Josstay: Nikah Muda
Hey there, J.
Tawan melambaikan tangannya saat melihat Joss masuk dengan jaket hitam, kaos putih, dan celana hitamnya. Lelaki tampan itu sontak menjadi pusat perhatian di kafetaria karena aura kuatnya dan wajahnya yang luar biasa tampan.
Tawan tanpa sadar memajukan bibirnya beberapa senti, kesal karena semua orang memperhatikan calon suaminya dengan tatapan memuja.
Jumpol yang melihat Tawan cemberut menepuk bibir temannya, “Adat lu jelek banget pake cemburuan.” Ledek Jumpol disertai suara tawanya yang keras.
Tawan mengabaikan Jumpol dan tersenyum ke arah Joss yang sudah berada di depannya.
“Udah selesai makannya?” Tanya Joss saat melihat kotak es krim Tawan sudah kosong.
Tawan mengangguk kecil dan menggeser tubuhnya agar Joss dapat duduk disampingnya.
“Kakak jadi pesen minum dulu?” Tanya Tawan dengan suaranya yang sengaja dilembutkan.
Jumpol dan teman-temannya yang lain sontak menunduk dan menahan suara tawa mereka sekuat tenaga. Mana yang katanya belum jatuh cinta?
“Jadi, bentar gua beli dulu.” Ucap Joss.
“Ehhh” Tawan menahan tangan Joss sebelum lelaki itu pergi untuk memesan.
“Aku aja, kakak duduk aja disini. Sekalian aku mau beli wafer.” Ucap Tawan dengan yakin.
“Bener gapapa?” Joss menaikkan alisnya dan bertanya.
“Iyalah gak apa-apa. Sini kak J duduk.” Tawan mempersilahkan Joss untuk duduk.
“Oh iya kak kenalin ini temen-temen aku, yang ini Jumpol rumahnya deket sama rumah kalau pulang biasanya sama dia, terus ini Arm, ini Gun, sama ini Metawin.” Ucap Tawan memperkenalkan temannya dengan semangat.
“Lah ada Metawin.” Ucap Joss kaget setelah menyadari ada kekasih dari temannya, Bright.
“Hehehehe halo iya kak.” Metawin menjawab dengan cengiran canggungnya.
Joss tertawa kecil dan menyapa semua teman Tawan. Benar kata Tawan bahwa calon suaminya itu memiliki banyak pesona, salah satunya adalah senyumnya yang memang sempurna.
“Kalian mau pesen lagi gak?” Joss menawarkan pada teman-teman Tawan setelah menyebutkan minuman yang ingin dipesannya kepada Tawan.
Jumpol, Metawin, Gun, dan Arm dengan cepat mengangguk disertai cengirannya. Mereka tidak akan menolak traktiran. Tawan sudah memijit pangkal hidungnya, teman-temannya memang sialan sekali.
“Yaudah pesen aja sana temenin Tawan ya.” Kekeh Joss.
Jumpol dengan sukarela bangkit dan menemani Tawan memesan makanan mereka, Jumpol merangkul Tawan dan lelaki yang lebih kecil itu mencubit lengannya dengan pelan.
“Ngapain pesen lagi heh lo pada udah makan banyak.” Bisik Tawan.
“Biarin kenapa sih, pake duit dia ini anjir. Traktir 100rb kaga bakal bikin dia bangkrut bener dah.” Jawab Jumpol dengan santai.
Tawan menyebutkan lemon tea sebagai minuman yang dipesan oleh Joss, sementara Jumpol memesan pisang cokelat, ketang goreng, dan roti bakar beserta es teh manis kepada ibu penjaga kafetaria.
Tawan membawa lemon tea milik Joss dan duduk disebelah lelaki yang sedang fokus dengan ponselnya itu.
“Kakk ini minum dulu.” Ucap Tawan menyerahkan minumnya pada Joss.
Joss mendongkak ke arah Tawan dan tersenyum kecil, “Makasih ya?”
Tawan mengangguk dengan pipi yang merona, dia merutuki dirinya yang dengan mudah tersipu padahal Joss hanya mengucapkan terima kasih.
“Teee” Panggil Gun menyadarkan Tawan.
“Apa?”
