Josstay: Nikah Muda
Morning Glory
Warning!🔞 Kinda nsfw. French Kiss. Mentioning dick.
Hari ini adalah hari sabtu, 7 hari setelah pernikahan mereka dilaksanakan. Rasanya begitu cepat, padahal Tawan ingat sekali sabtu yang lalu dia masih gugup dan gemetar karena akan menjadi suami orang.
Tawan menikmati waktu paginya yang jarang dia nikmati, seminggu belakangan dia sangat sibuk dengan kuliahnya, bahkan beberapa kali telat ke kampus karena baik dirinya maupun Joss bukanlah morning person.
Tawan merasakan pelukan di pinggangnya mengerat, Tawan membasahi bibirnya dengan gugup. Biasanya saat bangun dia akan langsung menyingkirkan tangan suaminya dan ke kamar mandi untuk bersiap-siap kuliah, namun hari ini adalah hari libur, dia tidak tau apa yang harus dilakukannya.
“Kak....” Panggil Tawan dengan suara pelan. Tangannya menyentuh lengan Joss yang masih memeluknya dengan erat.
“Kenapa udah bangun?” Sebuah suara serak khas bangun tidur mengagetkannya.
“Kak, aku bangunin kakak ya?” Bukannya menjawab pertanyaan Joss, Tawan malah berbalik bertanya pada lelaki itu.
Tawan merasakan Joss menggeleng di belakangnya, lelaki itu menumpukan kepalanya di pundak Tawan.
“Aku nanya kamu dek, kok udah bangun? Lagi libur loh, dari kemarin kamu kan sibuk banget. Tidur lagi yuk.” Ucap Joss tepat ditelinga Tawan.
Tawan menggigit bibirnya merasakan suara khas bangun tidur Joss yang tepat di depan telinganya, “Gak tau tiba-tiba aku kebangun..” Jawab Tawan dengan gugup.
“Hmmm okay.” Joss berdehem pelan dan kembali mengusakkan wajahnya di perpotongan leher sang suami. Mereka berdua semakin dekat seminggu ini, Joss yang dasarnya love languagenya adalah sentuhan selalu berusaha melakukan sentuhan pada Tawan, sementara Tawan menerima semuanya dengan suka cita.
“Dek.” Panggil Joss dengan tiba-tiba.
“Apa kak?” Sahut Tawan seadanya.
“Dek, kamu ereksi?” Tanya Joss saat merasakan sesuatu menyentuh lengannya yang sedang memeluk tubuh Tawan.
Tawan mematung mendengar pertanyaan Joss, ereksi? Tawan menunduk melihat kejantanannya mengembung dan sedikit menyentuh lengan Joss.
Tawan menutup wajahnya dengan malu, dia mengumpati dirinya yang tidak menyadari bahwa kejantanannya ereksi, pasti karena suara Joss yang sangat seksi tadi. Rasanya Tawan ingin pulang ke rumah bundanya dan tidak ingin bertemu Joss dalam waktu yang tidak bisa ditentukan.
“Dek?” Panggil Joss lagi, kali ini dengan intonasi yang lebih lembut.
“Kak maluuuuu.” Bisik Tawan dengan wajah menahan tangisan karena malu.
Joss terkekeh kecil, tangannya berusaha menyingkirkan tangan Tawan yang saat ini menutupi wajah manisnya.
“Ngapain malu? Wajar kan kalau morning glory? Aku juga pernah morning glory kok, gak usah malu.” Tanya Joss dengan lembut.
Tawan hanya menggelengkan kepalanya dan berusaha melepaskan diri dari pelukan Joss yang berakhir sia-sia karena bukannya melepaskan, Joss malah mengeratkan pelukannya pada lelaki itu.
“Jangan bergerak, nanti aku juga ereksi.” Gumam Joss.
Tawan rasanya ingin menghilang dari muka bumi, sabtu pagi yang sangat indah. Ereksi di pagi hari ditemani oleh seseorang yang baru menjadi suami selama 7 hari.
“Dek?” Panggil Joss. Tawan hanya diam, lelaki itu masih menyembunyikan wajahnya.
“Dek, do you want me to help you?” Tanya Joss dengan pelan.
Hening. Masih tidak ada jawaban.
“Dek, sopan santunnya kemana? Kalau ditanya, ya jawab.” Ucap Joss lagi, kali ini suaranya lebih terdengar tegas.
