Josstay: Nikah Muda
Coffee and Breakfast
Tawan membuka matanya saat sinar matahari masuk melalui celah gorden yang tersingkap sedikit. Tubuhnya masih terasa pegal akibat pesta pernikahannya kemarin, dirinya bahkan baru bisa memejamkan mata saat jarum jam menunjukkan angka 1 pagi.
Setelah acara selesai, keluarganya dan keluarga Joss memutuskan berkumpul dan merayakan pernikahan mereka untuk kedua kalinya dengan minum-minum bersama di rumah Joss.
Tawan dan Joss semalam memutuskan untuk pulang duluan ke apartment mereka karena Tawan sudah tidak memiliki tenaga yang tersisa. Orang tua mereka menyarankan untuk menginap namun Joss memilih untuk langsung pulang apartment saja.
Tawan melirik sisi sebelah kirinya yang sudah kosong. Seperti tidak ada presensi suaminya, padahal Tawan yakin semalam Joss tidur di kamar bersamanya.
Pada awalnya mereka sedikit canggung, bahkan Joss menawarkan untuk dirinya tidur di ruang tamu jika Tawan merasa tidak nyaman. Tentu saja Tawan menolaknya, bagaimanapun Joss adalah suaminya. Mereka sudah menjadi sepasang suami-suami, rasanya kurang etis jika dirinya tidur sendirian di kamar sementara lelaki itu tidur di luar.
Suara pintu terbuka menyadarkan Tawan dari kegiatan yang dilakukannya, yaitu berpikir.
“Udah bangun?” Tanya Joss saat melihat Tawan yang masih dalam posisi berbaring dengan ponsel diatas tubuhnya.
“Udah kak. Jam berapa sekarang?” Tanya Tawan merubah posisinya menjadi duduk bersandar.
“Jam 9.” Joss menjawab pertanyaan Tawan sambil membuka gorden kamar mereka yang langsung memperlihatkan kota Jakarta.
Tawan menyipitkan matanya saat merasakan sinar matahari yang langsung masuk ke kamar mereka.
Tawan sangat menyukai pilihan apartment Joss. Apartment ini berada ditengah kota dengan pemandangan yang cukup bagus, yaitu pemandangan kota Jakarta.
Apartment mereka memiliki 3 kamar, dengan 1 kamar utama yang mereka gunakan saat ini dan 2 kamar sisanya sepakat mereka gunakan untuk ruang kerja Joss dan ruang koleksi Tawan.
“Badannya udah enakan?” Joss duduk dipinggir tempat tidur dan memberikan gelas berisi air putih untuk Tawan minum.
Tawan menerima gelas tersebut dan meminumnya dengan tenang, mengabaikan degupan jantungnya yang semakin hari semakin keras. Seakan tidak ada waktu istirahatnya, Tawan semakin takut bahwa lelaki yang menjadi suaminya akan mendengar detakan jantungnya.
“Lumayan kak, semalem aku pake koyo juga.” Tawan memperlihatkan pundak dan lehernya yang ia tempelkan koyo untuk menghilangkan rasa pegal di tubuhnya.
“Mau mandi dulu apa mau sarapan dulu?” Tanya Joss lagi.
“Mau sarapan dulu, aku laper banget.” Tawan menjawab tanpa banyak berpikir.
Joss terkekeh kecil dan mengusak rambut lelaki yamg lebih kecil dengan gemas, “Yaudah cuci muka sama sikat gigi dulu oke? Tadi aku pagi-pagi mommy dateng bawain makanan.”
“Mommy dateng? Jam berapa kak?” Tanya Tawan terkejut.
“Pagi tadi jam 7an deh, dia mau CFD-an terus mampir kesini bawain sarapan sama belanjaan buat isi kulkas.” Jelas Joss.
Tawan menutup wajahnya dan mengerang dengan frustasi, “Malu aku. Mommy pagi-pagi udah produktif sementara aku tadi masih tidur.”
Joss kembali terkekeh dengan manis, “Ya gapapa kali. Mommy juga pasti ngerti kalau kamu capek.” Ucap Joss menenangkan.
“Udah cepet cuci muka, sikat gigi terus sarapan. Hari ini jadi rapihin apartment kan? Apa mau ditunda dulu?” Lanjut Joss.