“Besok jangan lupa bawa flashdisk yang isi tugas kita.” Ucap Jumpol.
“Oh iya bener flashdisk, besok pagi ingetin gue ya?” Jawab Tawan.
Metawin dan Gun mengangguk kecil dan kembali fokus dengan ponsel mereka.
Joss yang sejak tadi memperhatikan dengan diam, menepuk pundak Tawan pelan.
“Apa kak?” Tanya Tawan penasaran.
“Besok masuk jam berapa?” Tanya Joss.
“Jam 9 kak, kenapa?”
“Besok gua yang anterin kuliah ya, mumpung besok gak ke kantor.” Ucap Joss.
Tawan mengelus lehernya dengan gugup dan tersenyum dengan lebar, “Kok gak ke kantor?”
“Besok ada pemotretan jadi gak ke kantor.” Jawab Joss santai.
Tawan mengangguk mengerti, “Yaudah kak besok kabarin Te aja ya.”
Joss terkekeh melihat kelucuan dari lelaki kecilnya, tangannya mengelus rambut Tawan dengan gemas.
“Iya anak kecil.” Kekeh Joss.
Tawan mengalihkan pandangannya dari pesona lelaki berumur 22 tahun itu, dia melirik sekitarnya dan baru menyadari beberapa pasang mata menatapnya dengan penasaran.
Tawan merapatkan tubuhnya ke Joss dan berbisik pelan, “Kak ayo pulang...”
“Eh kenapa?” Tanya Joss penasaran.
“Diliatin banyak orang aku malu. Aku kan terkenal kak, pasti mereka bingung aku yang weebs ini kok sama cowok ganteng.” Bisik Tawan tanpa sadar.
Bukan hanya Joss yang mendengar tapi teman-temannya juga mendengarnya, ucapan Tawan tidak bisa dibilang sebagai bisikan karena banyak orang yang mendengarnya.
Jumpol orang yang tertawa dengan keras paling pertama, Tawan dan kebodohannya memang suatu hal yang patut ditertawakan. Sedangkan Arm sendiri hampir tersedak mendengar bisikan tidak tau malu temannya.
Gun dan Metawin? Jangan ditanya. Mereka berdua sudah memalingkan mukanya, berpura-pura tidak kenal dengan Tawan.
Joss menahan senyumannya dan melirik sekitar, memang benar kata Tawan bahwa banyak yang memperhatikan mereka.
“Yaudah ayo pulang, bilang dulu ke temen-temen kamu.” Ajak Joss.
Tawan mengangguk dengan semangat dan berpamitan pada temannya yang masih tertawa. Tawan menaikkan alisnya tidak paham, kenapa mereka tertawa?
“Kenapa lu pada?” Tanya Tawan kebingungan.
“Gapapa.” Jawab Arm disela tertawanya.
“Idih orang gila. Yaudah gue balik duluan ya. Hati-hati kalian jangan malem-malem baliknya.” Pamit Tawan.
Jumpol hanya memberikan jempolnya dan kembali tertawa tanpa suara. Tawan melambaikan tangannya sekali lagi dan berjalan keluar mengikuti Joss.
“Maaf ya kak temenku aneh semua.” Ucap Tawan tidak enak pada Joss.
“Gak apa-apa, seru. Dulu gua kuliah juga gitu kok.” Kekeh Joss.
Tawan melirik sekitar kafetaria, mencari mobil yang berkemungkinan milik kekasihnya namun matanya Tawan tidak bisa menahan rasa terkejutnya saat dia tau bahwa Joss menjemputnya dengan motor besarnya!
“Kakak ke kantor naik motor?” Tanya Tawan dengan kaget luar biasa.
Joss menampilkan cengirannya “Iya. Tau sendirikan Jakarta macet, males banget kena macet jadi milih naik motor.”
Tawan masih mencerna informasi yang ia dapat, pantas saja Joss tidak pakai jas dan kemeja seperti orang kantoran biasanya. Lelaki itu hanya memakai jaket bomber dengan dalaman kaos putih dan celana jeans. Sepatunya juga sepatu converse? Tawan baru menyadarinya.
“Kakak ke kantor begini?” Tanya Tawan lagi.
