Josstay: Nikah Muda
Sàturdate-3
Tawan kembali merapatkan jaketnya setelah membalas pesan dari sang suami, matanya menatap laut di depannya. Rasanya sangat menyenangkan dapat berlibur ditengah padatnya jadwal kuliah.
Joss tertidur tadi saat mereka sampai ke penginapan, Tawan sendiri merasa tidak mengantuk karena telah tertidur sepanjang perjalanan. Tawan memutuskan untuk melihat matahari terbenam sendirian, meninggalkan Joss yang tertidur dengan pulas di penginapan mereka.
Penginapan yang mereka sewa adalah sebuah rumah berlantai dua yang berlokasi dekat dengan pantai, Tawan hanya butuh berjalan sekitar 5-8 menit dan dia sudah bisa mencapai ke area pesisir pantai.
Tawan memang dengan sengaja tidak meninggalkan catatan ataupun pesan untuk sang suami, sejujurnya Tawan saat ini sangat membutuhkan waktu untuk sendiri. Pernikahan mereka baru berlangsung selama seminggu, Tawan belum sepenuhnya beradaptasi.
Jika dulu saat dia merasakan tertekan akan kuliahnya, dia akan mengurung diri di kamar dan menonton anime atau membaca manga sepuasnya, keluarganya tidak akan ada yang menganggu waktunya karena mereka tau bahwa Tawan membutuhkannya.
Namun saat ini keadaannya sudah berbeda, dia sudah menjadi suami dari orang lain. Tugasnya sudah bertambah, bukan hanya sebagai seorang mahasiswa tapi juga sebagai seorang suami. Meskipun Joss mengatakan bahwa dirinya bisa hanya fokus pada kuliah, namun Tawan tahu diri. Dia tidak mungkin menelantarkan suaminya itu, apalagi suaminya sudah banyak melakukan hal baik untuknya.
Tawan menghela nafasnya dengan lelah, rasanya ia ingin marah kepada semua selebgram, youtubers, ataupun tiktokers yang banyak mengkampanyekan bahwa nikah muda itu menyenangkan, padahal kenyataannya beban mental yang ditanggung akibat nikah muda sangat menyesakkan untuknya.
Tawan memutuskan untuk bangkit dan berjalan mendekat ke arah pantai, bermain air sedikit tidak masalah kan? Toh belum terlalu malam, sekarang saja baru pukul 7 malam.
Senyuman kecil terbit diwajah manis Tawan saat telapak kakinya merasakan dinginnya air di pantai, kakinya menghentak pelan disertai kekehan kecil yang terdengar dari bibirnya.
“Beneran healing banget.” Gumam Tawan sendirian.
Tawan berjongkok dan merasakan pasir memeuhi tangan dan kakinya, senyuman manisnya terbit. Rasanya sudah lama sekali dari terakhir dirinya berlibur, kuliah sangat memuakkan, namun Tawan menyukainya.
“Gak mau kuliah, gak mau praktek di rumah sakit. Mau 24 jam nonton manusia gepeng. Gak mau ngurusin laporan lagi” Gumam Tawan menusuk-nusuk dengan kuat pasir yang saat ini ia pijak dengan jari telunjuknya, seakan melampiaskan seluruh kekesalannya.
Setelah merasa cukup menyiksa pasir, Tawan memutuskan untuk bangkit dan berlari kecil mengitari pantai, gelak tawanya terdengar dengan nyaring diantara sunyinya malam. Tawan semakin tertawa keras saat ombak yang cukup besar menghantam tubuhnya dan membuat pakaian bawahnya basah total.
Tawan berdiri dengan tangan yang direntangkan, dirinya berteriak sambil menunggu ombak lain menghantam kakinya.
“GAK MAU KULIAH. CAPEK. KULIAH BENERAN BIKIN CAPEK. MALESIN. MAU PACARAN AJA SAMA LEVI SELAMANYA!!!!!” Teriak Tawan sekuat tenaga. Bahunya naik turun karena nafasnya yang menipis, Tawan merasakan beban didadanya sedikit berkurang.
