Josstay: Nikah Muda
Sàturdate-2
Joss memarkirkan mobilnya di salah satu pasar modern yang dekat dengan Anyer, sekarang pukul 4 sore dan mereka belum makan siang. Tawan hanya memakan soft cookies dan Joss hanya memakan snack yang tersedia.
Joss melirik Tawan yang masih bergelung dalam alam mimpinya dengan tenang tanpa terusik sedikitpun dengan suara musik yang berputar di mobil. Joss sedikit bersyukur bahwa Tawan memilih mobil untuk perjalanan kali ini karena jika memilih motor Joss yakin Tawan akan merengek karena kelelahan dan mengantuk.
“Dek?” Panggil Joss pelan, tangannya menepuk pipi Tawan bermaksud membangunkan lelaki itu. Posisi Tawan sudah berubah, dari memunggungi Joss sekarang lelaki itu menghadap Joss.
“Dek? Bangun dulu yuk aku mau ajak kamu makan siang.” Ucap Joss sekali lagi membangunkan Tawan.
Tawan yang merasa terusik dengan pergerakan tangan Joss yang berubah dari mengusap menjadi mencubit, memutuskan untuk membuka matanya. Hal yang pertama kali dilihat adalah wajah Joss yang sangat dekat dengan wajahnya.
Dengan refleks Tawan menjauhkan wajah Joss dengan telapak tangannya, “Kak kaget banget.” Protes Tawan.
Joss sendiri hanya terkekeh dan menyingkirkan telapak tangan Tawan dari wajahnya, “Ayo bangun dan turun. Aku mau ngajak kamu makan di pasar.” Ajak Joss dengan semangat.
Tawan memperhatikan sekitarnya dan benar bahwa mereka saat ini sedang berada di pasar modern, “Wah udah lama gak main ke pasar!!!!” Ucap Tawan sumringah.
“Kamu pernah ke pasar emang?” Tanya Joss dengan wajah yang tidak percaya.
Tawan yang merasa lelaki itu meledekknya hanya mendengus dengan kesal, “Ya pernah lah kak? Kalau aku sama Nanon lagi senggang, bunda suka ngajak ke pasar buat nemenin dia belanja. Gak sering banget sih, tapi lima kali kayaknya aku ke pasar bareng bunda.”
Joss mengangguk mengerti, “Kamu gak pake asisten rumah tangga ya?”
“Iya kak gak pake, karena bunda kan ibu rumah tangga aja jadi bunda semua yang ngurus urusan rumah. Kadang aku sama Nanon bantuin, tapi aku lebih sering tidur dan nonton anime.” Tawan menampilkan cengiran lebarnya.
Joss ikut tersenyum melihat betapa menggemaskannya Tawan saat ini, “Yaudah ayo.” Ajak Joss setelah lelaki itu membawa dompet dan ponselnya.
Joss dan Tawan keluar dari mobil secara bersamaan, mereka mengerutkan dahinya kecil saat merasakan cuaca yang masih terasa panas.
“Kamu mau makan apa dek?” Tanya Joss pada Tawan yang sedang memperhatikan keadaan sekitar.
“Bingung kak, tapi mau coba mie ayam itu.” Tunjuk Tawan saat melihat salah satu kedai makanan yang ramai oleh pengunjung.
Joss mengikuti arah jari Tawan, dilihatnya kedai mie ayam dan bakso yang memang terlihat sangat ramai dengan pengunjung, “Bener nih mau makan mie ayam? Kalau mau ayo makan mie ayam.” Tanya Joss sekali lagi memastikan.
“Nanti abis itu beli jajanan boleh kan?” Bukannya menjawab, Tawan kembali bertanya kepada Joss.
“Ya boleh lah, tapi makan dulu ya? Kamu belum makan siang nanti sakit perut.”
Tawan dengan semangat mengiyakan dan menyeret tangan Joss untuk mengikutinya, Joss yang diseret hanya bisa terkekeh dengan pasrah, “Pelan-pelan, nanti kesandung.” Peringat Joss.
Tawan tidak mendengarkan Joss dan berjalan dengan cepat ke arah kedai mie ayam yang ramak itu, matanya berbinar kecil melihat salah satu makanan favoritenya.
“Pak, pesen mie ayam bakso jumbo satu ya. Kak J, mau pesen apa?” Tanya Tawan pada Joss yang masih memperhatikan menu.
“Bakso beranak jumbo pedasnya satu pak.” Pesan Joss merasa tertarik dengan menu yang disajikan di kedai ini.
“Baksonya lengkap pake mie bihun?”
“Lengkap, buat minumnya es kopi susu sama es jeruknya satu ya pak.” Ucap Joss lagi.
Tawan memincingkan matanya ke arah Joss, “Kak kok tau kalau aku suka minum es jeruk?”
Joss yang ditanya hanya terkekeh kecil, “Ya taulah, kalau jemput kamu di kampus kamu pasti kebanyakan di food court dan di depan kamu pasti ada es jeruk sisa yang mau abis.”
