Josstay: Nikah Muda

Back Home

tags: mentioning past, anxiety, self-blaming, they're hurt each other.

I'm sorry for typo(s) and broken english.


Waktu menunjukkan pukul 10 malam.

Joss menginjakkan kakinya di bandara Halim Perdana Kusuma, ia melirik teman-temannya yang terlihat mengantuk. Dua hari belakangan ia dan teman-temannya menghabiskan waktu untuk bersenang-senang ditengah padatnya jadwal pekerjaan. Joss sendiri merasa dirinya sudah lebih baik daripada sebelumnya, ia bisa bernafas dengan baik dan perasaan takutnya juga tidak datang sesering sebelumnya.

Kepulangan Joss hari ini tanpa pemberitahuan ke suaminya, Tawan. Kalau diberi tahu pasti Tawan akan menjemputnya ke bandara, ia tidak ingin Tawan menunggu di jam hampir tengah malam seperti ini.

“Lu mau balik ke apartment?” Bright bertanya dengan wajah super mengantuknya.

“Iya, gua langsung ke apartment aja naik taksi. Kalian balik dah. Anterin Sammy sama Mild jangan lupa.” Ucap Joss.

Bright, Luke, dan Kayavine menganggukkan kepalanya dan melambaikan tangannya ke arah Joss yang sudah memasuki taksi. Mereka percaya bahwa Joss pasti akan pulang ke apartmentnya, maka dari itu mereka tidak memaksa Joss untuk pulang bersama.

“Semoga dia cepet bilang ke Tawan biar terapinya bisa dilanjutin lagi.” Bisik Bright yang ditanggapi anggukan setuju dari teman-temannya.


45 Menit perjalanan Joss habiskan untuk mengistirahatkan tubuhnya. Ia tertidur begitu saja di taksi yang membawanya pulang ke apartment. Saat ini waktu menunjukkan pukul 11, Joss membeli beberapa makanan instan sebelum ia naik ke lantai apartmentnya.

Ia melihat apartment yang sudah ditinggalkan beberapa hari belakangan dengan pandangan yang sukar diartikan, lelaki itu meletakkan koper dan kantung belanjaannya dengan asal. Langkah kakinya dengan yakin menuju kamar tidurnya.

Joss membuka pintunya dengan hati-hati, kamarnya gelap, hanya ada pencahayaan yang berasal dari lampu tidur. Joss melepaskan jaketnya, melemparnya dengan asal.

Lelaki itu mendekati tempat tidur, dimana seorang lelaki kecil yang tertidur dengan pulas. Joss merindukannya, rasanya sudah lama sekali ia tidak melihat wajah manis suaminya. Tawan tidur dengan tenang, Joss menimbang- haruskah ia tidur di sofa atau tidur bersama suaminya?

Namun rasa rindu yang menggebu membuat Joss menyingkirkan seluruh pikiran buruknya, lelaki bertubuh besar itu menyelipkan dirinya di belakang Tawan. Joss memeluk Tawan dalam posisi little spoon, seluruh rasa gundah yang dirasakannya belakangan ini dengan ajaib meluruh begitu saja saat tubuh mereka berdua bersentuhan.

Joss mengembuskan nafasnya dengan lega, hidungnya menghirup aroma tubuh Tawan yang sangat khas. Ia beberapa kali juga mengecup kepala sang suami, rasanya seperti pulang ke rumah. Seperti inilah yang ia cari, apakah selama ini dia terlalu keras pada dirinya sendiri?

Joss memutuskan untuk fokus memeluk sang suami, tidak ingin membiarkan pikiran buruknya kembali mengambil alih kewarasannya. Joss mengeratkan pelukannya pada Tawan tanpa menyadari bahwa lelaki yang dipeluknya terganggu atas pelukannya yang terlalu erat.

“Kak J?” Suara khas bangun tidur terdengar. Walaupun Tawan hanya berbisik kecil tapi karena posisi Joss sedang memeluk lelaki itu, maka suaranya tetap terdengar dengan jelas.

Joss sendiri hanya berdeham kecil menjawab panggilan Tawan, lelaki itu semakin mengeratkan pelukannya. Merasakan kebahagiaan memenuhi peredaran darahnya.

