Josstay: Nikah Muda

All of the stars

Tawan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang masih terpasang dikepala. Matanya menatap lelaki berusia 22 tahun yang sedang fokus dengan laptopnya ditemani segelas kopi dan susu.

“Kak?” Panggil Tawan.

“Iya?” Sahut Joss dengan mata yang tak lepas dari layar laptopnya.

Tawan yang tidak memusingkan hal tersebut berjalan mendekat dan duduk disebelah Joss tanpa banyak berbicara. Tangannya mengambil segelas susu yang sudah pasti disiapkan untuknya.

“Emang buat kamu?”

Joss menghentikan kegiatannya meminum susu dan menatap Joss dengan pandangan kebingungan, “Emang bukan buat aku?” Tanya Tawan pelan.

Joss tertawa saat melihat wajah Tawan yang sangat serius mempercayai kata-katanya, bahkan lelaki itu menunjukkan tatapan sedih ke arahnya.

“Kok percaya sih bocil? Gampang banget diculik ini mah.” Joss berucap sambil tertawa dengan kerasnya.

Tawan cemberut. Berapa kali hari ini dia dijahili oleh sang calon suami?

“Males beneran aku besok-besok gak mau berduaan sama kak J deh.”

Joss meletakkan laptopnya dan mengambil handuk yang terlampir di leher Tawan, membantu lelaki itu mengeringkan rambutnya.

“Liat nih kalau mau cemberut keringin dulu rambutnya. Kalau sakit gimana?” Tanya Joss dengan kekehan yang masih terdengar sesekali.

Tawan diam dan kembali meminum susunya dengan serius. Susu adalah salah satu minuman favorite Tawan, dia tidak suka kopi apapun jenis kopi itu.

Joss mengeringkan rambut Tawan sambil memerhatikan lelaki itu yang sibuk meminum susu. Coba beritahu Joss dimana dia bisa melihat lelaki berusia 19 tahun yang sangat semangat meminum susu?

“Pelan-pelan minumnya, gak bakal gua ambil.” Celetuk Joss.

Tawan mengangguk pelan dan meletakkan gelasnya yang sudah kosong, Tawan memberikan cengiran pada Joss yang dibalas lelaki itu dengan dengusan pelan.

“Makan malam kapan kak?” Tanya Tawan.

“Kenapa? Udah laper?”

“Hehehehe” Tawan hanya terkekeh tidak jelas sebagai jawaban dari pertanyaan Joss. Tawan mengambil ponselnya untuk memeriksa adakah pesan atau panggilan masuk dari orang tuanya.

“Ih kok gak ada yang nyariin..” Gumam Tawan.

“Kenapa?”

Tawan menunjukkan notifikasi ponselnya yang kosong hanya ada notifikasi dari instagram dan shopee, “Liat masa bunda sama ayah gak ada yang nyariin aku kak. Biasanya kalau aku pulang lama pasti ditelfonin terus.”

Joss tersenyum kecil, “Ya kan izinnya ke rumah gua. Gimana mau dicariin, udah aman disini anak sulungnya.”

Tawan menyenderkan tubuhnya pada sofa dibelakangnya setelah Joss selesai mengeringkan rambutnya. Lelaki itu menatap atap kamar Joss yang terlihat menarik untuknya.

“Kak, aku denger dari bunda kita nikah akhir november ya?”

Tawan bertanya tiba-tiba. Joss yang baru saja ingin melanjutkan pekerjaannya meletakkan kembali laptopnya dan ikut bersandar seperti yang Tawan lakukan.

“Iya, katanya gitu. Kenapa? Mau kamu undur?” Tanya Joss.

“Engga, engga gitu.” Bantah Tawan.

“Cuma gak nyangka aja dikit lagi aku udah mau jadi suami orang lain.” Lanjut Tawan dengan pelan.

Joss membalikkan tubuhnya untuk menatap anak kecil yang saat ini masih menatap atap kamarnya.