“Yaudah boleh pacaran sama levi.” Sebuah suara mengagetkan Tawan sampai lelaki kecil itu terjatuh terduduk di pasir dan terhantam oleh ombak yang datang hingga dirinya basah total.
“AH BASAH SEMUA?!!” Teriak Tawan tidak mempercayai kesialan yang menimpa dirinya saat ini.
Tawan mendongkak dan melihat Joss yang tertawa dengan puas melihat keadaannya saat ini, “Kak J?!!!” Panggil Tawan tidak percaya.
“Aduh dek, maaf maaf aku gak berniat kagetin kamu tapi kamu ternyata kaget sampe jatoh.” Ucap Joss disela tawanya yang belum berhenti.
Tawan mencebikkan bibirnya dengan kesal, belum lagi ombak yang tidak berhenti menghantam tubuhnya, dan juga Joss yang malah tertawa bukannya menolongnya.
“Ih stop datengnya ombak!!!” Marah Tawan saat merasakan ombak yang datang tanpa henti.
Joss mengambil nafas perlahan, mencoba menghentikan tawanya saat melihat wajah Tawan yang semakin mengeruh. Tangan lelaki itu terulur untuk membantu Tawan berdiri yang dibalas Tawan dengan tatapan mata tanpa berniat menggapai uluran tangan Joss.
“Ayo dek bangun, nanti sakit kalau terus-terusan duduk disitu.” Ucap Joss dengan cengiran tanpa rasa bersalah.
Tawan masih mendiamkan Joss, namun otaknya bekerja dengan cepat untuk merencanakan pembalasan. Dia akan menyambut uluran tangan Joss dan menarik lelaki itu agar jatuh bersama dengannya.
“Tolong bantu berdiri kak, aku lemes.” Ucap Tawan dengan cengiran yang sebisa mungkin ditahannya.
Joss yang sebelumnya mengulurkan tangan, menarik kedua tangannya dengan cepat. Matanya memincing, menatap Tawan dengan pandangan curiga.
“Kamu gak bakal narik aku biar jatoh bareng kamu kan dek?” Tanya Joss dengan curiga.
Tawan yang merasa rencananya bisa terbongkar dengan kilat mengigit bibirnya pelan dan mengelak, “Engga lah kak, kok kak J nuduh aku sih? Parah banget udah dikagetin sampe jatoh, terus sekarang aku dituduh?!” Cemberut Tawan.
“Ya kan siapa tau dek.” Celetuk Joss.
Joss mengulurkan tangannya kembali dan kali ini Tawan menyambutnya dengan cengiran bahagianya. Tawan menggenggam tangan Joss erat dan menarik lelaki itu sekuat tenaganya, meskipun badan Joss lebih besar namun kekuatan Tawan tidak bisa diremehkan.
Joss terjatuh dengan posisi agak telungkup, beruntungnya lelaki itu bisa menahan tubuhnya dengan kedua tangannya, namun sialnya jatuhnya Joss bersamaan dengan ombak yang datang dan sukses membasahi tubuh lelaki itu. Tawan tertawa dengan sangat keras melihat wajah Joss yang terlihat kaget.
“Adekkkkkkk??” Teriak Joss dengan gemas. Bagaimana bisa dirinya marah kalau lelaki yang dipanggil adek sedang tertawa dengan bahagia, matanya menyipit seperti bulan sabit dan wajahnya memerah karena terlalu banyak tertawa.
“Kak J, maaf- hahaha maaf.” Tawan memegang perutnya yang terasa sakit sekarang, wajah terkejut berputar diotaknya. Selama ini selalu lelaki yang lebih tua itu yang menjahilinya, namun sekarang Tawan dapat membalas kejahilan lelaki itu dengan telak.