“Kok gak bilang kalau pulang?” Tanya Tawan, lelaki itu tidak banyak bergerak. Ia memutuskan untuk diam dan menerima semua pelukan yang berasal dari suaminya. Tawan menyentuh tangan Joss yang melingkari dadanya, posisi little spoon adalah posisi yang selama ini sangat ia ingin lakukan bersama sang suami.

“hmmmm maaf.” Bisik Joss.

Mereka terdiam dalam posisi yang sama. Rasa kantuk Tawan sudah hilang sepenuhnya, dia saat ini sangat ingin berbicara pada Joss tentang keadaan mereka seminggu belakangan.

“Kak J?” Panggil Tawan sekali lagi. Namun tidak ada suara sahutan. Tawan memutuskan untuk melepaskan pelukannya dan berbalik menatap sang suami.

“Jangan sekarang. Besok aja.” Ucap Joss menahan Tawan, “Besok janji ngobrol. Sekarang butuh istirahat.”

Tawan membiarkannya, lelaki kecil itu memeluk kembali tangan Joss yang melingkari tubuhnya. Hidungnya menghirup aroma Joss yang khas yang saat ini memenuhi kamarnya. Setelah merasakan dinginnya tempat tidur selama beberapa hari, saat ini akhirnya Tawan bisa merasakan kehadiran suaminya kembali.

Tawan memejamkan matanya, jemarinya mengelus punggung tangan Joss dengan lembut, merasakan nafas teratur sang pujaan hatinya. Lelaki itu pasti kelelahan setelah perjalanan jauh.

“Gak mau dibuatin jahe? atau susu hangat? Kemarin aku beli angkringan jahe merah yang sachet.. Enak...” Ucap Tawan pelan, dengan mata yang masih terpejam.

“Hmmm beli dimana?” Jawaban Joss mengangetkan Tawan. Ia pikir Joss sudah tertidur atau lelaki itu akan berpura-pura tidur dan tidak menjawab pertanyaannya.

“Beli di shopee! Kemarin dikasih tau Metawin kalau pas dia lagi ngga enak badan minum angkringan jahe badannya jadi enak karena anget gitu. Terus pas aku coba ternyata enak beneran, gak terlalu manis juga. Jahenya kerasa banget, jadi aku kemarin beli 3 renceng. 1 renceng isi 12.” Tawan bercerita tanpa diminta.

“Kalau kak J mau coba, bisa aku buatin sekarang kok!” Lanjut Tawan.

Joss tidak membalas, lelaki itu semakin menyeludupkan kepalanya di leher Tawan, “Gak usah. Mau tidur aja.” Jawab Joss dengan suara parau.

Tawan hanya mengangguk tanpa berbicara lagi, dia membiarkan Joss mendapatkan istirahatnya dengan nyaman. Walaupun dia sendiri tidak mengantuk karena baru saja terbangun tapi Tawan tetap memejamkan matanya, elusan jarinya di punggung tangan Joss tidak berhenti.

“Good night kak J...” Bisik Tawan pelan.

Kedua lelaki itu menghabiskan malamnya dengan beristirahat. Mereka akhirnya menyerah pada perasaan yang masih menggantung dengan tidak nyaman dan memilih untuk memberi makan perasaan rindu yang menggebu-gebu. Mereka tau bahwa mereka masih memiliki banyak waktu untuk memperbaiki hari kemarin maka dari itu malam ini mereka tertidur dengan harapan apapun yang terjadi besok, semuanya akan terselesaikan dengan baik-baik saja.


Tawan bangun terlebih dahulu. Lelaki itu melepaskan pelukan Joss pada tubuhnya dengan perlahan, memastikan sang suami tidak terbangun atas pergerakan kecilnya.

Tawan merenggangkan tubuhnya, dia sangat mengapresiasi pagi ini karena Jakarta terasa lebih dingin atau entah pengaruh dari air conditionernya yang berada diangka 16.

Tawan melirik Joss sekali lagi yang masih tertidur dengan pulas dan memutuskan untuk mandi di kamar mandi luar agar tidak mengganggu lelaki itu.

Tawan juga sudah memikirkan untuk memasak cream soup dan juga memanggang roti untuk sarapan mereka pagi ini.

