Josstay: Nikah Muda
Heading Home
TRIGGER WARNING! Mentioning bad past, toxic relationship, manipulative ex, guilt trip, gaslighting, emotionally abused, toxic ex, anxiety, insecurities. sorry typo(s) and bad grammar.
Joss dan Tawan membutuhkan waktu 20 menit hanya untuk berpelukan. Mereka saling berbagi hangat tubuh, kenyamanan membuat mereka hanya diam dan berpelukan, tidak ada suara apapun selain keheningan.
Namun pelukan tersebut harus terlepas ketika suara ponsel Tawan berbunyi dengan keras. Tawan melihat ponselnya dan melihat nama Nanon di ponselnya.
“Sebentar kak J, Nanon nelfon aku.” Izin Tawan pada Joss yang mengangguk dan kembali berbaring di tempat tidur.
Tawan tersenyum lalu mengangkat ponselnya, “Halo? Nanon kenapa?”
“Hari ini ke rumah atau gak? Bunda mau masak opor ayam.”
Tawan melirik Joss yang memejamkan matanya, “Engga dulu deh, Kak J baru pulang ini. Terus gue juga gaada kelas hari ini, mau di apart aja kayaknya.”
“Oh Bang Joss udah pulang? Yaudah di apart aja kalau gitu.”
“Iya bilangin bunda engga ke sana dulu ya. Nanti kalau kak J udah gak capek lagi disempetin mampir deh.”
“Iya oke. Gua matiin ye, udah ada guru.”
Tawan memutar bola matanya saat adiknya langsung mematikan sambungan tanpa menunggu balasannya, lelaki itu menggerutu tentang bagaimana adiknya akan terbiasa dengan sikap buruk itu jika tidak diingatkan.
Tawan kembali ke tempat tidur, menimbang apakah ia harus bertanya jika Joss tidur atau tidak karena jika dilihat sekilas sepertinya suaminya sudah masuk ke alam mimpi.
“Kok gak balik ke kasur?” Joss bertanya dengan suara bass-nya yang membuat Tawan terkejut luar biasa.
“Eh kirain kak J tidur, makanya aku diem dulu mengamati.”
Joss terkekeh pelan, lelaki itu menepuk tempat disampingnya, “Sini ceritanya sambil tiduran aja.”
Tawan tanpa basa-basi langsung merebahkan dirinya. Matanya menatap atap-atap kamarnya, menghindari tatapan mata Joss yang saat ini mengubah posisinya menjadi menyamping menghadapnya.
“Ini aku udah boleh cerita apa belum?”
Tawan mengerjapkan matanya, ini dia baru menyadari bahwa Joss sekarang lebih banyak menggunakan aku-kamu? atau bagaimana?
“Aku-kamu?” tanya Tawan.
Joss juga baru menyadari-nya jika dia mulai memakai panggilan 'aku-kamu' secara jelas dan lantang.
“Gak apa-apa kan?” Joss bertanya dengan hati-hati.
“OH..” Tawan tersadar, “Ya engga apa-apa! Malah bagus kalau aku-kamu kan jadi kayak lebih pasangan banget?” Lanjutnya dengan terburu.
Joss menahan senyumannya saat melihat Tawan yang salah tingkah, lelaki itu mudah sekali digoda. Jika Joss memujinya, pipinya akan memerah dalam waktu singkat. Tawan juga seringkali menghindari tatapan matanya- entah karena malu atau apa Joss belum sempat memperhatikannya sejauh itu.
“Oke.” ucap Joss setuju.
Mereka kembali terdiam, Tawan masih sibuk memperhatikan atap kamarnya sementara Joss sibuk memperhatikan lelaki itu.
“Jadi... Setelah jadian gimana?” Tawan bertanya dengan pelan.
Joss kembali pada posisi telentang, seperti Tawan dan mulai menerawang tentang kisah cintanya di masa lalu, “Not much changed at first, but after 5 months of dating he started to become a better lover. He started asking how I was doing, started showing his spoiled side, and I think that was a sign that he really started to love me completely.”
“Sebentar. Kak J dulu pacaran sama dia berapa lama emangnya kak?” tanya Tawan penasaran. Dari kalimat yang digunakan oleh sang suami, sepertinya kisah mereka cukup lama jika 5 bulan berpacaran mantan kekasih suaminya tersebut baru menunjukkan perasaannya.