Joss menahan senyuman kecilnya dan memasang wajah galaknya, dia mengubah posisinya menjadi duduk dengan kaki menyilang sementara tangan besarnya menarik Tawan dan dengan mudah mengangkat lelaki kecil itu ke depan tubuhnya, menjadikan Tawan sebagai tameng atas ombak yang kembali datang.
“KAK J!!! KAK J MAH PARAH BANGET.” Teriak Tawan saat merasakan ombak yang bertubi-tubi datang ke arahnya. Matanya menatap Joss yang tertawa dengan keras, Tawan melepas tangan Joss dari tubuhnya dan mengambil segenggam pasir dan melemparkannya pada Joss.
“Rasain nih serangan pasir buat orang yang jahil!!!!” Pekik Tawan terus menerus melemparkan pasir ke tubuh Joss.
“Dek, aduh- udah udah pasirnya masuk ke badan aku??” Protes Joss saat merasakan tubuhnya yang penuh dengan pasir.
Tawan hanya menjulurkan lidahnya dan kembali melempar pasir ke tubuh Joss untuk terakhir kalinya disertai suara protesan Joss lainnya karena kali ini pasirnya mengenai lehernya sedikit. Tawan dengan cepat berdiri dan berlari ketika melihat Joss mengambil pasir sebagai balasan untuk dilemparkan kepadanya.
“Jangan lari sini, anak jahil harus dikasih hukuman. Sini dek.” Panggil Joss saat melihat Tawan semakin menjauhinya. Joss bangkit dan ikut berlari untuk mengejar Tawan dengan pasir digenggaman tangannya.
“KAK J, JANGAN KEJAR AKU. MAAF AKU BERCANDA TADI.” Teriak Tawan agak histeris saat melihat Joss berlari dibelakangnya.
“Sini dulu, tangan aku pegel pegang pasir dek.” Jawab Joss tidak kalah kerasnya.
Tawan menggeleng dan mempercepat larinya, pakaiannya yang basah sedikit membuatnya jengkel karena terasa berat. Tawan melirik ke belakang dan melihat Joss semakin dekat, kali ini Tawan benar-benar menyalahkan kaki-kaki pendeknya.
“KAK J UDAHAN KEJARNYA ASLI AKU CAPEK.” Teriak Tawan merasakan nafasnya sudah menipis, namun Joss mengabaikannya dan tetap berlari mengejar Tawan.
Tawan tidak memperdulikannya lagi, dia berhenti untuk mengambil nafas dengan rakus, bahunya naik turun. Tawan membungkukkan tubuhnya kelelahan, “Kak bentar pause dulu aku ambil nafas dulu kak.” Pinta Tawan pada Joss yang sudah berhenti disampingnya.
Joss tertawa melihat Tawan yang kelelahan, lelaki itu membuang pasir ditangannya dan berjalan ke hadapan Tawan.
“Kak ih pause dulu beneran aku capek mau nafas dulu, nanti nafasku abis gimana lho kak kasian paru-paru aku.” Rengek Tawan saat melihat Joss sudah berada di depannya.
Joss hanya tertawa tanpa membalas ucapan Tawan, lelaki itu merentangkan tangannya dan menarik Tawan untuk masuk ke dalam pelukannya. Joss memeluk Tawan dan menggerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, tak lupa tawa yang masih mengalun dari bibirnya.
“Lagian bandel sih, udah tau pasti capek malah lari-larian.” Cibir Joss pada Tawan yang masih terdiam dipelukannya.
Tawan terlalu terkejut akan pelukan yang diberikan Joss, lelaki kecil itu bahkan tidak membalas pelukan Joss, dia hanya berdiri kaku dengan wajah yang terkejut.
“Kok diem sih? aku lagi charging kamu nih biar gak galau sendirian di pinggir pantai.” Ledek Joss saat Tawan tidak juga membuka suaranya.
Tawan yang perlahan kembali mendapatkan kesadarannya dengan cepat mencubit perut Joss sebagai balasan atas ledekkan lelaki itu, “Kak J ih diem, galau darimana.” Protes Tawan.
