Josstay: Nikah Muda
Small talk
Tawan masuk ke kamar setelah jarum jam menunjukkan angka 11. Setelah Nanon pulang dan membawa banyak makanan, dirinya dan Nanon menghabiskan waktu di kamar lelaki itu dan menonton anime bersama dan berakhir Nanon tertidur terlebih dahulu.
Joss sendiri mengobrol dengan ayah mertuanya sambil melihat-lihat album foto Tawan saat masih kecil, lalu lelaki itu memeriksa pekerjaannya untuk seminggu ke depan.
“Kak... Udah tidur?” Tawan berucap dengan nada pelan karena tubuh Joss yang membelakangi pintu kamarnya.
Joss membalikkan tubuhnya ke arah Tawan dan tersenyum kecil sambil menepuk tempat disebelahnya yang kosong.
“Belum dek, sini tidur. Udah sikat gigi belum? kalau belum, sikat gigi dulu gih.”
“Udah tadi aku gak makan apa-apa lagi kok setelah makan eatlah...” Jelas Tawan menunjukkan gigi rapihnya.
Joss hanya tertawa singkat dan merentangkan tangannya karena Tawan terlihat ingin melompat ke arahnya untuk sebuah pelukan.
“Pelan dek- aw” Ringis Joss setelah Tawan benar-benar melemparkan tubuhnya ke arah Joss. Tawan sendiri hanya tertawa dan memeluk Joss semakin erat.
Joss mengusap punggung Tawan dan mengecup pucuk kepala lelaki kecil itu beberapa kali. Pikirannya berkelana atas keputusannya menerima semua tawaran model. Rasanya salah namun dia sudah mengambil jalannya.
“Kak J.....” Panggil Tawan pelan.
“Hm... Kenapa?”
“Kak J, aku seneng banget. Serius ini tmi tapi dua hari kemarin sama kak J rasanya bikin aku seneng. Stress aku rasanya ilang semua!!” Tawan memulai ceritanya dengan semangat.
Joss sendiri merasakan jantungnya jatuh ke perut mendengar penuturan penuh semangat lelaki yang berada didekapannya.
“Kenapa?” Joss bertanya yang dihadiahi kerutan dahi tidak mengerti dari Tawan.
“Kenapa keliatannya seneng banget? Kan cuma diajak ke pantai....” Lanjut Joss.
Tawan melepas pelukan mereka dan mendongkakkan kepalanya untuk melihat wajah sempurna Joss, meskipun Tawan melihatnya dari bawah namun garis-garis wajah Joss masih terlihat menawan.
“Loh? Masa gak seneng. Kan liburan, aku seneng liburan sama orang yang aku sayang tau kak. Emang kak J engga seneng?” Tanya Tawan dengan polos.
“Seneng kok...” Bisik Joss pelan.
“Glad to hear that, kirain aku seneng sendirian terus kak J-nya gak seneng. Gak adil kalau gitu hehe” Jelas Tawan.
Joss terdiam, menimbang pertanyaan yang sudah ditahannya sejak pagi tadi. Jika dia bertanya sekarang, apa akan merusak suasana yang tercipta?
Namun jika Joss tidak menanyakannya, dia akan terus membentuk sebuah dinding tak kasat mata dan Joss yakin Tawan akan menyadarinya.
“Dek....” Panggil Joss lagi.
“Apa kak?”
“Kemarin pas kita baru selesai sex, apa kamu inget yang kata yang kamu ucapin ke aku?” Gamble for future, itulah Joss yang pikirkan saat ini.
“Hah?” Tanya Tawan dengan intonasi kebingungan yang jelas.
“Don't you remember?”
“Bentar, emang aku bilang apa ke kakak? Apa aku ngomong jelek ya? Atau aku ngatain kakak? Atau apa...” Ucap Tawan dengan sedikit panik.
Joss mengusap punggung Tawan untuk menenangkan lelaki itu, “No... none of them. Kamu jadi gak inget?”
Tawan menggeleng dengan pasti, “Engga... Aku pasti ngomong jorok ya? Kakak pasti kaget sama tingkah aku....”
“Hm... iya jorok banget sampe aku kaget. Tapi gak apa apa kalau kamu gak sadar berarti omongan kamu gak serius kan?” Sahut Joss pelan.
Tawan melepaskan pelukan mereka dan terduduk disamping dengan wajah cemberutnya, “Iya gak serius kak, paling aku ngelantur karena ngantuk dan capek. Maafin kak? Ucapan aku gak terlalu parah kan? Aku gak katain kakak nama binatang kan?”
“Engga sayang. Cuma ucapan biasa aja. Aku gak tanggepin serius juga.” Bisik Joss pelan.
“Baguslah kalau gitu....”
Joss menarik Tawan untuk kembali tidur dalam rengkuhannya, dadanya terasa lega. Tawan tidak mengingatnya, maka Joss akan berpura-pura untuk tidak mengetahui apapun.
“Minggu besok, aku jadwalnya penuh pemotretan, nanti aku pulangnya malem. Kamu mau tidur di sini dulu selama seminggu?” Joss kembali memulai percakapan mereka.
“Huh?”
“Iya maaf aku padetin jadwal diminggu besok dan gak bilang kamu, tapi biar ada weekend banyak aja minggu depannya...” Ucap Joss penuh kebohongan, padahal dia mengambil jadwal untuk menghindari lelaki itu.
“Gak apa-apa kak aku di rumah aja, nanti kalau kesepian atau takut. Aku boleh ajak temen-temenku nunggu sampe kakak pulang kan?” Tanya Tawan.
“Boleh.” Balas Joss.
Tawan menyusupkan kepalanya ke dada Joss dan mulai memejamkan matanya, pelukan Joss masih terasa hangat. Tawan merasakan kecupan kecil yang tidak berhenti dilayangkan lelaki itu pada kepalanya. Rasanya sangat menenangkan.
Tawan sangat mencintai Joss Wayar sampai rasanya dia bisa melakukan apapun agar lelaki itu tetap disisinya, meskipun harus berbohong untuk tetap baik-baik saja meskipun pada realitanya, dia sedang tidak baik-baik saja, dan mungkin tidak akan pernah baik-baik saja dengan fakta yang diketahuinya saat ini.
“Kak, I love you. I really do.” bisik Tawan tanpa suara. Berharap suatu saat nanti dia bisa mengucapkannya dengan lantang tanpa harus takut Joss akan menjauhinya.