“1 tahun 8 bulan.” jawab Joss.
Mata Tawan membulat karena terkejut, lelaki itu bangkit dari posisi berbaringnya dan duduk di sebelah Joss. Mata indahnya menatap Joss dengan pandangan sedikit tidak percaya atas perkataan lelaki itu.
“1 tahun 8 bulan? 1 TAHUN 8 BULAN? Kak J?” Tawan mengulang ucapan Joss untuk memastikan kebenarannya.
Joss merasa malu atas pertanyaan Tawan padanya, ia tau bahwa ia agak sedikit bodoh di masa lalu, namun melihat Tawan yang mengucapkannya dengan wajah yang tidak mempercayainya cukup membuat Joss malu.
“Iya, 1 tahun 8 bulan. Kok kamu kaget banget..” jawab Joss.
Tawan mendengus keras, “Ya iyalah kaget? Aku pikir tuh gak selama itu. Itu hampir mau 2 tahun lho kak. Kok kamu bisa?”
Joss mengenggam tangan Tawan yang berada di dekat lengannya, lelaki itu mengelus jemari sang suami dengan lembut dan berucap dengan halus, “Kan udah aku bilang. Cinta itu agak sedikit buta.”
Tawan tidak mempercayai apa yang suaminya katakan, bukan buta lagi ini namanya tapi sudah masuk ke agak bodoh, namun Tawan tidak akan mengucapkannya secara gamblang, bagaimanapun itu perasaan milik Joss dan Tawan harus bisa menghargainya.
“Terus gimana kelanjutan ceritanya? Ini kayak wattpad gitu apa sih ceritamu kak.” Komentar Tawan.
Joss tidak mengerti apa itu Wattpad namun dia mengabaikannya, lelaki itu mulai kembali bercerita dengan intonasi halusnya. Mencoba membuat Tawan tidak terlalu terkejut akan masa lalunya.
“Then my relationship with him is fine for a year, we are like any other couple. That's why I couldn't move on at that time, because I was really happy with him.”
“But after a year there was a change, suddenly he really likes to arrange what I should wear when I go out with him, how I should act in front of a lot of people, he makes me feel like I'm the perfect picture of a boyfriend. I didn't protest because I thought it was his way of showing that he loves me, maybe one of his love languages is showing off intimacy or something.”
“but bright and the others said it was wrong, he shouldn't control how i should behave or how i should dress, they said my life is mine, even my parents don't have the right to control my life, moreover he is just a boyrfriend.” jelas Joss, lelaki itu sedikit mengingat bagaimana dia menghabiskan uangnya untuk membeli pakaian branded karena mantan kekasihnya.
Tawan tidak banyak berkomentar, dia tentu saja tidak pernah mengalami toxic relationship, namun dia banyak mengetahuinya dari penggambaran anime ataupun dari bacaan manga/manhwa yang ia baca.
“Then he started being possessive of me, when I asked him why he was restraining me, he said he heard some freshmen talking about me and saying things about approaching me after he and I broke up. Then I thought his attitude towards me was a protective mechanism for him because he felt his position was threatened as my lover.”
“Then I let him manage me as he pleases, I don't want him to feel that way again. I also tried to start liking branded clothes, my fashion sense also changed because of it. He was smart from the start, but as time went on he became more and more lazy, I don't know the reason but I did several times on his essays and helped him compose sentences for public speaking, etc.” Joss berhenti bercerita untuk melihat respon yang Tawan berikan.
Tawan mendengus mendengarnya, Joss ini benar-benar tipe lelaki yang akan jatuh sedalam-dalamnya dan rela melakukan apapun yang ia bisa lakukan demi membuat kekasih hatinya bahagia.
“Kak.. Bener-bener deh kamu. Aku sampe bingung mau kasih komentar apa. Mending kamu bucinin aku sini kak?!” ucap Tawan dengan gemas. Lelaki manis itu mencubit pipi Joss dengan keras yang direspon sang suami dengan erangan kesakitan.
“Yakan dulu?” Protes Joss.
Tawan menatap Joss dengan sinis, merasa sangat gemas pada suaminya, padahal kalau mereka kenal sejak dulu pasti Joss hidupnya bahagia lahir dan batin, secara dia adalah lelaki yang manis, baik hati, dan tidak neko-neko, paling parah dia hanya jajan merch anime sampai 15 juta.
