya, Tawan tidak bisa memikirkan hal lain selain tidur. Matanya sama sekali tidak bisa diajak bekerja sama.
Setelah jaketnya terpasang dengan rapi di tubuh Tawan, Joss kembali memakaikan Tawan tas lelaki itu. Tawan hanya bisa menerimanya tanpa banyak protes.
“Ayo tadi jas ujan sama helmnya aku titip di pak satpam. Kamu bisa jalan kan?” Ajak Joss.
“Hm bisa kak J.” Gumam Tawan.
Joss mengaitkan tangan Tawan pada tangannya sebagai tumpuan berjalan, pasti Tawan sangat kelelahan.
“Kamu mau mampir drive thru makanan gak? Atau mampir ke starbucks dulu? Tadi kamu minta starbucks kan.” Tanya Joss.
Tawan menggeleng kecil, “Nanti malem aja kak sekarang aku mau tidur banget.” Bisik Tawan dengan suara lemasnya.
Joss terkekeh kecil dan mengusak kepala Tawan dengan penuh sayang. Joss tersenyum pada pak satpam yang sudah membantunya dua kali hari ini. Tangannya dengan cekatan membuka jas hujan yang dibelinya dan memasangkannya pada tubuh Tawan dengan telaten.
Joss mengencangkan ikatan pada kupluk jas hujan Tawan agar kepala lelakk itu terlindungi dari hujan, “Ayo pake helmnya sendiri ya? Aku mau pake jas hujan dulu.” Pinta Joss.
Tawan mengangguk dan memasang helm bogo miliknya sambil menunggu Joss yang sedang memakai jas hujannya. Tawan melihat sekeliling, benar hujan turun dengan derasnya. Saat di sekre tadi suara hujannya tidak terlalu terdengar, kampus juga sudah tidak terlalu ramai hanya tinggal beberapa orang yang menunggu jemputan.
Joss menuntun Tawan pada motornya dengan perlahan karena jalanan yang licin. Joss membantu Tawan untuk naik ke atas motornya terlebih dahulu, baru dirinya naik belakangan.
“Kalau mau tidur gapapa, tapi pegangan yang erat ya dek? Takut jatoh. Kayaknya macet juga.” Ucap Joss dengan keras agar terdengar oleh Tawan.
“Iya kak.” Balas Tawan seadanya.
Tawan mengalungkan tangannya di perut Joss dan menyandarkan tubuhnya pada tubuh kekat lelaki itu, Tawan memejamkan matanya merasakan punggung hangat Joss, rasanya sangat nyaman. Jika perjalanan pulang kerumah mereka terjebak macet, Tawan rasa dia akan baik-baik saja karena saat ini punggung Joss menjadi tempat ternyamannya untuk tidur.
“Dek maaf ya telat jemputnya? Tadi kakak ketiduran, sekarang ayo pulang. Kamu boleh tidur. Ngantuk kan?” Ucap Joss sekali lagi.
Tawan hanya memberikan anggukan kecil sebagai jawabannya.
“Sleep well sayangnya kakak.” Ucap Joss sebelum menjalankan motornya.
Tawan yang sudah memejamkan matanya tidak terlalu mendengar ucapan Joss, lelaki itu hanya merasakan tangannya yang memeluk Joss dilingkupi oleh tangan lainnya, Tawan tersenyum kecil, rasanya sangat nyaman dan hangat.
Joss sendiri mengeratkan pegangan tangannya pada tangan tawan yang memeluk perutnya, sesekali melirik spion untuk memastikan Tawan merasa nyaman dan tidak terusik tidurnya meskipun dibawah derasnya hujan.
Joss tersenyum kecil dibalik helm yang dipakainya, sepertinya Joss tau alasan hujan turun sore ini, karena matahari yang biasa menyinari bumi sedang tertidur dibelakangnya.
“Dih alay banget dah gua.” Gumam Joss pada dirinya sendiri lalu terkekeh karena pikiran anehnya. Entah kenapa saat dekat Tawan perasaan nyaman selalu melingkupinya. Joss menyukai itu, seperti yang dia katakan bahwa Tawan terasa seperti rumah.
Joss seperti dihantam oleh sebuah hal, pertanyaan Bright dan Luke tentang perasaannya. Joss mungkin saja punya jawaban yang menggambarkan rasa aneh yang menyelimutinya dua hari ini.
“I didn't fall for him. It wasn't a falling feeling. It was more of a wandering into a quiet room and knowing I was home.” Gumam Joss dengan senyuman kecil di wajah tampannya.