Tawan menggeleng dengan tidak setuju, “Tetep mau beresin hari ini. Kasian pacar-pacar aku di dalam kardus pasti kesempitan.” Ucap Tawan pelan.
Joss hanya menggelengkan kepalanya dengan senyuman yang tidak pernah lepas dari wajah tampannya, tangannya menarik pelan Tawan untuk bangkit dari tempat tidur.
“Cuci muka dan sikat gigi. Cuci muka dan sikat gigi.” Gumam Joss mendorong Tawan masuk ke kamar mandi yang berada di dalam kamar kamar mereka.
Tawan hanya tertawa geli melihat kelakuan Joss yang cukup aneh, “Apasih kakk.” Protes Tawan dengan tawa yang masih terdengar disela protesannya.
Joss hanya menyengir kecil dan menutup pintu kamar mandi dengan lambaian tangannya. Lelaki itu terkekeh melihat wajah Tawan yang sedikit kebingungaan akan tingkahnya. Joss juga tidak mengerti, dia hanya mengikuti perintah otaknya untuk melakukan hal semacam itu.
“Aneh banget gua.” Gumam Joss pada dirinya sendiri.
Tawan keluar dari kamar dengan wajah yang basah, menunjukkan bahwa lelaki itu baru saja membasuh wajahnya. Tawan melihat Joss sudah duduk di meja makan dengan segelas kopi hitam yang terlihat masih panas dan segelas susu yang sudah dipastikan untuk dirinya.
Tawan memutuskan untuk duduk dihadapan Joss dengan senyuman lebarnya, “Wah nasi goreng.” Gumam Tawan dengan mata yang tidak lepas dari makanan yang tersedia.
Tawan berinisiatif untuk mengambilkan makanan untuk Joss, “Kak nasinya mau banyak atau dikit? Terus mau lauk apa aja?” Tanya Tawan.
“Nasinya jangan terlalu banyak, buat lauknya pake telur sama ayam aja.”
Tawan mengangguk dan mengambilkan lauk pauk sesuai dengan yang Joss inginkan. Tawan beberapa kali melirik Joss yang sibuk dengan ponselnya.
“Ini kak.” Ucap Tawan meletakkan piring berisi nasi goreng di hadapan Joss.
“Thank you.” Gumam Joss pelan.
Tawan mengangguk kecil dan mulai mengambil makanan untuk dirinya sendiri. Tawan mengambil nasi dan lauk yang cukup banyak, kebetulan ibu mertuanya memberikan mereka berbagai macam lauk pauk. Ada telur goreng, sosis goreng, nugget goreng, ayam goreng, dan juga salad sayur.
“Ayo doa dulu.” Ajak Joss yang dibalas Tawan dengan anggukan setuju.
Joss memejamkan matanya untuk berdoa, “Terimakasih Bapa, sudah memberi kesempatan untuk menikmati hidangan yang enak ini. Sekarang kami akan menyantap makanan dan minuman ini. Berkatilah semoga makanan ini bisa berguna bagi kesehatan kami. Amin.”
“Amin.” Gumam Tawan.
Tawan dan Joss memakan sarapan mereka tanpa ada percakapan yang terjadi. Joss sendiri memang jarang berbicara jika sedang makan kecuali ayahnya mengajaknya berbicara terlebih dahulu, namun biasanya itu hanya tentang bisnis.
Sementara Tawan kebalikannya, Tawan sering sekali mengobrol saat makan dengan Nanon. Durasi makannya juga menjadi lebih lama karena lebih banyak mengobrol daripada makannya. Tawan sangat ingin mengajak Joss berbicara saat ini.
“Kenapa?” Tanya Joss saat menyadari Tawan yang terlihat gelisah.
“Hehehe kak J, aku biasanya ngobrol sambil makan. Rasanya aneh ana kalau diem gini.” Jujur Tawan dengan pipi yang memerah karena malu.
Joss terkekeh kecil, “Oke. Mau ngobrol apa?” Ucap Joss mengikuti kemauan Tawan.
Tawan mengerutkan dahinya, “Sekarang aku bingung mau ngobrol apa.” Keluh Tawan.
Joss mendengus kecil, “Gimana sih.” Ledek Joss.
Tawan hanya mencibir pelan dan melanjutkan makannya dalam diam.