Memikirkan tentang dirinya kembali pada rutinitasnya membuat Tawan sangat bahagia. Tawan bahkan bersenandung kecil ketika membuatkan sarapan. Ia harap hari ini berjalan dengan baik. Dia akan membangunkan Joss lalu menyuruh lelaki itu untuk bersiap sebelum melanjutkan pembicaraan mereka nanti.

***

Tawan dan Joss memilih untuk berdiam diri di rumah hari ini. Joss mengambil libur karena sudah bekerja selama weekend kemarin, Tawan pun tidak ada kuliah hari ini karena dosennya sedang berhalangan untuk hadir.

Tawan duduk di tengah tempat tidur dengan mata yang terfokus pada televisi di depannya. Pintu kamar yang terbuka membuat Tawan menoleh, dia melihat suaminya yang tadi izin untuk mengirim beberapa laporan untuk diperbaiki oleh sekertarisnya.

Joss menggigit bibirnya pelan, merasa kebingungan untuk memulai percakapan yang ia janjikan semalam. Matanya melirik televisi yang menampilkan berita.

Tawan merasakan kebingungan yang dirasakan suaminya hanya tersenyum kecil, “Sini kak J.” Ucap Tawan menepuk pahanya. Mempersilahkan Joss untuk bergelung pada tubuhnya.

Joss mengerjap pelan, namun dia tetap berjalan ke arah tempat tidur. Menatap tangan Tawan yang masih menepuk-nepuk pahanya, apakah boleh ia tiduran di paha sang suami?

Melihat Joss yang hanya berdiam, Tawan langsung menarik tangan lelaki itu, “Gak apa-apa. Kita masih pasangan suami kan? Kalau iya, kak J boleh kok tiduran di pahaku. All yours.”

Joss berdeham pelan, “Masih pasangan.”

Tawan menampilkan cengiran lebarnya saat Joss mulai berbaring dengan kepala yang bersandar di pahanya.

“Boleh usap rambut kak J?” Tanya Tawan dengan hati-hati. Joss terlihat sangat rapuh- Tawan sejujurnya sangat takut melakukan kesalahan dalam bertindak. Takut Joss akan menjauh kembali.

“Boleh...”

Tawan langsung mendaratkan tangannya pada rambut Joss dan memainkan rambut lebat itu dengan penuh perasaan sayang, “Oh God. I miss you so much.” Bisik Tawan pelan. Sangat pelan hingga Tawan berpikir bahwa bisikannya tidak akan terdengar oleh Joss.

Namun lelaki dengan tinggi 6'2 ft masih mendengarnya dengan jelas, dia hanya terdiam karena tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Tawan yang saat ini lebih mengekspresikan perasaannya masih membuatnya sangat canggung.

“Jadi... Kak J udah mau cerita atau masih butuh waktu? Kalau emang masih butuh waktu gak apa-apa, hari ini kita cuddle aja sambil nonton tv.” Tawan memulai percakapan dengan intonasi halusnya. Ia mencoba sebisa mungkin merangkul Joss bersamanya. Tangannya tidak berhenti mengelus rambut Joss agar lelaki itu merasa nyaman.

Joss terlihat berpikir sebentar.

“Maaf.” Kata tersebut adalah ucapan pertama yang keluar dari bibirnya.

Tawan tersenyum kecil, tangannya berpindah mengelus pipi Joss dengan lembut, “Maaf untuk siapa? Kamu emang ngelakuin kesalahan apa kak? Kan gak salah apa-apa.”

“Maaf ke kamu.”

Tawan terkekeh kecil, “Ke aku? Emang kamu ngapain? Kamu gak buat salah lho ke aku. Keliru kamu kak, mungkin yang kamu maksud maaf untuk diri kamu sendiri?”

Joss terdiam mendengar ucapan Tawan. Benarkah?

“Iya ayo minta maaf dulu sama diri kamu sendiri baru boleh minta maaf sama aku. Maaf karena kamu udah terlalu keras sama dirimu sendiri, maaf karena kamu menghalangi dirimu sendiri buat bahagia, dan maaf-maaf lainnya?” Ucap Tawan lagi.

Joss menatap Tawan dengan ragu, namun ia tetap mengikuti perkataan Tawan.

