Josstay: Nikah Muda

—The Day I Met You

Makan malam terasa hangat, obrolan diantara dua keluarga mengalir dengan lancar. Baik ibu Tawan dengan Tante Siri, maupun Ayah, pak Banjong, dan kak Joss. Tawan tidak kalah, dia sibuk mengobrol dengan adiknya, Nanon tentang anime Haikyuu yang sedang tayang.

“Tapi dek, abang gak habis pikir, kok bisa animation productionnya ganti disatu episode aja gitu. Kenapa sih nyebelin banget, agak menganggu sih buat gue.” Ucap Tawan dengan cheese cake yang masih ditangannya.

“Makan dulu bang.” Ucap Nanon mengingatkan.

Tawan menuruti Nanon dan kembali menyuap dessertnya. Dikepalanya masih berisi sejuta pertanyaan tentang salah satu anime kesukaannya.

“Enak ya bu punya dua anak cowok yang kesukaannya sama, ngobrolnya nyambung.” Ucap Siri dengan senyuman lebarnya melihat keakraban Nanon dan Tawan.

“Ini mah lagi akrab aja, biasanya berantem juga. Apalagi bedanya cuma 3 tahun. Kalau lagi pada kumat, haduh rasanya pusing banget.” Keluh sang Bunda.

Semua orang dimeja makan tertawa melihat wajah Tawan dan Nanon yang memerah karena ketahuan mengobrol. Memang sudah pasti ketahuan karena mereka mengobrol dengan suara yang cukup keras.

“Nak Tawan sekarang kuliah semester berapa sayang?” Tanya Siri.

“Sekarang semester 3 tante.” Jawab Tawan dengan senyuman manisnya.

“Ngambil jurusan apa?” Tanya Siri lagi.

“Te ambil Keperawatan tante.” Jawab Tawan dengan bangga. Dia sangat bangga dengan jurusan yang dia pilih.

“Keren banget. Gimana susah gak kuliahnya?”

Tawan berpikir sebentar sebelum menjawab, “Ya gitu deh tante, ada yang susah ada yang engga, tapi Te jalaninnya seru aja soalnya emang mau banget jadi perawat.” Jawabnya semangat.

Siri dan Banjong terkekeh mendengar jawaban penuh semangat yang diberikan oleh Tawan. Rasanya kalau Tawan menjadi bagian dari keluarganya akan sangat menyenangkan.

Mereka hanya memiliki Joss sebagai anak tunggal, Joss juga bukan tipe anak yang penuh dengan semangat seperti Tawan. Joss cenderung menghabiskan waktunya diluar rumah bersama teman-temannya, dan saat kuliah lelaki itu kuliah sambil bekerja dengan ayahnya jadi rumah terasa sepi.

“Aduh gemes banget sayang.” Puji Siri pada Tawan yang masih sibuk menghabiskan cheese cakenya.


Dua keluarga itu pindah ke ruang tamu untuk melanjutkan obrolan ditemani kopi dan beberapa makanan kecil seperti kue kering.

“Jadi, bisa kita mulai?” Tanya Banjong dengan senyuman di wajahnya.

“Kedatangan kami kesini untuk membicarakan tentang perjodohan yang telah saya dan pak Sarut rencanakan untuk kedua anak kami yaitu Joss dan Nak Tawan. Sebenarnya saya yang menawarkan hal ini kepada pak Sarut, ternyata pak Sarut menerimanya.”

“Apa dari keluarga pak Sarut sendiri sudah menyetujuinya? Dari mulai bu Saro, dan nak Tawan sendiri.”

“Kalau saya, saya serahkan keputusannya sama suami dan anak saya. Kalau suami saya menyetujui, saya percaya bahwa hal itu memang yang terbaik untuk putra kami.” Jawab Ibunda Tawan. Tangan wanita itu mengelus dengan sayang rambut anak sulungnya.

“Kalau nak Tawan, apa setuju?” Tanya pak Banjong.

Tawan terdiam mendengar pertanyaan tersebut. Tangannya terasa dingin dan jantungnya berdetak dengan cepat. Semua mata memandangnya dengan berbagai macam pandangan.

Matanya melirik Joss yang melihat datar ke arahnya, Tawan tidak bisa membaca perasaan lelaki itu dari bola matanya.

“Kalau Te...” Tawan mengambil nafasnya dengan dalam, dan menghembuskannya perlahan. Menghilangkan gugup yang menderanya.

“Kalau Te, ikut kata ayah aja. Kalau ayah setuju, Te juga setuju. Te percaya kalau ayah cuma mau yang terbaik sama buat Te.” Jawab Tawan dengan lugas.