Joss mengikuti arah pandang Tawan yang melihat pakaiannya dengan wajah terkejut dengan refleks mengusak rambut lelaki itu dengan gemas.
“Ya enggak, tadi di kantor ganti baju. Emang selalu simpen baju dikantor kok buat pulang.” Jawab Joss dengan kekehan renyahnya.
Tawan merasakan pipinya memanas dan berdehem pelan.
“Oh gitu kak.”
“Iya, yaudah nih pake helmnya.” Ucap Joss menyerahkan helm berwarna hitam pada Tawan.
Sebelum memakai helm Tawan mengeluarkan jaket yang selalu dibawanya kemana-mana, jaket jeans berwarna hitam. Tawan membawanya untuk menutupi seragam perawatnya.
Joss sudah siap dimotornya menunggu Tawan untuk naik, namun Tawan tidak bergerak sedikitpun. Lelaki itu hanya menatap motor dan Joss bergantian.
“Tawan?” Joss membuka kaca helm full facenya dan memanggil Tawan yang hanya diam.
“Ayo naik.” Ajak Joss.
Tawan menatap Joss dengan wajah yang sudah memerah seluruhnya, “I-itu kak, motornya tinggi banget. Aku bingung naiknya” Ucap Tawan dengan jujur dan malu.
Joss menahan senyumnya dibalik helm yang menutupi seluruh wajah tampannya.
“Ini sini kakinya yang kiri ditaro dipijakan kaki, terus kamu naik sambil pegangan sama pundak gua. Gak bakal jatoh, dicoba dulu.” Joss menjelaskan sambil menunjuk pijakan yang dimaksud.
Tawan mengikuti instruksi Joss dengan hati-hati, dia memegang erat pundak Joss dan naik ke motor tinggi itu dengan ucapan “woah” yang refleks keluar dari bibirnya.
“Udah kan? Pegangan ya.” Ucap Joss.
Tawan memegang pundak Joss dengan erat, Joss sendiri tidak berkata apapun dan langsung melajukan motornya dengan kecepatan sedang.
Tawan sendiri menggigit bibirnya dengan gugup, pegangannya di pundak Joss mengerat. Jujur saja ini pertama kali dalam hidupnya dibonceng naik motor ninja, karena teman-temannya rata-rata punya mobil, jika punya motor mereka memiliki motor biasa seperti Mio ataupun Vario.
Joss sendiri tidak menambah kecepatan laju motornya, dia tidak ingin Tawan merasakan canggung apalagi sampai harus memeluk pinggangnya. Joss tidak akan memaksa lelaki itu. Joss melirik ke arah spion dan melihat Tawan membuka kaca helmnya, mata lelaki dibelakangnya terlihat menikmati perjalanan yang mereka lalui.
Tawan kembali dibuat terkejut ketika motor yang dinaikinya berhenti di rumah berwarna putih dengan pagar cukup tinggi dan bergaya mewah.
Joss menyalakan klaksonnya sekali. Tawan dapat melihat seorang satpam membukakan pintu gerbang dan menyapa mereka berdua dengan ramah.
Tawan semakin kebingungan ketika mereka melewati pintu depan rumah dan menuju ke arah belakang rumah, “Kak mau kemana?” Tanya Tawan dengan suara keras.
Joss membuka kaca helmnya, “Garasinya dibelakang tadi mau lewat belakang tapi males muternya.” Jawab Joss tidak kalah keras.
Motor Joss berhenti di garasi yang dikatakan oleh lelaki itu, Tawan menjatuhkan rahangnya melihat 4 motor nija yang terpakir disana dan juga 2 mobil mewah.
Tawan turun dari motor dengan hati-hati, dia melepaskan helmnya dan memeluk helmnya dengan cukup erat. Joss sendiri sudah memarkirkan motornya dan melepas helmnya.
“Sini helmnya.” Pinta Joss.
Tawan menyerahkan helm itu dengan canggung. Joss tersenyum melihat Tawan yang menjadi semakin pendiam sejak sampai di rumahnya.
“Ayo, kayaknya mommy sama daddy udah di rumah.” Ajak Joss menarik lembut tangan Tawan.
Tawan yang masih merasa kebingungan hanya mengikuti Joss tanpa banyak mengelak. Matanya melirik area rumah Joss, tidak terlalu besar namun terlihat megah.