“Oh iya, kamu mau pake asisten rumah tangga gak?” Tanya Joss tiba-tiba.
Tawan yang sedikit terkejut meraih susunya dan meminumnya dengan rakus.
“Kak J, kaget banget tiba-tiba nanya.” Omel Tawan.
Joss hanya menjulurkan lidahnya dan melanjutkan makannya sambil menunggu jawaban Tawan.
“Kayaknya aku belum mau pake asisten rumah tangga deh kak. Lagian ini bukan rumah yang gede gitu. Kalau beresin ini mah aku masih sanggup.” Jelas Tawan.
“Gimana kalau bagi tugas?” Ucap Joss menawarkan pilihan untuk Tawan.
“Bagi tugas gimana kak?” Tanya Tawan tidak mengerti.
“Ya misalnya kamu masak, tapi kalau masak gak gantian soalnya aku gabisa masak. Terus nanti aku yang cuci piring. Terus setiap hari apa kamu yang bersihin rumah, nanti gantian aku yang bersihin. Kalau cuci baju gak usah, di laundry aja nanti.” Jelas Joss.
“Boleh sih kak. Aku setuju. Point masak juga aku setuju, walaupun aku gak bisa-bisa amat sih. Bisa makanan simple aja.” Balas Tawan dengan malu.
“Yaudah nanti jadwalnya aku sesuaiin ya sama kuliah kamu. Aku nanti pilih jadwal kamu rapiin pas kamu masuk agak siang aja.” Joss kembali berucap.
“Oh iya kak request jumat aku bisa dikosongin gak, soalnya jumat aku biasanya praktek sampai sore banget.” Pinta Tawan.
“Boleh.” Jawab Joss tanpa pikir panjang.
Tawan dan Joss kembali melanjutkan acara makan mereka setelah keputusan tentang kegiatan di rumah mencapai tahap persetujuan akhir.
“Tuhan, terima kasih atas makanan yang telah kami makan. Kami juga berterima kasih atas cinta diantara kami, dan kami memujiMu yang selalu ada diantara kami. Amin.” Ucap Joss setelah mereka berdua menyelesaikan sarapan mereka.
Tawan merapikan piring mereka berdua dan membawanya ke dapur untuk di cuci. Sementara Joss masih setia berada di meja makan dengan ponsel yang berada ditelinganya.
Saat selesai doa tadi Joss langsung menerima panggilan telfon dari managernya terkait jadwal pemotretannya untuk minggu besok.
Tawan berinisiatif mencuci piring sendiri tanpa bantuan Joss, karena tadi pagi Joss sudah menyiapkan sarapan untuknya. Tawan menggulung lengan panjangnya dan mulai mencuci piring.
Namun memang bukan Tawan jika dia hanya berdiam dan fokus mencuci piring, Tawan menepuk-nepuk kakinya ke lantai bersiap untuk melakukan konser sambil mencuci piring.
“Pertama kali aku temukan, dalam setiap kata yang kau ucap. Bila malam tlah datang, terkadang ingin kutulis semua. Perasaan.” Tawan bernyanyi salah satu lagu favoritenya.
“Kata orang rindu itu indah, namun bagiku ini menyiksa. Sejenak kufikirkan, untuk ku benci saja... Dirimu... Namun sulit ku membenci.” Gesture tubuhnya menunjukkan bahwa lelaki itu sangat mendalami lagu yang dinyanyikannya.
Tawan bahkan tidak menyadari bahwa Joss telah selesai menerima telfon dan berdiri di dapur memperhatikannya yang sedang bernyanyi dengan tangan yang dilipat di dada dan senyuman yang terbit di wajah tampannya.
“Pejamkan mata bila... Ku ingin bernafas lega, dalam anganku. Aku berada, di satu persimpangan jalan yang sulit kupilih.” Sambung Joss tiba-tiba mengangetkan Tawan sampai piring yang dipegangnya hampir tergelincir jatuh.
“Kak J?!!!” Omel Tawan. “Ini piringnya hampir jatuh tau.”
“Hahahahaha.” Joss tertawa dengan suara yang cukup keras. Lelaki itu mendekati Tawan dan memutuskan membantu untuk mengeringkan piring yang sudah dicucinya.
“Serius banget sih nyuci piring sambil nyanyi lagu galau. Lagi kok kamu bisa tau lagu lama dek, lagu Melly Goeslaw lagi.” Tanya Joss kebingungan.