“Maaf, Joss Wayar.” Bisik Joss pada dirinya sendiri.

Tawan tersenyum dengan lebar, “I'm so proud of you kak J. You did well.”

“Thank you...” Bisik Joss lagi.

Tawan tertawa, “Kok loyo gini? Mana nih kak J yang keliatan powerful meskipun dia cuma diem?”

Akhirnya satu senyuman muncul di wajah tampan Joss, senyuman yang sejak semalam sudah Tawan tunggu-tunggu.

“Keliatan jelek banget ya?” Tanya Joss.

Tawan mencebikkan bibirnya, “Jelek is a strong word. Maybe loyo is the right word to describe your condition right now kak”

“Haha. Bener. Loyo.” Kekeh Joss.

Tawan menatap Joss dengan pandangan berbinarnya. Kekehan itu adalah kekehan yang membuatnya jatuh cinta lagi dan lagi kepada lelaki ini

Joss terdiam dan kembali menatap Tawan dengan pandangannya yang jauh lebih tenang daripada sebelumnya, “I've been thinking about everything these past few days.”

Tawan mengangguk, “What are you thinking about?”

“Myself and you.”

“I know you must be thinking about me, I'm really hard to forget, right?!”

Joss tersenyum lagi, kali ini lebih seperti cengiran, “Right. I can't deny it.”

“AHA! That's my charm.” Ucap Tawan dengan bangga, “Do you mind sharing what you think with me?” Lanjut Tawan dengan halus.

“I think of myself in the past.” Ucap Joss dengan sedikit ragu.

“The past? When you were young?” Tanya Tawan dengan jahil.

“You make me feel so old! I'm not that old??” Protes Joss.

“Just kidding :p” Tawan menjulurkan lidahnya dengan ceria. Tawan benar-benar berusaha sebaik mungkin agar Joss merasa nyaman bercerita dengannya, “Pas kamu masih sekolah atau kuliah?” Lanjut Tawan.

“Kuliah.”

Tawan kembali mengelus rambut Joss, “I bet you must be the most-wanted-guy in college.”

“I am.” Joss menyetujuinya dengan cepat.

“But there was someone else who became the most-wanted-guy on campus besides me at that time. He's really a most-wanted because I admire him too.”

“At first I felt that I only admired him because he was good at communicating, he looked so bright and made everyone who saw him couldn't help but admit his beautiful.” Ucap Joss dengan pelan. Lelaki itu mencoba memutus kontak matanya dengan Tawan namun Tawan menolaknya.

“What does young Joss do when he meets someone as beautiful as the sun?” Ucap Tawan dengan semangat. Tawan mencoba memberitahu Joss bahwa dia akan mendengarkan segalanya.

Joss menekuk alisnya tidak setuju, “No. He's not as beautiful as sun. It's you, not him.”

Tawan menahan senyuman dibibirnya, jantungnya berdegup dengan kencang, “Gombal.” Bisik Tawan dengan pipi yang memerah.

“Itu fakta, litte Te.” Balas Joss dengan kalem.

Tawan terdiam mendengar panggilan yang dangat dirindukannya. Little Te.

“Hey, kok diem?” Tanya Joss, “Did I made mistake?” Lanjutnya dengan ragu.

Tawan mengedipkan matanya beberapa kali, mencoba untuk kembali fokus, “No.. I just found new identity. My name is little te now. I don't know who Tawan Vihokratana is. Call me little te from now on.”

Joss tidak pernah dalam hidupnya merasa sangat dicintai seperti ini oleh orang lain dalam konteks romantis, rasanya ingin menyambutnya namun disaat yang bersamaan juga ingin bersembunyi.

Padahal itu hanya sebuah panggilan, namun ada orang lain yang begitu bahagia mendapat sebuah nama panggilan darinya.

Tawan yang menyadari Joss terdiam lantas merasa salah tingkah, “Kak J. Lanjutin ceritanya ayo.”

Joss mengangguk, “I started to approach him, but it wasn't easy. There are so many people who want to be his boyfriend and I am just one of them. But I didn't give up, I realized that he tends to appreciate someone who has fame and I feel I have the advantage because at that time I was known by many people.”

