Josstay: Nikah Muda
Morning after night
Pagi itu Tawan bangun dengan keadaan tubuh yang penuh dengan rasa nyeri, terutama di tubuh bagian bawahnya. Tawan yang masih enggan membuka mata dan hanya meraba sisi sampingnya, namun seprei itu terasa dingin, seperti tidak ada yang menidurinya semalaman.
Kak?” Panggil Tawan dengan suara serak, tenggorokannya terasa sakit. Mungkin karena terlalu banyak berteriak dan terisak semalam.
“Kak J?” Panggil Tawan sekali lagi, namun keheninganlah yang masih menjawab lelaki manis itu.
Tawan kembali merapatkan selimutnya, bingung yang ia rasakan saat ini. Mau bangun dan mendatangi kak J di bawah, tapi sepertinya dirinya tidak mampu untuk berjalan sendiri. Rasa sakitnya di pinggulnya benar-benar terasa nyata.
Tawan memutuskan untuk mengambil ponselnya dan menelfon Joss, sedikit sedih rasanya karena dia berpikir akan mendapatkan after care di pagi hari dengan bermanja-manja. Tawan juga ingin dicium dengan banyak oleh lelaki itu.
“Kak J?” Panggil Tawan saat panggilan ponsel dijawab pada dering ketiga.
“Udah bangun?” Suara Joss terdengar panggilan disertai suara ombak yang menabrak pekarangan.
“Kak J dimana?” Tanya Tawan tanpa basa-basi.
“Maaf, lagi olahraga. Dikit lagi selesai.”
Tawan mencebikkan bibirnya saat mendengar nada datar suaminya, “Iya gak apa-apa kak....”
“Ok, mau nitip makan nggak?”
“Boleh kak, aku laper.”
“Yaudah tunggu 5 menit lagi ya.”
Tawan meletakkan ponselnya kembali setelah sang suami memutuskan panggilan telfon mereka. Matanya menatap langit-langit kamarnya, apa yang dilakukannya semalam berputar dengan cepat diotaknya. Bagaimana jemari Joss dengan gentle namun juga terasa panas membelai kulitnya.
Tawan merasakan wajahnya memanas dengan total, begitu banyak hal yang ingin dia lakukan setelah hari ini. Tawan sudah menunggu semuanya cukup lama, dia ingin bermanja-manja dengan Joss tanpa harus memikirkan alasan atas tindakan yang dilakukannya.
Tawan ingin secara bebas memeluk dan mencium Joss, memikirkannya saja sudah membuat Tawan merasakan banyak kupu-kupu berterbangan diperutnya. Rasanya menyenangkan sekaligus mendebarkan.
Suara pintu terbuka membangunkan Tawan dari lamunan yang membelenggunya, “Kak?” Sapa Tawan saat melihat tubuh tinggi dan besar milik suaminya masuk membawa plastik yang sudah pasti berisi makanan.
“Hey.... how was your sleep?” Tanya Joss, lelaki itu meletakkan bubur yang dibelinya dan duduk di pinggir tempat tidur dengan tubuh yang penuh dengan keringat.
“My sleep was okay. Kakak olahraga dari jam berapa?”
Joss menjulurkan tangannya untuk mengusap pipi Tawan yang disambut Tawan dengan suka cita dilihat dari Tawan yang mengusalkan pipinya pada tangan besar itu.
“Lupa. Pas kamu belum bangun pokoknya.”
Tawan tertawa dan memukul pelan tangan Joss karena jawaban super aneh tersebut, Joss sendiri hanya tersenyum dan mengambil bubur yang sudah dibelinya untuk dimakan oleh Tawan.
“Makan dulu, you must be tired from last night.” Joss membantu Tawan untuk duduk bersandar.
“My butt sore...” Ucap Tawan dengan malu.
Joss hanya tertawa kecil, lelaki itu bangkit untuk membersihkan tubuhnya setelah melihat Tawan sudah memakan sarapannya.
“Kak.... mau mandi bareng gak?”
Belum sempat Joss masuk ke dalam bilik kamar mandi, suara suami kecilnya terdengar dipenjuru kamar. Baik Tawan maupun Joss terdiam karena terkejut, Joss terkejut akan ajakan Tawan dan Tawan terkejut akan keberaniannya.
“Later....” Balas Joss tanpa menoleh ke arah Tawan.
“Kalau sekarang takutnya kebablasan, kamu besok harus kuliah.” Joss masuk ke kamar mandi tanpa melihat reaksi Tawan.
Tawan sendiri menutup wajahnya dengan kedua tangannya, pipinya terasa memanas. Ucapan Joss membuatnya kembali merasakan malu untuk sekian kalinya. Belum terbiasa namun Tawan sangat menyukai bagaimana mereka mengobrol ke arah yang lebih intim saat ini.
Tawan membiarkan Joss mandi dengan tenang sementara dirinya memakan buburnya dengan lahap. Sangat lapar, tenaganya terkuras habis dan mereka harus melakukan perjalanan kembali ke Jakarta.
Lelaki kecil itu tidak sabar untuk pulang ke rumah bundanya, ia rindu memakan masakkan bundanya, selama ini bunda Joss yang sering mengirimkan makanan untuknya, belum lagi ia rindu menonton anime bareng dengan adiknya Nanon, waktu yang ada akan Tawan manfaatkan sebaik mungkin.
Tawan tersenyum tanpa sadar, ia bahagia saat ini. Sangat bahagia sampai rasanya seperti mimpi, dan jika memang mimpi, Tawan berharap tidak ada yang membangunkannya karena saat ini, Tawan merasa Joss sangat menyayanginya sebanyak ia menyayangi lelaki itu.