“Ya masa gak tau...” Respon Tawan seadanya.
“Tapi jarang aja dek, se umuran kamu biasanya tau lagu lawas tuh lagu band terkenal kayak Sheila on 7 atau Peterpan. Ini Melly Goeslaw loh. Kayaknya lagu ini juga rilis pas kamu belum lahir gak sih? Tahun 2002.” Jelas Joss.
Tawan menatap Joss dengan mata yang menyipit, tangannya mencubit lengan Joss dengan cukup keras.
“Aduh? Kok aku dicubit?” Tanya Joss meledek Tawan dengan suara yang dibuat-buat kesakitan.
“Bukan tahun 2002 tau, aku lahir tahun 2001. Berarti aku lahir duluan daripada lagunya.” Gerutu Tawan dengan bibir yang dimajukan.
“Lagi kak J, stop ngomong seakan-akan kak J tuh lahiran tahun 1990!! Kakak cuma beda 3 tahun sama aku tau.” Protes Tawan berlanjut.
Joss semakin tertawa dengan bahu yang bergetar, benar juga sebenarnya. Dia dan Tawan hanya berbeda 3 tahun tapi rasanya setiap dia berada di dekat Tawan dia selalu merasa perbedaan usia diantara mereka berdua sangat jauh, seakan-akan Tawan masih sangat kecil.
“Ya tetep aja kayaknya gak banyak yang nyanyiin Melly Goeslaw deh sekarang-sekarang ini.” Ucap Joss setelah tawanya mereda.
“Gak tau sih, lagu ini tuh aku tau karena aku sama temen-temenku suka banget nonton film lama gitu kayak AADC, kita udah rewatch berkali-kali makanya sampai hafal sama soundtrack lagunya.” Jelas Tawan sedikit kesal.
“Haha aku kira kamu beneran cuma dengerin lagu jepang gitu loh dek, makanya sedikit kaget tadi.” Kekeh Joss.
Tawan menggeleng kecil dan memberikan piring terakhirnya kepada Joss untuk dikeringkan lelaki itu.
“Walaupun aku emang suka anime dari dulu, aku juga ngelewatin masa alay. Aku pas SMP itu di sekolah negeri tau, aku masih ikut-ikutan kalau post status di facebook galau pake lirik lagu atau galau pake quotes yang ada gambar kartun kardus kotak itu. Jadi aku masih tau banyak lah lagu-lagu galau lama Indonesia.” Curhat Tawan.
“Mungkin kalau Nanon udah gak tau, soalnya dia dari SD sampai SMA itu di swasta, terus dia emang bergaulnya sama yang sama-sama suka anime. Kalau kakak tanya dia lagu Chrisye pasti dia gak tau. Kalau aku masih tau.”
“Ternyata aku masih belum banyak tau tentang kamu ya dek.” Gumam Joss sebagai respon atas cerita Tawan.
Tawan hanya menampilkan cengiran lebarnya. Memang masih banyak hal yang belum diketahui Joss akan dirinya, begitupun sebaliknya.
“Tapi gak apa-apa, nanti aku pelajarin lagi pelan-pelan. Waktu kita masih lama kan? Seumur hidup itu lama loh dek. Nanti aku juga tau semua hal tentang kamu sepenuhnya.” Kekeh Joss menampilkan senyuman kecilnya.
Joss mengusap pucuk kepala Tawan, “Ayo sekarang beresin barang.” Ajak Joss.
Joss berjalan keluar dari dapur terlebih dulu, meninggalkan Tawan yang mematung atas perkataan Joss yang memang selalu bisa membuatnya terkejut.
Tawan merutuki kebiasaan lelaki itu, selalu berbicara seenaknya seakan-akan ucapan sederhananya tidak memberikan efek untuk jantungnya.
Tawan juga bertanya-tanya, bagaimana bisa orang yang jatuh cinta tidak masuk rumah sakit atas denyut jantung yang berlebihan? Karena saat ini rasanya Tawan ingin sekali pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan jantungnya yang selalu bekerja keras akhir-akhir ini.
Tawan masuk ke dalam kamar yang akan dijadikan ruangan koleksinya. Di dalam kamat itu sudah banyak box yang berisi koleksi Tawan selama bertahun-tahun.