“Kak jangan gitu. Aku malu banget.” Bisik Tawan pelan.
Joss melepaskan pelukannya pada Tawan dan tubuhnya dia senderkan pada tempat tidur. Tangan berototnya membalikkan tubuh Tawan dan mengangkat lelaki kecil itu untuk duduk di atas perutnya.
“KAKKKKK.” Teriak Tawan saat merasakan tubuhnya bangkit tiba-tiba. Tawan melepaskan tangannya yang sedari tadi menutupi wajahnya dan berpindah memegang lengan Joss dengan kuat.
“Nah kalau ngobrol harus liat mata dek, kalau kayak tadi jadi kayak ngomong sendiri.” Joss menampilkan cengirannya saat melihat wajah Tawan yang memerah entah karena kesal atau malu.
“Hari ini gak ada jadwal apa-apa kan dek?” Tanya Joss pada Tawan.
“Gak ada...” Jawab Tawan dengan pelan, masih merasa malu atas kejadian pagi ini, belum lagi kejantanannya tidak bisa diajak bekerja sama. Bukannya melemas, malah semakin keras.
“Nanti ngedate ya? Aku mau ngajak kamu ke Anyer.” Ajak Joss.
“Kenapa?”
“Kita belum ngabisin waktu berdua yang bener-bener berdua kan? Kamu kuliah, terus aku nungguin kamu kuliah. Pulang kuliah kamu nugas sama belajar. Mumpung ini weekend aku mau ngajak kamu kencan sebelum aku juga sibuk kerja.” Jawab Joss dengan senyumannya.
Debaran jantung Tawan terasa semakin menggila, lelaki itu berusaha mengalihkan padangannya ke arah lain selain wajah tampan suaminya di pagi hari.
“Yaudah kak.” Ucap Tawan menyetujui ajakan Joss untuk pergi ke Anyer.
“Mau naik motor apa mobil?” Tanya Joss lagi.
“Naik motor?” Tanya Tawan tidak percaya.
“Ya, aku pernah naik motor sekitar 3 jaman kali. Emang agak capek sih kalau baru pertama kali. Makanya aku tanya sama kamu, mau naik motor apa mobil?”
Tawan membayangkan dirinya duduk diatas motor selama 3 jam, belum lagi jalanan menuju Anyer sudah pasti banyak sekali debu dan belum lagi terik matahari. Tawan akan mencari aman untuk naik mobil, dia belum pernah naik motor sejauh itu, bahkan dia belum pernah ke Puncak naik motor.
“Kayaknya naik mobil aja deh kak, aku belum pernah naik motor sejauh itu, gak apa-apa kan?” Tanya Tawan.
“Ya gak apa-apa lah. Yaudah nanti aku minta daddy buat nganterin mobil aku ke sini.” Ucap Joss.
Tawan hanya mengangguk mengerti, wajahnya masih memerah karena malu.
“Kak, boleh aku ke kamar mandi?” Cicit Tawan kecil.
Joss mendengus geli mendengar ucapan Tawan, “I asked you before, do you want me to help?”
Tawan mengalihkan wajahnya ke arah jendela mereka yang masih tertutup rapat, “Gak usah kak.”
“Ouchhhh” Joss memegang dadanya dengan sedikit berlebihan, “Sedih banget. Berasa gak berguna jadi suami.” Ucap Joss dengan ekspresi sedih.
Tawan menatap Joss dengan panik, dia tidak bermaksud membuat suaminya merasa seperti itu, dia hanya malu. Belum terbiasa dengan sikap Joss yang seperti ini.
“Kak- kak gak gitu maksudnya. Aku- aku malu.” Ucap Tawan dengan panik, lelaki yang lebih muda itu menangkup wajah Joss dengan refleks dan menundukkan tubuhnya ke arah Joss.
Joss terkejut melihat wajah Tawan yang hanya berjarak beberapa centi dari wajahnya, pancaran mata lelaki itu memancarkan kepanikan.
Joss melepaskan tangan Tawan yang menangkup wajahnya dengan lembut, bibirnya menerbitkan senyuman kecil yang membuat Tawan merasakan kejantanannya semakin mengeras.
Joss mendekatkan wajahnya pada wajah Tawan, matanya menatap bibir Tawan yang terlihat memerah karena Tawan mengigit bibirnya saat merasa gugup.
“Can I kiss you?” Bisik Joss saat bibirnya hanya berjarak beberapa inchi dari bibir Tawan.