“Share with me what's in your head right now.” Pinta Joss sambil mengetuk pelan dahi Tawan.

“Gak tau kak tiba-tiba kepikiran aja. Udah mau jadi suami orang tapi akunya masih kayak anak kecil. Masih manja juga. Harusnya gak gitu kan ya? Nanti kalau gak bisa jadi suami yang baik gimana kak?” Tanya Tawan.

“Aku juga takut kalau aku masih mau main kesana kemari sama temen-temenku, masih mau ikut pajamas party, mau ikut sahur on the road, mau ikut malam keakraban, dan lainnya.”

Joss menahan senyumnya, membiarkan Tawan melanjutkan pembicaraannya.

“Terus aku masih mau nonton anime tengah malem sampe pagi, masih mau nangisin karakter anime. Kalau udah nikah pasti beda kan ya kak? Aku gak boleh gitu kan..”

“Kadang aku mikir kalau aku gak siap buat nikah, gimanapun aku baru 19 tahun, aku bahkan belum sampe 20 tahun. Aku masih belum banyak melakukan hal-hal yang aku suka. Aku masih mau ini dan itu, tapi aku merasa egois kalau aku maunya gitu terus. Hidup kan harus berjalan maju.”

“Aku gak nyesel kok dijodohin sama kak J, kak you're so nice. You feel so warm and comfortable. Mungkin kalau orangnya bukan kak J aku bakal mikir berkali-kali, tapi balik lagi ke awal. Do I deserve you kak?” Tawan menghela nafasnya dengan lelah. Ternyata banyak berpikir itu tidak enak.

“Do you deserve me?” Gumam Joss.

“Well I don't know. Kalau belum dijalanin mana tau kan?” Lanjut Joss.

“But one thing that I want to tell you anak kecil, kamu ini nikah bukan dimasukin ke pesantren atau penjara. Ya tentu aja kamu masih bisa main sama temen-temen. Pernikahan ini bukan buat kekang kamu.”

“Kamu bebas mau ngelakuin apa aja yang kamu suka asal masih dalam batas wajar. Mau nonton anime? Yaudah silahkan, mau ikut banyak acara? Yaudah ikut aja. I know you're just a teenager, masih mau bebas. I'll let you do anything you want but just remember you have me as your home.”

“Lagi standar jadi pasangan yang baik tuh gimana sih? Yang harus melayani pasangan lainnya selama 24/7 atau gimana? Gak gitu sih menurut gua, as long as we both happy then it's enough.” Lanjut Joss memberikan pendapatnya.

Tawan menatap Joss dengan pandangan yang tidak bisa diartikan. Lelaki itu memiliki pikiran yang cukup luas, walaupun gaya bahasa yang digunakan oleh Joss masih seperti anak jaman sekarang tapi perasaan aman dan terlindungi itu tidak pernah lepas dari setiap tutur katanya.

“Jangan mikir aneh lah, gua gak nuntut apa-apa. Selesaiin kuliahnya, jadi perawat yang keren, dan temenin gua sampe akhir. Oke anak kecil?” Pinta Joss dengan tatapan mata teduh dan senyum yang tidak pernah lepas dari wajah tampannya.

Tawan merasakan jantungnya kembali berdetak dengan keras. Saat ini Tawan sudah dapat meyakini dirinya sendiri. Bahwa dia, Tawan Vihokratana. Jatuh cinta pada calon suaminya, Joss Wayar. Tawan tidak akan mengelak lagi, dia akan mencoba menunjukkannya secara perlahan.

“Ummm.” Tawan mengangguk dengan ribut, menyetujui kalimat yang Joss utarakan. Seumur hidup.

Tawan akan menghabiskan seumur hidupnya dengan lelaki keren ini. Tawan tidak sabar, dia menunggu hal membahagiakan yang akan lelaki ini berikan untuknya di masa depan.


Tawan dan Joss sudah duduk dengan manis di meja makan ditemani western food ala keluarga Joss.