“Yaudah ayo lanjut ceritanya. Mau dengerin sampe selesai biar emosiku nanti sekalian meledak.” ucap Tawan.
Joss menaikkan alisnya, merasa lucu melihat Tawan yang marah mengatasnamakan dirinya. Lelaki ini memang berbeda, Joss tidak akan meminta lebih, menghabiskan hidup bersama Tawan merupakan sebuah keberuntungan baginya.
“Abis ini mungkin akan lebih bikin kamu emosi, tapi please jangan marahin aku oke?” pinta Joss dengan memelas.
“Tergantung,” celetuk Tawan, “Kalau kamu bener-bener ngeselin nanti aku gigit pipinya rawrrr” lanjut Tawan sambil memperagakan harimau.
Joss terkekeh pelan, jika membuat Tawan kesal bisa membuatnya mendapatkan sisi Tawan yang gemas seperti ini, maka Joss tidak keberatan untuk.terus membuat Tawan kesal.
“Oke oke tiger. Aku mulai lagi ya.” ucap Joss.
“Hm.. he also asked me to delete the contacts of my classmates, he only let me keep the contacts of my close friends, he even deleted Mild contacts because he felt Mild would influence me to stay away from him. Mild was so angry at the time, she didn't even want to talk to me for 2 weeks. I was very confused at that time to choose him or my friends.”
“I bet you chose him over your friends, right?” Tawan memotong cerita Joss dengan tebakkannya.
Joss memberikan cengirannya, “Yup. 100 buat little t.”
“HA! I knew it!!” balas Tawan dengan intonasi sarkasnya.
“I used to be blinded by love, okay?” Joss berulang kali memberikan alasan yang sama, Tawan sendiri hanya tertawa melihat muka masam sang kekasih hati.
“Oke oke. Lanjut lagi kak J!!.”
“Kamu gak mau tiduran apa? Gak pegel duduk terus?” tanya Joss tiba-tiba.
“Gak begitu sih, tapi kalau tiduran aku gabisa langsung cubit pipi kak J kalau kakak ngeselin.”
Joss menggelengkan kepalanya, “Terserah.”
Lelaki itu memilih membiarkan Tawan melakukan semaunya dan melanjutkan ceritanya, dia juga ingin cerita mengenai masa lalu-nya cepat berlalu karena mengingat apa yang ia alami dahulu membuatnya ingin terus mengutuk dirinya sendiri karena menjadi lelaki yang bodoh. Joss sangat membenci dirinya sendiri saat itu.
Joss mencoba mengatur pernafasannya sebelum memulai ceritanya kembali.
“His emotions are getting more and more unstable, I just stay quiet and don't do anything that can make him emotional, I really take care of my attitude when I'm around him. His bad behavior lasted for 5 months, I actually put up with him for 5 months. Bright and the others don't even want to interfere in my love story.”
“I was probably lucky that time I wasn't physically abused, during those 5 months he just restrained me, then when I started to rebel he would twist the facts, he would say things like how small he felt when he was beside me, he felt unworthy for me, he said that I deserved more. Then I apologized for making him feel that way. It keeps happening over and over again, and I'm always stuck.”
Nafas Joss mulai memberat, 3 bulan terakhir hubungannya adalah masa paling berat dalam hidupnya. Gaslighting dan guilt tripping yang dilakukan oleh mantan kekasihnya membuatnya terus mengucapkan kata maaf pada hal yang bukan kesalahannya.
Tawan menarik Joss untuk duduk, Joss kebingungan namun mengikuti apa yang Tawan inginkan.
“Kenap-”
Belum sempat Joss menyelesaikan pertanyaannya, Tawan sudah memeluknya dengan sangat erat. Joss yang terkejut hanya bisa membalas pelukan Tawan seadanya, dia merasakan lengan sang suami memeluk pinggangnya dengan sangat begitu erat.
“You deserve a hug. Thank you for being so strong all this time. You are such a good man.” bisik Tawan dengan tulus.
Joss tersenyum pelan, “Thank you.” jawabnya dengan suara selembut sutera.