“but that wasn't enough, so I started giving him gifts. I also accompanied him with his assignments, helped him write essays and so on. Bright said at that time I was really blinded by love, I didn't realize it but that's the truth.”

“It took me a year to get close to him, we ended up dating in the second year of college. I felt like the happiest human being at that time, it felt like my struggle for one year to get his heart paid off.” Jelas Joss panjang lebar. Tawan mendengkarkannya kata perkata, lelaki itu sesekali mengelus rambut ataupun pipi milik suaminya.

“That's quite a long time... a year.” Komentar Tawan.

“Yes. Several times I wanted to give up because he wasn't just close to me, he was close to everyone and sometimes I felt special and sometimes I didn't.” Joss mengakuinya bahwa itu memang terlalu lama untuk masa pendekatan.

“Then why don't you just give up?” Tanya Tawan penasaran.

“I already said that I was blinded by love.” Protes Joss.

Tawan terkekeh senang melihat wajah merajuk Joss, setidaknya ia berhasil membuat pembicaraan penting ini menjadi lebih santai. Awalnya Tawan sangat takut jika Joss mengalami kecemasan berlebih, namun sepertinya dia cukup berhasil membuat Joss merasa nyaman dalam pembicaraan mereka.

“Oke oke kak J, calm down. Save your claws, ok?” Ucap Tawan riang. Joss hanya mendengus kecil. Lelaki itu menangkap jemari Tawan yang sejak tadi bermain diwajahnya, dia menggenggamnya dengan erat. Mencoba mendapatkan dukungan dari sang suami.

Joss kembali menatap Tawan dan melanjutkan ceritanya, “In fact I've been warned many times, either Bright or Mild often tell me they don't really like him or they often talk about insincere eyes or different treatment. But I don't trust them because in my eyes he loves me as much as I love him.”

Tawan menepuk-nepuk kepala Joss dengan tangannya yang bebas dari genggaman Joss, “It's okay, falling in love is always like that, right? We can't blame people who fall in love.”

Joss terdiam, kepalanya kembali memutar kejadian beberapa hari lalu. Saat Tawan meminta maaf karena telah mencintainya. Jatungnya seperti dipukul oleh palu, perasaan bersalah itu kembali muncul.

Dia sangat begitu bajingan. Dia tidak pantas untuk berbaring bersama Tawan saat ini? Dia sudah menyakiti lelaki ini. Kenapa Tawan masih berbaik hati padanya? Kepala Joss terasa sakit. Lelaki itu ingin kabur dan bersembunyi. Meninggalkan semua perasaan tidak nyaman yang menyelimutinya saat ini.

“I'm sorry...” Ucap Joss tiba-tiba.

Tawan terkejut mendengarnya, matanya menatap Joss yang terlihat ketakutan? Apakah Tawan salah berbicara?

“Kak.. Why are you apologizing?” Bisik Tawan pelan.

Genggaman tangan Joss semakin erat, bahkan seperti meremas pergelangan tangan Tawan. Tawan tidak memperdulikannya, dia hanya memperdulikan Joss yang saat ini kembali rapuh.

“Sorry for leaving you that day. Sorry for being mean. Sorry for being an asshole. I'm sorry. I'm sorry. I'm sorry.” Bisik Joss pelan. Lelaki itu berucap kata maaf berulang kali dengan intonasi yang menyedihkan.

“Kak J. It's not your fault.” Ucap Tawan menenangkan Joss yang semakin terlihat ketakutan.

“No.... It's my fault.” Bisik Joss.

“I was there when you cried. I saw you fall between your tears. I was there and I should have hugged you if I had to, but I didn't. I'm sorry. I'm sorry.” Bisik Joss putus asa.

“I saw you cry but I chose to leave... I told you not to love me. I'm the worst. I'm sorry. I should have done better. I'm sorry. Sorry for letting you stand alone when I should be able to help you up. I'm Sorry.” Bisik Joss berulang kali.

Tawan mengalihkan pandangannya, Joss masih disana saat ia menangis dan memohon. Joss disana dan dia memilih untuk tetap pergi. Tawan menggigit bibirnya dengan keras, menahan semua air matanya.