“Tawan gimana ayah sama bunda sehat?” Tanya Banjong pada Tawan yang sedang sibuk memotong steaknya.

“Oh?” Tawan menyahut terkejut.

“Baik kok om..” Jawab Tawan dengan canggung.

“Dad apa sih jangan ditanya dulu, lagi sibuk motong steak anaknya.” Ucap Joss memperingati daddynya.

Banjong mengangkat tangannya dan tertawa kecil, matanya menatap interaksi antara anaknya dan calon menantunya dengan pandangan teduh.

“Mau dibantuin gak?” Bisik Joss menawarkan bantuan pada Tawan yang terlihat sedikit kesusahan.

“Gak usah kak J, emangnya aku anak kecil apa steak aja pake dipotongin.” Gerutu Tawan dengan mata melirik Joss dengan kesal.

Joss mengusak rambut Tawan dengan gemas, “Ya emang anak kecil.”

Tawan melirik Joss sekali lagi dan memilih mengabaikan lelaki yang lebih tua itu. Jika dia terus meladeni ledekkan yang diberikan Joss nanti makan malamnya tidak selesai-selesai.

“Joss gimana di kantor ada masalah gak?” Tanya Banjong pada anak semata wayangnya.

“Gak ada dad. Sejauh ini lancar-lancar aja.”

“Oh buat material stetoskop yang kemarin habis udah ada lagi?”

“Udah tadi siang baru dateng.” Jawab Joss santai, dia tidak terusik dengan perbincangan mengenai pekerjaan yang ditanyakan oleh daddynya. Sudah biasa.

“Oh ya dad, besok aku gak ke kantor ya. Ada pemotretan.” Ucap Joss tiba-tiba.

“Gak ada meeting kan besok?”

“Gak ada dad, aku udah minta sama Namtan buat reschedule meeting jadi lusa. Termasuk meeting sama Om Sarut.” Jelas Joss.

Tawan yang mendengar nama ayahnya disebut langsung menatap Joss dengan penasaran, “Kak J lusa meeting sama ayah?” Bisik Tawan pelan.

“Iya. Mau ikut?” Tawar Joss.

“Mauuu, udah lama gak main ke rumah sakit.” Jawab Tawan dengan semangat. Matanya berbinar-binar dengan jelas. Joss tidak bisa untuk tidak tersenyum melihat Tawan.

“Sore paling, ada jadwal kuliah gak? Kalau gak ada nanti gua jemput di kampus.”

“Gak ada kak J, nanti jemput yaaa.” Ucap Tawan.

Joss mengangguk kecil dan kembali fokus dengan makanannya. Dirinya tau bahwa orang tuanya sedang memperhatikan interaksi yang terjadi diantara mereka berdua.

“Oh iya Joss, udah bilang ke Tawan tentang persiapan pernikahan kalian yang udah bisa dimulai dari besok?” Siri bersuara setelah terdiam sejak acara makan malam mereka dimulai.

Tawan hampir saja tersedak mendengar ucapan dari ibunya Joss, “Hah?”

Joss melirik Tawan sekilas dan beralih menatap ibunya dengan pandangan malasnya, “Belum mom. Bikin kaget aja sih lagi makan.”

“Tawannnn nanti kamu omongin sama kak J ya mau pernikahan yang gimana. Tante sama bunda kamu serahin semuanya ke kamu sama Joss. Mau minta tema anime juga boleh kok, asal Jossnya mau.” Ucap Siri dengan semangat.

Tawan merasakan wajahnya memanas karena malu, “I-iya tante. Nanti Te bicarain sama kak J.”

Tawan menundukkan wajahnya dan kembali memakan makanannya dengan tenang. Sedikit terkejut bahwa dia sudah bisa mengatur acara pernikahannya. Sejujurnya Tawan belum memikirkan mau bagaimana tema pernikahan mereka nanti.

Mungkin mereka memang harus membicarakan hal ini secepatnya.