“Kak, tinggal disini bertiga aja?” Tanya Tawan tiba-tiba.
“Hm? Iya kan anak tunggal.” Jawab Joss dengan kekehan.
“Kak gak takut kalau sendirian?” Tanya Tawan lagi.
Joss menoleh ke arah Tawan dengan pandangan jahilnya, “Kamu nih jangan-jangan yang takut hantu?”
“Engga lah.” Bantah Tawan.
“Oh yaudah kalau udah nikah nanti rumahnya yang segede ini juga ya.” Jawab Joss dengan santai, menjahili Tawan.
Tawan yang mendapat serangan soal pernikahan merasakan kupu-kupu kembali berterbangan diperutnya.
“Ih apasih kok gitu kakkkk.” Rengek Tawan.
“Loh kan enak nanti collection roomnya jadi besar juga.” Tawar Joss.
Tawan menggeleng dengan cepat, dia tidak ingin punya rumah sebesar ini. Rasanya tidak seru, apalagi kalau nanti dia hanya berdua dengan Joss. Belum lagi kalau Joss sibuk bekerja dan pulang malam, dia tidak berani sendirian di rumah.
“Gak mau, mau yang kecil aja kan cuma berdua nanti.” Gumam Tawan, matanya dengan sengaja tidak menatap Joss.
Joss yang masih mendengar gumaman Tawan hanya tersenyum kecil, berusaha tidak memeluk lelaki yang lebih kecil darinya ini. Menggemaskan sekali.
“Mom?” Panggil Joss saat mereka sudah masuk ke dalam rumah.
Hening. Tidak ada sahutan.
Joss melepaskan tangan Tawan dan mencoba mencari keberadaan ibunya.
“Mom?” Panggil Joss sekali lagi dengan suara yang cukup keras.
“Iya kenapa? Di dapur.” Sebuah suara menyahutinya.
“Ayo ke dapur.” Ajak Joss pada Tawan yang masih diam tanpa bersuara.
“Mom ini Tawannya udah dateng.” Ucap Joss.
Seorang wanita dengan pakaian cukup rapi dan celemek yang terpasang ditubuhnya muncul dari dapur dengan senyuman lebarnya.
“Tawannnnn” Panggil Siri dengan semangat dan memeluk Tawan dengan cukup erat.
Tawan membalas senyuman itu tak kalah lebar dan membalas pelukan wanita paruh baya itu.
“Tante apa kabar?” Tanya Tawan berbasa basi.
“Baik, Tawan sendiri gimana kabarnya baik? Kuliahnya hari ini lancar?” Tanya Siri berturut-turut.
“Baik tante, lancar sih walaupun tadi aku ada kuis dua.” Curhat Tawan.
Siri memandang Tawan dengan sedih lalu memberikan semangat pada lelaki muda itu, “Gak apa-apa. Sekarang kita seneng-seneng oke. Kamu suka kue kan Tawan?”
“Sukaaa!!! Tante lagi masak kue?” Tanya Tawan dengan semangat.
“Iya!!! Lagi buat soft cookies. Kamu mau bantu?”
“Mau tante!! Aku boleh bantu?” Tawan bertanya dengan binaran mata penuh pengharapan.
Siri yang menerima tatapan seperti tatapan anak anjing kelaparan itu sontak terkekeh kecil, “Ya boleh dong. Ayo buka dulu tas sama jaketnya.”
Siri membantu Tawan melepas tas dan juga jaket yang digunakan lelaki itu dan menyerahkannya pada anak semata wayangnya.
Joss menaikkan alisnya kebingungan, “Apa?” Tanya-nya tidak mengerti.
“Ini kamu yang taroin tas sama jaket anak kesayangan mommy.” Jawab sang ibu dengan jahil.
Joss menghela nafasnya dengan pasrah dan menerima tas dan juga jaket Tawan, “Aku simpen di ruang tamu ya. Sekalian aku mau mandi dulu, udah gerah.” Pamit Joss.
Siri dan Tawan tidak menjawab karena sibuk berbincang mengenai kue, Joss memandang pemandangan itu dengan senyuman kecilnya.