Tawan merasakan wajahnya memanas, pikiran seseorang akan memperhatikan detail kecil yang dia lakukan membuatnya merasa hangat dan juga malu, namun Joss melewatkan hal tersebut karena lelaki itu terlebih dahulu menarik Tawan untuk menempati bangku yang kosong.
Tawan memperhatikan keadaan kedai, banyak pasangan muda mudi yang makan disini. Matanya menatap Joss yang sedang sibuk dengan ponselnya, Tawan seketika menyadari bahwa suaminya adalah seorang model.
“Kak J, kak J!!” Bisik Tawan dengan suara yang agak panik.
“Kenapa?” Jawab Joss kebingungan melihat Tawan yang terlihat panik.
“Kak J kok gak pake masker atau topi buat nutup muka, kalau ada yang kenal kak J gimana?” Tanya Tawan khawatir.
“Hey, calm down.” Kekeh Joss, tangannya menepuk-nepuk pelan pucuk kepala Tawan.
“Calm down dek, gak apa-apa. Lagi aku model bukannya pemain sinetron atau film, aku jamin gak ada yang kenal. Calm down oke?” Ucap Joss menenangkan Tawan.
“Beneran ya?” Tanya Tawan memastikan, lelaki kecil itu tidak ingin dikerubungi oleh penggemar Joss.
“Iya beneran dekkk.” Jawab Joss dengan pasti.
Tawan mengangguk dan memekik kecil saat melihat mie ayam miliknya sudah jadi. Mata lelaki itu tidak berhenti melihat mie ayam yang diantarkan oleh pelayan, hal tersebut mencuri perhatian Joss yang saat ini menatap Tawan dengan senyuman yang sebisa mungkin ia tahan.
“Doa dulu dek jangan lupa, doa masing-masing oke?” Joss mengingatkan Tawan yang terlihat sudah siap untuk menyantap makanannya.
Tawan menuruti perintah Joss mengepalkan tangannya di dada dan berdoa dalam hati, Joss juga melakukan hal yang sama. Kebiasaan berdoa bersama selalu mereka lakukan, jika mereka makan bersama di apartment mereka maka Joss akan mengucapkan doanya dengan lantang, namun jika mereka sedang makan di luar maka mereka aman berdoa di dalam hati secara bersamaan.
“Aamiin.” Ucap Tawan dan Joss bersamaan.
“Selamat makan kak J.”
“Selamat makan, Tawan.”
Mereka menikmati makanan mereka dengan tenang, sesekali Tawan merecoki Joss dengan mencoba mengambil bakso-bakso kecil yang menurut Tawan sangat lucu.
Joss sendiri membiarkan Tawan mengambil bakso berukuran sangat kecil miliknya, tidak bisa menolak karena setiap kali Tawan mengambil bakso tersebut dari mangkuknya lelaki itu akan terkekeh dengan senang.
“Kak J, kak J ayo aaaaaa.” Tawan menyuapi Joss mie ayam miliknya, Tawan tertawa melihat Joss yang memasang eskpresi aneh.
“Kamu pake kecap satu liter?” Tanya Joss saat lidahnya mengecap rasa manis yang berlebihan dari mie ayam milik Tawan.
“Hahahaha aku takut pedas tau kak, jadi aku banyakin kecapnya. Ternyata malah kebanyakan.” Tawan kembali tertawa atas kecerobohannya.
Joss sendiri hanya menggeleng kecil melihat tingkah Tawan, “Kamu mau pesen yang baru?” Tawar Joss.
“Engga ih, orang ini masih enak juga. Kak J aja kali tuh gak suka manis manis.” Ledek Tawan.
Joss sendiri mengabaikan ucapan Tawan dan kembali makan dengan tenang, sesekali dia melihat Tawan yang makan dengan lahap. Entah kenapa dia selalu suka melihat Tawan makan, rasanya begitu menyenangkan.
Mereka menyelesaikan makanannya dalam waktu 10 menit, baik Tawan maupun Joss sudah merasa cukup kenyang namun Tawan masih ingin jajan yang sudah pasti disetujui oleh Joss tanpa basa basi.
Setelah membayar, Tawan dan Joss kembali ke parkiran mobil mereka untuk membeli jajanan kaki lima yang berderet di pasar modern ini.
Tawan melihat tukang telur goreng yang dulu sering ia beli sewaktu masih menempuh bangku sekolah dasar, “Kak J beli telur bulet itu kakkkkk.”
Sekali lagi Joss hanya pasrah mengikuti langkah Tawan yang menyeretnya kemanapun lelaki itu pergi.
“Pak, ini boleh masak sendiri kah?” Tanya Tawan pada penjualnya.
“Boleh boleh, telurnya juga boleh dimodifikasi. Saya menyediakan terigu daun bawang dan lain-lain.” Jelas penjualnya.
Tawan membulatkan bibirnya saat melihat upgrade atas jajanan kesukaannya dahulu, bibirnya menyunggingkan senyuman dan mulai meracik telur kesukaannya.