Joss mengeratkan pelukannya dengan tawa yang tak kunjung usai, “Beneran kamu kayak sad boy banget dek tadi pas sendirian di pantai.”
Tawan hanya mendengus kesal dan memeluk Joss balik, tangannya ia lingkarkan di pinggang lelaki itu sementara Joss memeluk bahunya.
“Capek ya kuliah?” Tanya Joss lembut, tangan lelaki itu tidak lupa mengelus rambut basah Tawan.
Tawan tidak menjawab, lelaki itu hanya mengangguk kecil dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang sang suami.
“Anak kecil lagi capek kuliah, anak kecil lagi capek kuliah. Biar gak capek harus dikasih apa ya biar capeknya ilang?” Ucap Joss dengan nada sing a song.
“Ih apasih kak, bukan anak kecil tau.” Elak Tawan.
Joss terkekeh kecil, “Tadi yang aku bilang beneran loh, kamu boleh pacaran kok sama levi. Kalau levi emang bisa bikin beban kamu berkurang, ya gak apa-apa boleh pacaran selamanya.”
Tawan melengkungkan bibirnya dengan sedih, Joss dengan segala ucapan manisnya membuatnya ingin menangis karena demi Tuhan saat ini kondisi mentalnya sedang tidak stabil dan ucapan Joss membuatnya ingin menangis dengan keras.
“Mau- mau sama levi.” Bisik Tawan dengan suara serak.
“Iya sama nanti sama levi, nanti malem quality time sama levi ya.” Bisik Joss dengan suara menenangkan.
Joss melepaskan pelukan mereka dan mendapat erangan tidak terima dari lelaki yang lebih kecil.
“Sini gendong, balik ke penginapan. Baju kamu basah nanti sakit.” Joss berjongkok di hadapan Tawan.
“Kak aku berat lho.” Bisik Tawan.
“Ya gak apa-apa, sehat berarti. Cepet ayo naik, makin malem nanti makin dingin. Kasian aku baru bangun terus mandi eh malah diceburin ke air mana belum makan terus lari-larian.” Ucap Joss dengan jenaka.
Tawan tertawa kecil, lelaki itu tidak memiliki pilihan lain selain menuruti Joss. Tawan naik ke punggung Joss, ia melingkarkan tangannya di leher Joss sebagai penjagaan agar tidak jatuh. Joss sendiri berdiri tanpa kesusahan meskipun Tawan berada dipunggungnya saat ini.
Joss menahan paha Tawan agar lelaki itu tidak jatuh, mereka berjalan dalam diam, menikmati angin pantai di malam hari.
“Kak J.....” Panggil Tawan.
“Hm?”
“Nanti senin ke rumah bunda ya kak..” Pinta Tawan.
“Iya, nanti pulang kuliah kamu langsung ke rumah bunda aja ya? Nanti aku jemput di rumah bunda.”
Tawan hanya mengeratkan pelukannya sebagai balasan, menimbang-nimbang haruskah dia membagi isi kepalanya kepada Joss, “Kak J...” Panggil Tawan lagi.
Joss kembali berdehem untuk menjawab panggilan Tawan.
“Kak J gak mau tanya aku tadi kenapa jadi sad boy di pantai?” Bisik Tawan pelan.
Joss tersenyum dengan sangat tampan, namun sayangnya Tawan tidak dapat melihat senyuman tersebut.
“Kalau kamu mau cerita, ya silahkan kalau gak mau juga gak apa-apa. Aku gak mau maksa, meskipun kita udah nikah tapi aku menghargai privasi kamu kok dek.” Jelas Joss dengan lembut.
Tawan kembali merasakan perasaan hangat, rasanya sangat nyaman ketika sudah berbicara dengan Joss. Lelaki itu selalu memiliki berjuta kata menenangkan untuknya.