Sarut menatap Tawan dengan pandangan berkaca-kaca, tidak mempercayai pendengarannya.

Anaknya sudah tumbuh dewasa, anaknya yang selama ini hanya tertarik dengan karakter 2D sudah bisa mengambil keputusan untuk kehidupannya di masa mendatang.

Banjong tersenyum melihat keyakinan anak kolega dihadapannya ini, dia memang sudah menyukai anak ini sejak Sarut kerap kali menceritakan anaknya yang masih seperti anak kecil dan kesukaannya terhadap kartun yang berada di tingkat atas.

Bagi Banjong, anak seperti Tawan ini jarang sekali di kota besar seperti Jakarta.

Anak itu tidak memiliki catatan buruk di masa sekolahnya, berasal dari keluàrga baik-baik juga dengan gen yang luar biasa. Banjong tidak salah menawarkan perjodohan ini pada Sarut.

“Syukurlah. Untuk keluarga kami sendiri sudah setuju, begitupula dengan anak kami Joss. Senang rasanya perjodohan ini berjalan dengan lancar.” Ucap Banjong.

“Betul pak, saya sudah takut kalau Tawan akan menolak. Karena anak itu tadi sempat tidak mau, mungkin saat melihat paras nak Joss yang seperti salah satu anime kesukaannya, dia berubah pikiran.” Canda ayah Tawan mencairkan suasana.

Semua orang tertawa dengan candaan yang dilemparkan oleh ayahnya, Tawan sendiri sudah merasa sangat malu. Kenapa sejak tadi dia selalu menjadi bulan-bulanan sih.

“Abang Te, ajak nak Joss buat ngobrol gih sana. Di kamar abang Te juga gapapa.” Suruh sang Bunda.

Tawan terkejut dengan perintah bundanya, namun pandangan menusuk bundanya membuatnya mengurungkan niatnya untuk membantah.

“Kak Joss, ayo ikut Te. Kamarnya ada dilantai dua.” Ajak Tawan dengan wajah yang memerah.

“Bunda Nanon ke kamar juga ya, mau ngerjain pr buat besok sekolah.” Pamit Nanon yang diiyakan oleh sang Bunda.

Tawan dan Joss berjalan dengan hening, tidak ada yang membuka suara baik Joss maupun Tawan. Tawan sibuk meredakan jantungnya yang sedang melakukan konser di dalam tubuhnya.

Sementara Joss sibuk memperhatikan rumah dari lelaki yang berada disampingnya ini. Rumah minimalis modern yang sangat nyaman.

Mereka sampai disebuah pintu berwarna cokelat dengan garis hitam dan hijau tua. Pintu ini bertuliskan

Tawan Vihokratana Part of Scouting Legion

Joss bisa menebak bahwa ini adalah salah satu dari kesukaan lelaki itu terhadap anime. Joss yang mendengar cerita ayahnya saat menceritakan Tawan sempat geleng-geleng kepala karena ada anak berusia 19 tahun yang tergila-gila dengan anime hingga segitu besarnya.

Maaf ya kak kamarnya agak berantakan.” Ringis Tawan.

Joss masuk dan tersenyum kecil melihat kamar lelaki remaja berusia 19 tahun yang didesain seperti kamar anak-anak berusia 14 tahun. Belum lagi koleksi action figure dan boneka boneka bergambar karakter 2D yang Joss tidak tahu sama sekali berasal dari anime apa.

“Kamu.. bener-bener pecinta anime ya.” Joss memberikan respon setelah puas melihat kamar dari calon pasangan hidupnya.

“Hehehe iya kak! Sukaaa banget. Dari kelas 1 SMA udah suka.” Jawab Tawan semangat.

Joss tidak bisa menahan dirinya untuk tidak mengusak rambut lelaki itu. Lalu Joss terkekeh sendiri melihat rona merah yang muncul di pipi sang lelaki yang lebih muda.

“Nanti kalau sama gua, kamarnya gak diginiin ya? Tapi nanti boleh kok satu ruangan buat kamu simpan semua koleksi kamu. Kasih wallpaper gambar juga boleh.” Ucap Joss dengan santai.

Joss mengucapkannya dengan sangat santai, tidak memikirkan orang yang mendengarkannya. Wajah Tawan terasa sangat memanas, merah menjalar dari telinga hingga lehernya.

“Damagenya gak main-main.” Ucap Tawan dalam hati.

“Tawan?” Panggil Joss saat tidak mendengar balasan dari lelaki itu.

“Iya kak?” Jawab Tawan gelagapan.

