Josstay: Nikah Muda
Before the Beginning of Everything
Tawan menatap cermin dihadapannya yang menunjukkan dirinya sendiri yang sedang didandani. Matanya menatap lelaki yang dalam beberapa jam lagi menjadi suaminya dengan senyuman yang ditahan.
“Kak J..” Panggil Tawan.
“Kenapa?” Jawab Joss. Joss juga sedang didandani, matanya yang awalnya terpejam terbuka sedikit untuk melihat Tawan.
“Deg degkan gak kak?” Tanya Tawan.
Joss tersenyum kecil, “Biasa aja, kamu emangnya deg-degkan?” Tanya Joss balik.
Tawan merenggut kecil, “Iyalah deg-degkan tau kak J, nanti kalau aku kesandung gimana? Kalau senyum aku gak bagus gimana?” Celoteh Tawan dengan ribut.
Joss hanya menggelengkan kepalanya mendengar ucapan tidak masuk akal calon suaminya, Joss memilih diam dan membiarkan Tawan berceloteh sendirian. Nanon sudah pernah mengatakan padanya jika Tawan sedang gugup, lelaki itu akan berbicara dari A sampai Z secara terus menerus tanpa henti.
“EH Levi belum dateng?” Tanya Tawan tiba-tiba.
“Levi?” Sahut Joss kebingungan, seingatnya dia tidak mengenal teman Tawan yang bernama Levi.
“Iya Levi, anime kesukaan aku kak. Inget gak? yang ada di kamar aku mukanya.” Jelas Tawan.
“Dia hidup? Bisa dateng?” Tanya Joss makin kebingungan.
Tawan mengangguk kecil, “Iya dateng, nanti Nanon yang bawa katanya.”
Joss semakin tidak mengerti, sejak kapan karakter anime itu hidup? Apalagi datang ke pernikahan salah satu penggemarnya.
“Te menantu mommyyyy.”
Belum sempat Joss membalas ucapan Tawan, pintu ruang rias mereka dibuka dengan keras oleh Ibu kandung Joss.
“Mom, bisa lebih pelan gak?” Protes Joss.
Siri hanya terkekeh kecil dan mendatangi Tawan dengan senyum lebarnya, 'TE. Kamu manis banget?” Puji Siri pada Tawan yang sudah selesai dirias.
“Terima kasih mommy...” Bisik Tawan dengan malu.
Siri datang denga pegawai butiknya yang membawa tuxedo yang akan dikenakan Joss dan Tawan pada pernikahan mereka hari ini. Siri mengambil Tuxedo hitam milik Tawan dan menarik lelaki manis itu menuju kamar ganti untuk membantu Tawan mengganti pakaiannya.
“Gimana anak mommy deg-degkan gak?” Tanya Siri pada Tawan yang terlihat gugup.
“Banget mom...” Bisik Tawan.
“Gak papa kok, gugup mah wajar namanya mau nikah kan sekali seumur hidup. Dulu mommy malah hampir kabur karena terlalu gugup tapi ditahan sama daddy. Kalau gak ditahan mungkin mommy udah kabur ke mana tau deh.” Cerita Siri pada Tawan.
“Aku gak mau kabur sih tapi rasanya mau nonton anime biar gak gugup.” Jujur Tawan.
“Mau mommy bilangin Nanon buat bawain kamu laptop?” Tawar Siri.
Tawan menggeleng kecil, “Nanti aku diomelin bunda.” Rengut Tawan.
Siri tertawa kecil dan merapikan jas Tawan dengan bangga, “Ganteng banget calon menantu mommy. Ayo keluar gantian Joss yang ganti baju.” Ajak Siri.
Tawan keluar diikuti dengan Siri dibelakangnya, ruangan yang semula hanya berisi Joss dan pegawai butik menjadi cukup ramai dengan kehadiran orang tua Tawan dan juga Ayah Joss.
“Bundaaaaaa.” Panggil Tawan dengan manja.
Saro hanya tersenyum melihat kelakuan anaknya yang masih sangat manja, tidak terasa bahwa dalam beberapa jam anaknya akan menjadi suami orang lain. Saro sedikit khawatir akan anaknya karena pasti kehidupannya akan berubah dalam sekejap.
“Kenapa sayang?” Tanya Saro.
Tawan hanya menggeleng kecil dan memeluk bundanya dengan erat. Matanya menatap sang ayah yang sedang mengobrol serius dengan ayahnya Joss.