Sudah lama sang ibu tidak semangat seperti ini, karena dia dan ayahnya sibuk dan juga dirinya tidak suka bergelut di dapur seperti yang Tawan lakukan saat ini.
Joss memutuskan untuk naik ke kamarnya dan meninggalkan Tawan yang sedang seru bersama sang ibunda. Membiarkan keduanya menikmati kebersamaan mereka.
“Tanteee buat kue buat siapaaa?” Tanya Tawan penasaran.
“Kadang buat tante bagiin ke karyawan tante di butik sih, soalnya Joss sama daddnya gak terlalu suka cookies gini jadi tante bagiin ke orang lain. Tawan suka cookies?” Tanya Siri balik.
“Sukaa banget tante, Nanon juga suka. Aku kalau lagi nonton anime suka sambil ngemil cookies atau snack gitu jadi bunda kadang suka bikinin kita. Dulu juga bunda jual cookies gitu tapi sekarang udah engga soalnya bunda lagi mager tante.” Jelas Tawan dengan semangat.
Matanya dengan berbinar melihat cookies yang sudah mereka buat di dalam oven. Nanti dia meminta izin untuk membawa 3 cookies buatannya pulang untuk diberikan kepada Nanon dan juga ayah bundanya.
“Wah seru banget. Nanti kamu bawa pulang aja ya cookiesnya nanti tante sering-sering buatin kamu sama Nanon cookies deh terus tante suruh Joss anterin ke rumah kamu ya.” Jawab Siri dengan semangat.
“Beneran tanteee?” Ucap Tawan memastikan perkataan Siri.
“Iya sayangggg.” Jawab Siri sambil mengelus pelan rambut Tawan.
Tawan terkekeh senang, matanya menatap Siri yang sedang sibuk mengiris sayuran.
“Tante mau masak apa?”
“Kayaknya mau masak steak deh, kamu suka gak Tawan?”
“Sukaa tante. Boleh aku bantu?” Tawar Tawan.
“Gak usah yang ini mah, kamu ke atas gih samperin Joss. Kemarin kan dia udah liat kamar kamu sekarang gantian gih. Sekalian pinjem baju Joss, pasti gerah pake baju bekas kuliah seharian.” Ucap Siri dengan lembut.
“Gamau tanteeee.” Jawab Tawan pelan.
“Eh kenapa?” Siri menghentikan kegiatan yang sedang dia lakukan dan menatap Tawan kebingungan.
“Malu tante.” Gumam Tawan.
Siri mengerjapkan matanya kebingungan dan tertawa dengan keras, anak siapa ini lucu sekali.
“Gapapa ayooo samperin aja Jossnya oke? Pinjem kaos gitu.” Siri mendorong Tawan pelan.
“Bener ya tante? Aku gak akan diomelin kak Joss kan?” Tanya Tawan memastikan.
Siri tertawa lagi, “Ya enggaklah sayang. Nanti kalau diomelin bilang sama tante ya biar tante jewer itu anaknya.”
“Kamarnya dimana tante?”
“Oh iya kamu naik tangga ya nanti belok ke kanan, kamarnya yang pintu warna hitam itu. Ketuk aja, panggil orangnya. Mandinya cepet kok dia mah.” Jelas Siri.
Tawan mengangguk dan berjalan ke arah kamar Joss seperti yang diarahkan oleh calon mertuanya.
Tawan memperhatikan interior rumah Joss yang benar-benar modern bergaya mewah, berbeda sekali dengan rumahnya. Tawan melihat pintu yang dimaksud oleh tante Siri. Tawan berhenti dan menimbang haruskah dia mengetuk pintu itu atau dia harus menunggu diluar.
Tapi Tawan juga sedikit penasaran dengan desain kamar yang ditempati oleh Joss. Apakah kamarnya kaku seperti om-om biasanya atau ada tempelan band kesukaannya.
Tawan memutuskan untuk mengetuk pintu kamar itu, “Kak J?” Panggil Tawan.
Tidak ada sahutan. Tawan memutuskan untuk mengetuk sekali lagi. Kalau masih tidak ada sahutan Tawan akan menunggu di ruang tamu.
“Kak J? Ini Te kak.” Panggil Tawan.
“Sebentar dek.”