“Kak J!!! Ayo kita lomba, yang telurnya lebih enak nanti boleh minta apa aja sama yang menang. Gimana?” Tawar Tawan saat melihat Joss yang hanya diam disampingnya.
Joss merasa tertarik dengan penawaran tersebut, “Bener boleh minta apa aja kan?” Tanya Joss memastikan.
Tawan mengangguk dengan antusias, “Boleh. Bapak, bapak jadi jurinya nanti ya? Telur siapa yang paling enak.”
Sang penjual hanya tertawa melihat interaksi dua orang lelaki yang berbeda usia tersebut.
“Oke kak, satu... dua.. tiga.. MULAI!!” Ucap Tawan dengan semangat.
Tawan memulai adonannya dengan memasukkan terigu yang sudah diberikan air dan juga telur dua buah, lelaki itu juga menambahkan daun bawang, sosis, dan bakso.
Sementara Joss memilih untuk tidak menggunakan terigu, lelaki itu memutuskan untuk membuat telur original dengan memasukkan 3 buah telur, di campur dengan daun bawang dan diberikan royco dan lada sebagai penyedap.
Baik Joss dan Tawan sudah bersiap untuk memasak telur buatan mereka di penggorengan dengan bulatan banyak. Tawan tertawa sendiri melihat Joss memasak, sepertinya ini pertama kalinya untuk Tawan melihat Joss memasak. Lelaki itu cukup terlihat ahli.
“Kak J, kak J jangan lupa di balik!!!” Teriak Tawan tertahan saat melihat pinggiran telur milik Joss yang mulai berubah warna.
Tawan menyetel api miliknya dilevel kecil, sementara Joss dengan api medium. Tentu saja telurnya lebih matang duluan.
Joss kesusahan sendiri membalik telurnya dengan tusukan sate, Tawan yang melihat hanya tertawa tanpa berniat membantu. Lucu sekali rasanya melihat Joss saat ini.
Mereka menghabiskan waktu memasak telur dengan penuh canda tawa, baik Tawan maupun Joss sangat menikmati saat-saat mereka bersama.
“Nah sekarang ayo cobain pak!!!” Ucap Tawan saat telur buatan mereka sudah matang dan sudah dipindahkan di sterofoam. Tawan dan Joss menunggu komentar atas masakan mereka.
“Gimana pak? Gimana?” Tanya Tawan dengan tidak sabar.
“Lebih enak punya mas yang ini.” Ucap pak penjual menunjuk Tawan sebagai pemenangnya.
Tawan berteriak senang dan melompat kecil, lelaki itu menjulurkan lidahnya pada Joss sebagai tanda meledek.
Joss sendiri tertawa atas tingkah Tawan yang seakan habis memenangkan hadiah uang berjuta-juta.
“Oke-oke, aku kalah.” Ucap Joss mengakui kekalahannya.
“Bentar aku mau coba telur punyaku dulu.” Ucap Tawan masih dengan intonasi semangatnya.
Tawan menyuapkan telur itu untuk dirinya sendiri, rasanya memang enak. Tadi saat meracik adonannya, selain memasukkan royco dan lada, Tawan juga memasukkan sedikit bubuk cabai, saos dan juga kecap. Makanya telurnya memiliki cita rasa yang lebih banyak.
Tawan mengambil telurnya lagi dan menyuapkannya pada Joss, Joss menerimanya dengan senang hati dan mengakui bahwa rasanya memang enak.
“Enak kak?” Tawan bertanya untuk memvalidasi masakannya.
“Enak dek, pinter banget masaknya.” Ucap Joss dengan senyuman kecilnya.
Tawan menampilkan cengiran lebarnya saat mendengar pujian yang ia harapkan.
Joss membayar makanan mereka dan mereka berdua kembali ke mobil karena hari sudah semakin sore. Tawan menyantap telur buatannya dan buatan Joss, telur Joss juga enak, ladanya sangat terasa karena lelaki itu sepertinya memasukkan banyak lada.
“Masih ada yang mau dibeli gak?” Tanya Joss sata mereka berdua sudah masuk ke dalam mobil dan memasang seatbelt.
Tawan menggeleng kecil, “Udah kak. Aku kenyanggg.”
Joss mengusap rambut Tawan dan menjalankan mobilnya, melanjutkan perjalanan mereka menuju penginapan mereka untuk malam nanti.
Sore hari itu mereka habiskan dengan bernyanyi bersama dimobil, Tawan menatap Joss yang sedang bernyanyi salah satu lagu kesukaannya dan tersenyum kecil. Mungkin untuk permintaannya, Tawan akan mengajak Joss untuk menikmati waktu malam di pantai berdua.
Tawan merasa sangat bahagia hari ini, jantungnya berdetak dengan sangat keras namun dia merasa nyaman. Tawan jatuh cinta semakin dalam pada suaminya, dan Tawan berharap Joss juga merasakan hal yang sama.