Tawan melepaskan pelukannya, lalu Joss membawa Tawan berbaring bersamanya. Lelaki bertubuh kecil itu berbaring di atas dadanya, dengan nyaman.
“Aku lanjutin ya? Biar sekalian selesai. I don't want to remember it again.” ucap Joss.
Tawan mengangguk dan mempersilahkan Joss untuk memulai ceritanya kembali.
“The last 3 months have been full of torture for me. He changed, changed completely. The way he talks changes, the look in his eyes changes too, I realize everything but I don't do anything because I think that I still love him very much. He started commenting on my attitude in a high tone, he also shouted at me several times in public when I was late to pick him up.”
“He once spilled the drink I bought because he thought I chose the wrong menu, he said that I had forgotten his favorite drink, but I still didn't defend myself, I just said sorry and then he just left me at the cafe. He refused my gift and he said that his friend gave a better gift, he also several times said the clothes I bought were outdated and I also embarrassed him with the fashion sense I was wearing at that time. Even though I've followed the way of dressing that he recommended for me.”
“He makes me feel so small, sometimes I even buy magazines just to see how men should dress. He kept pressuring me, blaming me, and I kept apologizing. I was afraid that if I didn't apologize he would leave me. Mild has told me many times that I should break up with him because it's getting unhealthy for me mentally, but I feel like I can still hold it in. I said I'd try to change him, make him be a better person, and I'll try to give him some advice.”
Joss membasahi bibirnya yang terasa kering, dia menarik nafasnya pelan. Mencoba menceritakan bagian terburuknya. Jika dia mengalami serangan panik yang berlebih lagi, setidaknya ada Tawan yang akan dengan cepat membawanya ke tenaga ahli.
“Then that day I tried to talk to him, I remember it was Wednesday. I wore a black t-shirt and jeans, I picked him up by car and we left early because I wanted to talk to him alone in the car before going to class.” Joss merasakan Tawan mengenggam tangannya dengan erat, lelaki itu membalas genggan tangan Tawan tak kalah eratnya.
“Then I told him a few things that made me uncomfortable, I told him about his possessiveness a few months ago, then I told him I'm not very comfortable when he adjusts the way I dress, or how I should behave in front of a lot of people, I also told him that our relationships have a tendency to be toxic, and we must reflect on each other in order to be better.”
“Then he felt disapproved because I only talked bad about him, he said that I was not a good boyfriend, he was very emotional at that time. I repeatedly told him to stay calm since we were in a public place. But he didn't listen to me, he got out of the car in a rage. Then I chased after him, I repeatedly said sorry. Maybe my words at that time hurt him.”
“He stopped in the middle of the lobby, I didn't even realize it was the lobby because I was too busy chasing and apologizing to him. When I saw him there he was already crying, I panicked even more. I didn't think I'd actually hurt him. He screamed at me, he said he was tired, I held him too tight, I loved him too much and it made it hard for him to move freely, it hard for him to breathe. He also says I am not a good boyfriend, he says I comment too much on his life, he regrets it, he regrets it because he loves me and I hurt him just like that.” ucap Joss dengan suara bergetar.
Tawan sendiri sudah menggigit bibirnya dengan keras, menahan air mata yang sudah menggenang di mata indahnya. Siapapun itu, siapapun mantan kekasih suaminya, Tawan harap lelaki itu mendapatkan karmanya saat ini. Bagaimana bisa dia menyakiti seseorang yang dicintainya begitu kejam.
“Kak… It's okay. Gapapa kalau ga bisa cerita semuanya. I understand.” bisik Tawan menenangkan.
Tawan berpindah posisi, lelaki kecil itu menarik Joss ke dalam pelukannya, mencoba memberikan kekuatan untuk sang suami. Tawan yang tidak merasakannya saja merasa sakit hati, merasa kecewa, apalagi Joss yang mengalami semuanya.
“I'm sorry.” bisik Joss.
Tawan menggeleng pelan, “Kan udah sepakat kalau gak ada maaf-maafan lagi. Ini jelas bukan salah kak J, ini juga bukan salahku. Emang udah jalannya kayak gini.”
“I'm sorry for what happened to you, kak J adalah orang yang paling keren. Makasih udah bertahan sampe sejauh ini. Kak J you're really a good man. Orang yang udah sia-siain lelaki sebaik kak J itu bakalan menyesal nantinya karena dia gak bakal ketemu lelaki yang sama persis kayak kak J.”