Tawan mematung mendengar panggilan Joss. Dek? Jantungnya seakan jatuh ke perutnya. Bisa-bisanya lelaki itu kembali membuatnya sedikit gila hanya karena sepatah kata.
Tawan yang masih berpikir tidak menyadari bahwa pintu kamarnya sudah terbuka dan muncul lelaki tinggi dengan kaos hitam dan celana pendeknya, di kepalanya masih ada handuk yang menandakan lelaki itu baru saja selesai mandi.
“Tawan?” Panggil Joss.
“Tawan, hey?” Panggil Joss sekali lagi dengan tepukan pelan dipundak Tawan.
“Eh iya kak.” Jawab Tawan gelagapan.
“Kenapa?” Tanya Joss dengan santai.
“Oh itu kak, kata tante apa aku boleh pinjam kaos kakak? Aku disuruh ganti baju. Katanya gerah kalau pake kemeja aku yang ini.” Jelas Tawan dengan kaku.
“Boleh sini ayo masuk. Bentar gua ambilin dulu bajunya.” Joss membuka lebar pintu kamarnya mempersilahkan Tawan untuk masuk.
Tawan masuk dengan hati-hati, mengamati kamar Joss yang benar saja seperti kamar-kamar om-om biasanya. Padahal Joss usianya tidak berbeda jauh dengannya tapi Tawan suka saja menyebutnya om-om.
Nanti Tawan akan mencoba membuat tiktok yang sedang viral itu, yang lagunya gimana le gimana le aku masih kecil tapi suka sama yang om-om Tawan tidak bisa mengingatnya tapi yang seperti itu lah.
“Pake ini kegedean gak?” Joss datang membawa kaos berwarna putih.
Tawan menaikkan alisnya, “Ya pasti kegedean sih kak J. Liat perbedaan kita.”
Tawan berdiri didepan Joss dan menunjukkan perbedaan tubuh diantara mereka berdua, “Dari sisi manapun kayaknya udah pasti kegedean?”
Joss menunduk dan tertawa dengan lepas, benar-benar anak ini lucu sekali. Joss ingin membungkusnya dengan selimut dan memeluknya semalaman.
“Males banget diketawain? Body shaming ini gak sih kak J?!” Protes Tawan.
Joss mencoba mengontrol tawanya dengan mengambil nafas sebanyak mungkin, bibirnya masih menunjukkan cengiran yang lebar.
“Perasaan kamu yang mulai bandingin badan gua sama badan mungil kamu?” Tanya Joss dengan jahil.
“Ah males ah aku mau turun aja. Diledekin terus?!” Tawan memajukan bibirnya tanda bahwa lelaki itu sedang dalam mode ngambek.
“Aih” Gumam Joss.
Tangan besar Joss menangkup pipi Tawan dan menguleninya seperti adonan kue, “Siapa yang ngizinin jadi gemes gitu heh?” Ucap Joss dengan rasa penuh gemasan pada sang lelaki yang lebih muda.
“L-lepassssss sakit kak J” Suara Tawan tidak begitu jelas karena pipinya masih ditekan oleh lelaki yang lebih tinggi itu.
“Tanteeeeee” Teriak Tawan mengadu pada ibunda dari calonnya ini.
“Eh iya iyaaa jangan bilang mommy.” Joss panik melepas pipi Tawan dengan wajah penuh ringisan.
“Kak J sakit tauuuu?!” Amuk Tawan saat tangan besar itu melepaskan pipinya.
Joss terkekeh kecil dan mengelus pipi Tawan dengan lembut, “Maaf ya? Abisnya gemes.”
“Gih mandi, handuk baru ada di laci kamar mandi, sikat gigi juga ada. Pakaian dalam yang baru ada di kamar mandi juga. Gua turun dulu ngambil minum, ngobrol dulu ya nanti sebelum makan malam?” Joss memberikan perintah dengan suara lembutnya.
Tawan yang terkejut dengan elusan dipipinya hanya mengangguk dengan kaku. Joss tersenyum sekali lagi dan meninggalkan Tawan dalam kamarnya.
Tubuh Tawan rasanya lemas. Kalau seperti ini dia diajak nikah minggu besok juga ayo saja. Daripada dia harus menerima serangan Joss Wayar setiap hari lebih baik dia menikah saja lah.