“Why are you apologizing? It's not your fault.” Bisik Tawan terbata. Dadanya terasa berat, seperti ada sebuah batu besar yang menimpanya saat ini. Tawan tidak sanggup untuk melihat Joss, tidak untuk saat ini.

“It's not your fault. It's my fault. I broke my promise not to love you, it was my fault not yours. Stop apologizing.” Bisik Tawan sama putus asanya.

Joss bangkit dari posisi berbaringnya, lelaki itu menghadap Tawan. Menggenggam tangan Tawan yang mulai mendingin, matanya memaksa menatap mata Tawan yang sejak tadi menghindari matanya.

“This is not your fault. Like you said earlier, we can't blame people who fall in love. It's not your fault. It's mine.” Ucap Joss setelah berhasil menemukan suaranya kembali.

Tawan menatap Joss dengan mata yang berkaca-kaca, dia terkekeh miris, “Kak J, why do we seem to be competing to claim a fault?”

Joss mengerjapkan matanya dan baru menyadari bahwa sedari tadi ia dan Tawan seakan-akan mencoba meyakinkan bahwa ini adalah kesalahan milik mereka.

“That's right...” Ucap Joss.

Tawan tersenyum kecil, ia menghapus air matanya dan juga air mata Joss, “What if we divide it equally? So yesterday's mistake was both ours and now we're trying to fix it so it won't happen again in the future.” Ajak Tawan.

“Why is it like this?” Tanya Joss kebingungan.

Tawan mendengus geli, “What should it be like? I don't want to cry too much today. I've cried too much. But it's not your fault, yesterday my weekly exam was so hard that I cried because I couldn't study optimally.”

“We'll talk about it later after you finish the story about your past. When everything is clear, we can later decide which is best. Doesn't that sound amazing?” Lanjut Tawan.

“Yes, that sounds amazing.” Balas Joss.

“Good, now let's continue your story.” Ajak Tawan dengan ceria.

Joss menimbang-nimbang pikiran yang baru saja muncul diotaknya.

“Kak J, kok diem lagi?” Tanya Tawan kebingungan.

Joss mengusap lehernya, “Before continuing the story, may I hug you? I've wanted to hug you ever since. “

Tawan terperangah mendengar Joss meminta izin untuk memeluknya. Wajahnya yang tadi sempat memucat kembali dipenuhi rona merah, kali ini merahnya semerah tomat. Tidak menyangka bahwa ia akan mendapatkan pelukan saat ini.

“Of course you can.” Tawan membuka tangannya dengan lebar, memberi gestur agar Joss memeluknya dengan bebas. Hatinya kembali berbunga-bunga. Rasanya aneh ketika beberapa saat lalu dia merasakan kesedihan, dan saat ini dia sudah merasa kembali bahagia. Dan dua hal tersebut disebabkan oleh satu orang yang sama.

Sementara itu Joss tanpa berpikir panjang langsung memeluk Tawan dengan erat, lelaki itu membenamkan wajahnya pada pundak Tawan, memeluk Tawan dengan erat seakan tiada hari esok. Joss memeluknya dan merasakan perasaannya membaik sedikit demi sedikit.

“Thank you. Thank you for trying to understand...” Joss berhenti sebentar sebelum melanjutkannya, ” and thank you for loving me.” Bisik Joss pelan.

Tawan kembali terkejut. Kali ini ia merasa sangat bahagia hingga rasanya ingin menangis. Ia mendapatkan kata terima kasih atas ungkapan cintanya. Kata itulah yang ditunggu-tunggunya sejak ia mencoba mengungkapkan perasaannya beberapa hari lalu.

Tawan membalas pelukan Joss tidak kalah eratnya, ia menangis dengan keras. Namun ia tidak khawatir akan apapun karena semua orang yang mendengar tangisannya saat ini dapat mengartikan bahwa ini adalah tangisan bahagia. Tawan merasa bahagia saat ini. Joss membuatnya bahagia.

“Thank you for coming back home, Kak J.”


Loyo = penat sekali; lemah sekali; tidak berdaya. Gombal = rayuan

Note: HI!!! Makasih ya udah mau nunggu update Nikah Muda. Aku harap kalian enjoy membacanya dan selamat datang kembali di dunia Kak J dan Little Te.