“Ini lemarinya kurang gak ya? Kalau kurang kayaknya kita harus ke informa lagi dek.” Ucap Joss menunjuk 3 lemari berwarna putih yang sudah dibelinya 2 minggu sebelum pernikahan.
Tawan melirik boxnya yang berjumlah 10 dengan ukuran yang besar, “Hehehe kayaknya kurang deh kak.” Ringis Tawan merasa tidak enak.
“Oke nanti beli lagi, sekarang susun yang ada aja deh yuk.” Ajak Joss.
Tawan mengangguk dan mengarahkan Joss untuk membuka box yang berlabelkan Attack on Titan. Koleksi Attack on Titan milik Tawan adalah koleksi terbanyak karena Tawan sangat menyukai anime tersebut.
Joss mulai membuka box yang ternyata berisi koleksi manga dan boneka-boneka Tawan.
“Ini mau disusun dimana?” Tanya Joss.
“Ini disusunnya di rak keempat aja kak J. Komiknya dulu, nanti figure sama bonekanya itu didepan komiknya. Terus kak J, nanti boleh minta beli lemari kaca gak ya? Buat simpen figure kesukaan aku. Gak usah yang gede, kecil aja. Gak banyak kok.” Pinta Tawan.
Joss hanya mengangguk mengiyakan tanpa banyak protes. Joss mulai menyusun komik tersebut sesuai dengan volume yang tentu saja diarahkan oleh Tawan.
Joss sudah selesai menyusun komik anime entah apa namanya ini lalu dia melihat Tawan memberinya figure karakter dengan wajah yang sama, Joss melirik yang lainnya dan kebanyakan adalah wajah karakter ini.
“Ini karakter kesukaan kamu dek?” Tanya Joss mulai menyusun figure itu dengan hati-hati.
“Iya kak ini yang namanya Levi Ackerman dari anime Attack on Titan.” Jelas Tawan membantu menyusun figure karakter lainnya.
“Takut rusak, aku nyusun komik aja dek gimana?” Tanya Joss.
“Boleh kak, itu yang box labelnya haikyuu dibuka aja. Terus disusun di rak yang disitu kak.” Tawan menunjuk rak nomor 4 di lemari kedua. Joss mengangguk mengerti dan mulai kembali menyusun komik dengan telaten.
Tawan sendiri tersenyum kecil melihat Joss yang membantunya tanpa banyak protes, apalagi koleksi Tawan benar-benar sangat banyak karena dia sangat rajin membeli merch keluaran terbaru.
“Kamu kalau beli merch gini langsung boleh atau ada syarat tertentu?” Tanya Joss.
“Boleh sih biasanya kak, tapi kadang bunda ngasih tantangan buat Nanon sama aku. Kalau nilainya bagus boleh beli merch tanpa batas harga yang ditentuin gitu. Kalau biasanya itu dikasih batas sama bunda perbulan maksimalnya berapa bolehnya.” Jelas Tawan.
“Aku juga kumpulin uang jajan sendiri gitu buat beli, kadang dikasih uang sama kakek nenek buat beli ginian gitu deh bermacam-macam sumber keuangannya.” Kekeh Tawan.
“Kakak baru pertama kali sih ini ketemu yang bener-bener suka koleksi kayak kamu. Temen kakak banyakan koleksi jam tangan, mobil, atau motor dek. Makanya masih suka takjub liat kamu.”
“Flexing apa gimana ini kak? Kalau dibandingin sama jam rolex kakak ini koleksi aku gak ada apa-apanya kayaknya.” Keluh Tawan.
“Hahaha iya bener juga” Kekeh Joss, “Kalau mau beli ginian langsung kasih invoice aja ya dek. Nanti kakak kasih CC buat kamu abis rapihin semua.”
Tawan menggeleng dengan cepat, “Jangan kak. Jangan kasih CC ke aku. Nanti aku malah gak tau diri. Kak J aja yang kontrol jajan aku, aku gak masalah. Mau hemat juga.”
“Emang kamu siap buat hemat?” Ledek Joss saat melihat wajah Tawan yang terlihat tidak semangat mengucapkan kalimat terakhirnya.
“Harus hemat tau kak.” Tegas Tawan.