Joss merasakan air mata mengalir di pipinya, dia merasakan ketulusan Tawan.
Joss menarik nafasnya panjang dan kembali bercerita dengan isakan kecil yang terdengar jelas, “He kept shouting that I am a manipulative man, I framed him, I made him feel insecure, I made him feel pathetic. He kept screaming and crying so he had to be comforted by one of his friends who happened to be there. I didn't even realize that Mild had come forward to attack him before being restrained by Luke and bright. I was there, I couldn't do anything but stay silent. The words swirled in my head, even my mind betrayed me at that time, they said about what if all this time I was the one who was toxic, what if all this time he had been depressed while being my boyfriend, what if this was this and that, all my thoughts were filled with negative things that bring me down.”
“That same day we broke up, but it wasn't over yet. Over the next few weeks he would text me frequently about how he regretted being my boyfriend, he would also send photos with his new boyfriend, comparing me to his new boyfriend, and that's where all my fears came from. In the following year I was not in a relationship with anyone, every time someone approached me, I would walk away from him, asking him not to love me, I often told myself that I would hurt other people if I loved them. Then my friends realized this, they took me to a psychologist and helped me to reduce my fear slowly.” ucap Joss menyelesaikan kisah masa lalunya dengan tangisan yang cukup keras.
Tawan juga ikut menangis, dia menangisi masa lalu yang Joss miliki.
“Jahat banget- huhu” isak Tawan.
Joss menatap sang suami yang menangis dengan mata terpejam, dia terlihat lucu namun juga menyedihkan secara bersamaan.
“Kok kamu nangisnya lebih sedih?” tanya Joss.
Tawan semakin menangis dengan keras, “Gak tau. Kak J, kok ada yang sejahat itu. Kak J- huhuhu kak J”
Joss tertawa miris dan memeluk Tawan dengan erat, bahkan ungkapan terima kasih tidak akan cukup untuk mewakili bertapa bersyukurnya dia saat ini.
Tawan mencoba menghentikan tangisannya, “Kak J dengerin aku.”
“Aku dapet kata-kata ini darimana ya aku lupa...”
“Kak J, gak ada yang salah dalam mencintai. Kalau kamu mencintai seseorang dan orang itu merasa terbebani oleh cinta yang kamu beri, itu bukan salahmu. Itu salah orang itu, kenapa dia begitu? Harusnya dia berterima kasih karena sudah dicintai oleh orang lain. Kalaupun dia memang merasa tidak nyaman, kenapa tidak mengatakannya dari awal?”
“Kak J, kamu udah ngelakuin hal yang terbaik yang bisa kamu lakukan sebagai seorang kekasih. Kamu sudah memberitahunya ketika dia salah dengan kalimat yang baik, kamu sudah mencoba melakukan komunikasi, jika dia tidak bisa menerimanya itu berarti dia yang memiliki masalah dalam berkomunikasi.”
“Kak J udah hebat banget. Buat aku, you are one of the best human in the world. Kak J paling baik, paling sabar, paling-paling segalanya. Lebih dari Levi Ackerman.”
“Terima kasih karena sudah pernah mencintai dengan begitu hebat kak J, you did well. I'm proud of you.” bisik Tawan.
Joss tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaannya saat ini. Dia merasa setengah beban dipundaknya hilang begitu saja.
Joss menatap Tawan dengan pandangan memuja, “Thank you.”
Joss mendekatkan wajah mereka berdua, bibirnya bertemu dengan bibir Tawan. Lelaki tinggi itu mencium Tawan dengan sangat lembut. Mereka berdua memejamkan mata, menikmati ciuman lembut penuh dengan perasaan saat ini.
Mereka berciuman dengan lambat, saling melumat dengan begitu pelan seakan-akan mereka akan menyakiti satu sama lain jika.
Tawan yang pertama kali melepaskan ciumannya pada Joss, pipinya memerah hingga daun telinga.
Joss membuka matanya, menatap Tawan dengan dalam, “Little T, will you accompany me to continue the treatment session? I want to love you with a feeling of comfort and security, I want to try it with you.” pinta Joss.
Tawan terkekeh dengan air mata yang mengalir semakin deras, “Yes, I will. Let's heal together, kak J.”