“Aku cuma ngerasa sesak aja, rasanya kayak hidup aku cuma kuliah terus pulang aku nugas, review materi buat besok, habisin waktu sama kak J, tidur, terus ngelakuin hal itu lagi besoknya. Maaf ya kak kalau aku kesannya ngeluh karena harus berperan jadi suami kakak, tapi aku merasa belum beradaptasi dengan baik aja kak.” Ucap Tawan menumpahkan semua isi pikirannya.
“Tadi pas kak J tidur aku ngerasa akhirnya aku punya waktu buat diri aku sendiri, terus aku merasa bersalah juga karena harusnya aku gak ngerasa kayak gitu kan?” Tanya Tawan.
Joss memperat pegangannya pada paha Tawan karena merasa lelaki itu sedikit turun dari posisinya.
“Gak apa-apa kalau kamu mau ngerasa gitu juga, itu hak kamu dek. Diri kamu itu ya punya kamu sendiri, kamu gak berkewajiban buat ngelayanin aku 24/7. Kamu juga harus punya waktu untuk diri sendiri, karena aku juga punya waktu untuk diriku sendiri.” Jelas Joss dengan perlahan, memastikan kata yang dia ucapkan mudah untuk dipahami oleh sang suami.
“Kayak yang aku bilang sejak awal, kamu bebas mau ngelakuin apapun. Kamu bebas buat main sama temen kamu, bebas buat nonton anime, bebas untuk jalan-jalan dan menghabiskan uang. Perasaan apapun yang kamu rasain saat ini itu valid, kamu punya hak untuk itu.” Joss berhenti sebentar saat merasakan pundaknya memberat, Tawan menumpukkan kepalanya di pundaknya.
“Dek, lain kali kalau isi pikiran kamu tentang pernikahaan kita, langsung diomongin di aku ya? Kan pernikahan kita jalanin berdua, kalau kamu sendirian yang mikir takutnya mislead ke pikiran yang buruk dan jatohnya nanti jadi penyakit pikiran dan hati. Jadi sebisa mungkin kasih tau aku ya? biar aku bantu kamu.” Lanjut Joss.
“Kak J, marahin aku kalau aku nakal. Jangan dibaikkin terus, nanti akunya jadi manja dan jadi gak tau diri kak.” Protes Tawan dengan suara serak.
Joss tertawa, lelaki ini selalu bisa mengubah suasana yang sedang sendu menjadi lebih santai.
“Yah, kalau itu gak bisa. Soalnya yang minta diomelin kayak anak kecil, mana tega akunya dek. Lagi masa kamu lagi sedih aku marahin bukannya di comfort, aneh banget sih kamu anak kecil.” Ucap Joss dengan intonasi yang menyebalkan.
Tawan mengarahkan tangannya ke pipi lelaki yang menggendongnya dan mencubitnya dengan keras, “Stop bilang aku anak kecil!!”
Joss yang tidak bisa melepaskan pegangan pada Tawan hanya bis pasrah menerima cubitan di pipinya, “Iya dek- gak lagi bilang anak kecil aduh.”
Tawan melepaskan cubitannya dan kembali memeluk leher Joss dengan erat, “Kak terima kasih ya, makasih udah selalu kasih aku kata-kata baik padahal aku kesannya selalu ngeluh karena udah jadi suami kak J.”
“Kak J, jangan baik ke orang lain kayak kakak baik ke aku ya. Mereka gak boleh liat sisi kak J yang ini, cuma aku aja yang boleh ya kak. Pokoknya aku posesif, gak boleh ya kak jangan.” Tawan berucap dengan suara teredam karena lelaki itu menenggelamkan wajahnya di leher Joss.
Namun ucapan Tawan masih bisa didengar Joss dengan cukup jelas karena lelaki itu berbicara dekat dengan telinganya.
“I'm all yours.” Balas Joss dengan tegas.
Tawan tersenyum kecil dan kembali menenggelamkan wajahnya diperpotongan leher Joss, “Thank you kak J.”