Joss tersenyum kecil dan mengelus pipi Tawan dengan lembut, “Gak hemat gak apa-apa kok beneran deh. Aku dapet gaji banyak, hasil dari jadi model juga dapetnya banyak. Aku lagi mikirin nerima tawaran main series. Jadi jajan aja yang banyak, uangnya buat kamu juga dek.”
Tawan merasakan pipinya memanas, lelaki kecil itu meletakkan figure terakhirnya lalu menarik wajah Joss untuk menunduk sementara kakinya ia jinjitkan.
Cup
Tawan memberikan kecupan kecil di pipi lelaki yang lebih tua dengan cepat, “Jangan nyesel ya kak. Aku jajannya beneran banyak. Makasih juga.” Ucap Tawan dengan cepat.
Tawan pergi dari hadapan Joss untuk mengambil barang-barang lainnya. Sementara Joss hanya mematung sambil memegang pipi sebelah kanannya yang baru saja dikecup.
Kalau hadiahnya kecupan gini, Joss tidak masalah mengeluarkan uang sebanyak apapun untuk Tawan, atau dia harus membuat syarat? Satu kecupan untuk satu merch yang dibeli? Joss akan memikirkannya lagi.
Joss dengan cepat menyusun komik yang dipegangnya, “Dek abis haikyuu apalagi?”
“Abis Haikyuu Tokyo Ghoul dulu kak dirak yang sama kayak AOT di nomor dua” Tawan memberikan arahan tanpa melihat Joss.
Joss berjongkok dan membuka box yang tidak ada label namanya, dahi Joss berkerut kecil dan membuka box itu tanpa bertanya.
“Dek?” Panggil Joss tidak yakin.
“Iya kak?”
“Ini punya kamu?” Tanya Joss memperlihatkan box berisi merch karakter anime perempuan berambut hijau tosca dengan pakaian minim.
Tawan kembali merasajan pipinya memanas, “Hehehe iya kak.”
“Itu Hatsune Miku...” Tawan mengelus tengkuknya dengan canggung, “Nanti aja disusunnya belakangan. Gak banyak Hatsune Miku nanti di lemari kaca aja kak.”
Joss mengangguk dan beralih ke box dengan label Haikyuu lainnya. Saat melihat isinya, Joss mendesah pelan. Isinya adalah boneka boneka berbagai macam warna.
“Dek boneka disusun dimana? Kayaknya gak cukup kalau disusun lemari. Liat boneka kamu banyak banget.” Ucap Joss memberi tahu.
“Oh kalau boneka aku taruh dikeranjang basket yang gede itu kak. Keranjangnya belum dianter sama bunda nanti paling dikirim kesini.” Jelas Tawan.
Joss mengusap wajahnya dan terkekeh kecil, bahkan bonekanya sudah tidak bisa dipajang lagi saking banyaknya, “Oke-oke.” Sahut Joss.
“Oh iya kak nanti disudut sebelah sana ditaro meja laptop gitu-gitu ya kak. Gak usah beli kalau ini, ayah sama bunda hadiahin aku meja panjang buat nonton anime sekalian belajar gitu jadi nanti di sisi kiri isinya laptop dan lainnya terus sisanya koleksi aku.” Jelas Tawan lagi.
“Oke kamu nanti atur ya, kakak bantuin beresinnya. Nanti kamu bantuin rapiin ruang kerja kakak juga oke?” Ucap Joss. Tawan memberikan ibu jarinya tanda setuju.
Mereka merapikan kamar koleksi Tawan dengan berbincang kecil perihal hidup yang dijalani keduanya. Tawan baru tau bahwa Joss sudah menjadi model sejak SMA, namun dulu hanya model untuk tabloid remaja. Saat ini Joss bahkan menjadi brand ambassador dari beberapa produk.
Sementara Joss juga baru tau bahwa Nanon adiknya Tawan bercita-cita sebagai translator manga dan akan mengambil jurusan kuliah sastra Jepang nantinya. Nanon menganggap semuanya dengan serius sementara Tawan hanya menganggapnya sebagai hobi.
Pekerjaan mereka selesai ketika jarum jam menunjukkan angka 12. Tawan dan Joss beristirahat sebentar sebelum melanjutkan merapikan ruangan kerjanya yang tidak kalah susah karena banyak buku-buku dan koleksi jam yang dimilikinya.
Perjalanan mereka berdua hari ini masih panjang.