Tawan menahan nafasnya dan mengangguk mengiyakan secara tidak sadar.
Joss kembali tersenyum dan memejamkan matanya, kedua belah bibir itu bertemu dalam satu kecupan lembut.
Joss mendaratkan tangannya pada leher Tawan agar lelaki itu semakin menunduk ke arahnya, Joss yang pertama kali menggerakkan bibirnya untuk menghisap bibir bawah Tawan.
Joss melakukannya dengan lembut karena sepertinya Tawan belum terbiasa hingga tubuhnya terasa sangat tegang, Joss mengusap leher Tawan dengan lembut agar Tawan dapat lebih rileks.
Suara kecupan memenuhi kamar yang mereka tempati, ciuman lembut Joss berubah menjadi lebih cepat dan terburu-buru, Joss mengigit bibir bawah Tawan agar lelaki itu mengizinkan lidahnya masuk ke rongga mulutnya.
Tawan membalas permainan lidah Joss dengan kaku, lidah lelaki itu mengobrak-abrik rongga mulutnya. Menghisap, menjilat, dan juga melumat. Tawan sudah tidak memiliki tenaga lagi, dia mencengkram erat lengan Joss. Seakan menggantungkan hidupnya pada lengan berotot itu.
Joss yang merasa Tawan akan roboh, bangun dari posisi bersandarnya dan duduk tegap dengan Tawan yang masih berada dipangkuannya.
Joss mengarahkan lengan Tawan untuk melingkari lehernya sementara dirinya memberikan ciuman yang semakin mendalam, Joss mencengkram pinggang Tawan dengan erat. Menahan pergerakan lelaki itu diatas kejantanannya yang sudah sama kerasnya dengan kejantanan Tawan.
“Ahn-” Tawan meloloskan desahannya dengan pelan yang membuat Joss semakin bersemangat. Joss menarik Tawan mendekat dan mencium lelaki itu tanpa jeda, seakan-akan tidak ada hari esok.
Tawan merasakan pasokan oksigen diparu-parunya sudah menipis, lelaki yang lebih muda itu menepuk agak keras punggung Joss agar memberikannya waktu untuk bernafas.
Joss melumat bibir Tawan sekali lagi dan melepaskan ciumannya dengan tidak rela. Nafas keduanya memburu, wajah Tawan sudah memerah dengan sepenuhnya dan bibir yang juga memerah dan membengkak.
Joss menumpukkan dahinya di pundak Tawan sambil mencoba mengatur nafasnya yang masih terengah, lelaki itu terkekeh kecil dan memeluk Tawan dengan erat.
Tawan sendiri sudah merasakan nyawanya terbang entah kemana, jadi seperti ini rasanya french kiss, pantas saja banyak orang yang sangat suka beriuman. Rasanya semenakjubkan ini, perutnya seakan ingin meledak, belum lagi jantungnya yang tidak berhenti memberikan debaran yang sangat kuat.
“Dek.” Panggil Joss dengan suara beratnya yang serak.
Tawan merinding mendengar suara Joss yang semakin berat, “Kenapa kak?” Balas Tawan pelan.
“I really love your lips. Can I kiss you everyday?” Tanya Joss.
Tawan mengeratkan pelukannya pada leher Joss mendengar pertanyaan tersebut, “Boleh...” Jawab Tawan tanpa berpikir panjang.
Joss kembali terkekeh dengan senang, lengannya mengusap pelan pinggang Tawan, “Yaudah sana gih ke kamar mandi. Tadi mau ke kamar mandi kan?”
Tawan mengangguk, dia sangat ingin menuntaskan ereksinya. Dia belum seberani itu untuk meminta bantuan pada Joss walaupun lelaki itu sudah menawarinya bantuan. Tawan bangun dari atas tubuh Joss dengan wajah yang sangat merah.
“Aku ke kamar mandi dulu ya kak.” Pamit Tawan dengan tangan yang menutupi kejantanannya yang masih ereksi dan berlari kecil meninggalkan Joss di tempat tidur sendirian.
Joss membiarkan Tawan ke kamar mandi terlebih dahulu, lelaki itu memilih bersandar dengan wajah tertutup oleh lengannya.
Joss menghela nafasnya dan meringis kecil merasakan kejantanannya yang sudah sekeras batu, sepertinya pagi ini Joss harus kembali berteman dengan sabun.