Tawan sudah kembali ke kamar Joss mereka berdua duduk dengan posisi yang agak berjauhan. Entah kenapa setelah pembicaraan tentang pernikahan rasanya canggung sekali.

“Tawan.” Panggil Joss.

“Iya?”

“Tentang konsep pernikahan tadi, kamu ada request atau apa” Joss memulai pembicaraan mereka tentang pernikahan.

“Kalau aku belum kepikiran sih kak, tapi kayaknya aku mau indoor aja.” Tawan menjawab setelah berpikir cukup panjang.

“Indoor?”

“Iya indoor, prevent hujan juga sih kak. Soalnya udah masuk musim hujam. Kalau garden party di outdoor terus hujan, repot.” Tawan kembali memberikan pendapatnya.

“Bener sih gua juga milih indoor.” Gumam Joss.

“Kalau masalah tempat?” Tanya Joss lagi.

“Belum kepikiran sih kak mau dimana. Soalnya baru pertama kali dalam seumur hidup mikirin hal ini.” Jujur Tawan.

Joss terkekeh pelan mendengar kejujuran yang ditunjukkan Tawan, “Ngerti anak kecil.”

“Kalau gua pernah mikir sih kalau gua mau nikah di katedral.” Giliran Joss yang memberikan pendapatnya.

“Gereja Katedral?” Tawan bertanya dengan mata penuh kekaguman.

“Iyaaa.”

“Kak how about winter wedding theme?” Tanya Tawan semangat.

“Explain more.”

“I mean cathedral itself udah berarsitektur neo gethic we just added some winter themed to our wedding. We add trees and branches mixed with snow and a few faux forest folk like deers to create that winter woodland effect.”

“Terus dibawah pohon itu kita kasih lampu, aduh aku gatau kak nama lampunya apa tapi lampu yang bentuknya kotak terus bisa dibawa-bawa itu tau gak?” Tanya Tawan dengan wajah yang menunjukkan frustasi karena tidak tau nama dari benda dijelaskannya.

Joss terkekeh kecil, “Tau, it's called lanterns. Terus?”

“Terus buat dekorasi lampu keseluruhan kita pake warna warm white with deep ocean blue effect ya kak. Oh sama ada garden light pole juga disamping pohon disepanjang jalan ke altar. Kalau buat jalannya kayaknya mau warna putih dengan snow dan bunga warna putih deh kak.”

“And for the altar kak, I want birch trees in the middle of that. The way they bend and twist to create a magical impression and in that tree I want to add mistletoe. Selain mistletoe juga mau ada hiasan kaca digantung gitu gambar snowflakes, and snowglobe, dan hiasan lampu gantung di pohon.”

“For the table guest, I want to tier our table centrepieces with log slices, adding moss and ‘snow’ to give it the winter woodland effect and maybe include some wild winter flowers to top it all off! And extra sparkle and glitter for our winter woodland.” Tawan menyudahi penjelasannya dengan wajah berbinar.

Joss mengerti maksud Tawan, lelaki itu menjelaskannya dengan sangat rinci.

“Ok, kamu mau winter wonderland as our wedding themed?” Tanya Joss sekali lagi memastikan.

“Mau. Kak J mau gak?” Tanya Tawan balik.

Joss mengangguk, “It would be amazing. Let's do it.”

“Really?” Tanya Tawan memastikan.

“Yes. So it's clear for our wedding themed ya. Gua udah rekam suara kamu tadi jelasin nanti gua kasih ke vendornya. Buat cathering kamu kayaknya harus ngobrol sama mommy dan bunda kamu karena gua gak begitu paham.” Ucap Joss.

“What kind of song do you want to play on our wedding day?” Tanya Joss lagi.

“I want A thousand years or Can't help falling in love.” Jawab Tawan tanpa banyak berpikir.