“Tadi yang gua bicarain?” Joss menatap Tawan dengan alis yang terangat kecil.

“Iya kak gak papa, tapi bener ya nanti satu ruangan dikosongin buat simpen anak-anak aku?” Jawab Tawan dengan mata penuh pengharapan dan tanpa sadar menyebut koleksinya sebagai anak-anaknya.

“Iyaaaa boleh.” Jawab Joss dengan yakin.

Tawan tersenyum lebar dan mengucapkan terima kasih. Lelaki itu menepuk space kosong di sofa yang ia duduki, memberi isnyarat untuk Joss duduk bersamanya.

Joss menuruti kemauan Tawan, matanya sibuk memperhatikan tingkah Tawan yang memang benar masih seperti anak kecil.

Joss sudah menduga bahwa Tawan pasti dimanja dalam hidupnya, dia tidak masalah toh jika menjalani sebuah hubungan dia juga suka memanjakan kekasihnya.

“Kamu beneran setuju sama perjodohan ini?” Tanya Joss tiba-tiba.

Tawan yang terkejut dengan pertanyaan Joss membasahi bibirnya dengan gugup, “Setuju kak. Sebenernya maaf ya kak, tapi aku juga merasa bersalah sama ayahku karena aku gak bisa nerusin dia. Maaf juga kalau jadinya aku bikin kerjaan kakak nambah karena harus ngurus dua perusahaan, tapi aku bakal balas kebaikan kakak dengan jadi suami yang baik.” Jelas Tawan dengan menunduk.

Joss tersenyum kecil mendengar ucapan jujur Tawan, Joss menyukainya. Joss menyukai saat ada seseorang yang berkata jujur tanpa ada yang ditutupi. Joss akan sebisa mungkin menghargainya.

“Jangan ditundukkin kepalanya, kan gak buat salah?” Ucap Joss.

“Lagi gak apa-apa, gua emang suka sama bisnis jadi ini tantangan buat gua sendiri. Walaupun basicnya sama-sama di bidang kesehatan tapi pasti beda rasanya kalau ngelola rumah sakit.” Lanjut Joss dengan santai.

“Eh ini gua ngomongnya pake “gua” gak apa-apa kan?” Tanya Joss tersadar dengan cara bicaranya yang agak tidak sopan untuk orang yang pertama kali bertemu.

“Gak papa kak, bebas kak Joss mau pake apa.” Jawab Tawan dengan pelan.

“Oke berarti clear ya kita.” Ucap Joss lagi.

“Kalau kak Joss, kenapa mau dijodohin?” Giliran Tawan yang memutuskan untuk bertanya.

“Simple sih, karena males nyari pasangan. Pas ditawarin sama Dad, terus diceritain sedikit tentang kamu, yaudah setuju. Gak ada alasan buat nolak juga.” Ucap Joss jujur.

Rasanya Tawan ingin melambaikan tangannya ke kamera, siapapun keluarkan dia dari sini. Sejak tadi ucapan yang dilontarkan oleh Joss terkesan santai namun damagenya luar biasa untuknya.

“Ooooooh gitu kak....” Tawan mengangguk mengerti.

Joss terkekeh kecil dan mengeluarkan ponselnya dari saku celana jeasnya dan memberikan ponselnya kepada Tawan, “Sini minta nomor kamu.”

Tawan menerima ponsel itu dengan jari yang gemetar sedikit, ponsel dengan logo apple dan model keluaran terbaru itu digenggamnya dengan erat.

Tawan mengetikkan nomornya dengan terburu, sampai beberapa kali salah memencet angka. Joss yang menyadari bahwa lelaki dihadapannya ini gugup memilih untuk diam dan pura-pura tidak mengetahuinya. Mencoba membuat Tawan nyaman.

“Ini kak.” Ucap Tawan pelan setelah menyimpan nomornya sendiri dengan nama kontak Tawan.

“Makasih ya adik kecil.” Ucap Joss mengusak rambut Tawan dengan gemas.

Tawan mematung setelah rambutnya diusak oleh lelaki dihadapannya. Dia merasakan kupu-kupu berterbangan diperutnya yang menggelitik namun Tawan menyukai sensasinya.

Tawan pernah diberitahu oleh Metawin bahwa tanda-tanda orang jatuh cinta adalah munculnya kupu-kupu berterbangan diperutnya.

Tawan semakin tidak mempercayai pikirannya sendiri.

Apa dia jatuh cinta dengan calon suaminya ini?

Jatuh cinta pada padangan pertama dengan Joss Wayar Sangngern? Lelaki yang akan menjadi calon suaminya nanti?

Semesta pasti sedang mengajaknya bercanda.