“Oke. Untuk berkas-berkas ada 6 berkas yang harus dilengkapi. Kartu keluarga katolik, surat keterangan baptis yang udah diperbarui maksimal 6 bulan dari sebelum waktu pernikahan, formulir pendaftaran pernikahan. Kayaknya ini diurus sama daddy deh.” Gumam Joss sendirian.

Tawan hanya tersenyum melihat Joss yang sibuk dengan ponselnya dan membaca apa-apa saja yang diperlukan untuk pernikahan.

“Oh iya untuk tamu, katedral maksimal 900 tamu undangan. Kayaknya kita gak bakal sebanyak itu. Kamu mau ngundang siapa aja?”

“Pemberkatan? Temen-temen deket aku aja kak. Yang kemarin itu, kalau kak J?” Tanya Tawan.

“Sama sih.”

“Untuk undangan keseluruhan kayaknya banyak sih soalnya kolega pasti diundang. Temen kuliah kamu mau diundang?”

“Iya kak temen angkatan aku sama beberapa angkatan atas yang udah aku kenal deket.”

“Oke nanti itu kamu list ya nanti kita gabungin yang tamu khusus undangan kita. Buat design undangan belakangan bisa minggu besok sih pastiin tamu undangan dulu, nanti gua pastiin ke daddy dan ayah kamu.” Ucap Joss.

“Iya kak J, aku ikut kak J aja.” Jawab Tawan.

Joss tersenyum, “Buat tempat tinggal. Mau tinggal di rumah atau apartment?”

“Like I told you before, I don't want big house. Maybe untuk beberapa tahun di apartment ya kak? Soalnya aku juga kayaknya bakal praktek di rumah sakit langsung dan bukan di daerah Jakarta jadi kalau rumah kayaknya terlalu besar untuk saat ini.” Jelas Tawan.

“Oke, nanti cari apartment sekitaran kampus kamu aja.” Joss mengiyakan tanpa banyak berkomentar.

“Kayaknya udah segini dulu deh ya kak? Selanjutnya nanti kita bisa sambil jalan ngobrolinnya.” Ucap Tawan.

Joss melihat jam yang di dinding kamarnya, “Udah mau jam 9. Ayo gua anterin pulang.” Ajak Joss.

“Oh iya gak sadar udah mau jam 9.” Gumam Tawan.

Tawan merapikan barangnya yang tadi ia bawa dari ruang tamu. Tawan juga memakai jaketnya karena hari sudah malam.

“Kak bajunya aku pinjem dulu ya nanti aku balikin.” Ucap Tawan dengan malu.

“Hahaha gampang itu mah. Ayo turun ke bawah. Ada yang ketinggalan lagi gak?”

“Gak ada kak.”

“Yaudah ayo.”

Joss menyatukan jari mereka berdua dan berjalan turun dengan senyuman yang ditahan sekuat tenaga, Tawan sendiri memperhatikan kaitan tangan mereka berdua tanpa kedip. Pipi dan lehernya sudah memerah karena malu.

“Mom, dad, aku anter Tawan pulang dulu.” Pamit Joss pada orang tuanya.

“Tante, om, aku pulang dulu ya. Nanti aku main lagi.” Ucap Tawan dengan gugup.

“Oh iyaa sebentar tante ambil cookiesnya dulu.” Siri berlari kecil ke dapur untuk mengambil cookies yang tadi mereka sudah buat.

“Ini cookiesnya bawa pulang aja, bilang bunda kamu ini buatan kamu sama tante oke?” Pesan Siri.

“Iya tante terima kasih banyakkkk” Ucap Tawan dengan senyuman lebarnya.

Siri mengelus rambut Tawan dan terkekeh kecil. Perempuan paruh baya itu melambaikan tangannya saat Tawan berpamitan pulang.

Siri sangat menyukai calon menantunya, lelaki itu benar-benar seperti anak kecil dan memiliki banyak energi positif. Siri harap keputusannya untuk menjodohkan kedua anak berbeda kepribadian itu adalah pilihan yang tepat.