Tawan merasakan usapan pelan dirambutnya, wajahnya mendongkak dan melihat Joss yang sedang berdiri dihadapannya dengan senyuman kecil di wajah tampannya.
“Kenapa kak?” Tanya Tawan penasaran.
“Gak apa-apa.” Joss menjawab kecil dan berlalu menuju bilik ganti diikuti oleh Siri dibelakangnya.
Saro menarik Tawan untuk duduk dikursi sementara dirinya berdiri dihadapan Tawan.
“Abang dengerin bunda ya.” Siri memulai percakapan mereka.
“Abang kan dikit lagi udah jadi suami orang, bunda cuma mau bilang ke abang kunci sebuah hubungan itu kepercayaan sama komunikasi. Abang mulai sekarang bukan cuma bertanggung jawab sama diri abang sendiri tapi abang juga bertanggung jawab sama suami abang. Abang bisa mulai kurangin ego abang, belajar nerima kalau ada perbedaan pendapat diantara abang sama kakaknya.”
“Kalau abang merasa ada yang salah, abang harus berani kasih tau isi pikiran abang, jangan dipendem ya bang? Pokoknya apapun yang terjadi nanti, mau abang lagi marah atau lagi sedih, abang harus komunikasiin sama kak Joss ya?” Siri memberikan pengertian pada Tawan.
“Abang jajannya juga dikurangin dikit demi sedikit. Walaupun nanti ayah tetep kasih uang ke abang tapi abang harus bisa manage keuangan ya? Bunda percaya kalau abang udah dewasa, udah bisa dipercaya. Bunda sayang banget sama abang, bunda bangga sama abang karena abang berani ambil keputusan besar diusia abang yang masih muda. Kalau abang lagi sedih atau capek abang bisa pulang ke rumah terus peluk bunda sama ayah, atau abang bisa cerita ke Nanon, oke?” Ucap Siri.
Tawan melengkungkan bibirnya dengan sedih, lelakin itu mengigit bibirnya dengan keras menahan tangisan yang sebentar lagi turun dari mata indahnya.
“Bundaaa.” Bisik Tawan parau.
“Abang jangan nangis nanti make upnya berantakan.” Omel Saro.
Tawan semakin menahan tangisannya, “Bunda sih ngomong sedih-sedih abang jadi mau nangis.”
Saro tertawa kecil melihat wajah anaknya yang semakin menunjukkan kesedihan, perempuan cantik itu merentangkan tangannya sebagai isyarat Tawan untuk memeluk dirinya.
Tanpa berpikir panjang Tawan bangkit dan memeluk Saro dengan erat, “Bunda makasih ya udah ngerawat abang dengan baik. Abang sayang banget sama bunda, ayah, Nanon. Uang jajan abang boleh dikasih ke Nanon kok buat dia beli merch anime.”
“Diem. Lagi sedih gini masih sempet aja mikirin anime.” Omel Saro.
Mereka berdua berpelukan dengan cukup erat sampai Tawan merasakan sebuah pelukan lain memeluk dirinya dan bundanya.
“Anak bandel ayah mau nikah, harus tetep jadi jagoan oke? Kuliahnya harus lulus terus nanti kerja di rumah sakit ayah biar bisa ketemu sama kakaknya setiap hari. Ayah sayang abang Te.” Bisik Sarut memeluk istri dan anak sulungnya.
“Ayah, tante sama om udah pada dateng.” Suara Nanon membuat pelukan ketiga orang tersebut terlepas.
“Kok Nanon gak diajak pelukan?” Protes Nanon.
Tawan terkekeh kecil dan memeluk erat Nanon, “Jangan bandel, jangan bikin bunda sama ayah pusing. Sekolah yang rajin biar bisa masuk sastra jepang terus jadi translator hebat.” Bisik Tawan.
Nanon melepas pelukan Tawan dan menyentil dahi kakaknya dengan keras, “Bawel.”
Nanon menarik ayah dan ibunya untuk bertemu dengan keluarga besar mereka yang sudah datang. Tawan menatap Joss yang sedang berbincang dengan ayahnya dan ibunya.
“Tawan..” Panggil Joss.
“Iya kak?”
“Sini.”
Tawan mendatangi Joss dengan semburat merah yang menghiasi wajah manisnya. Lelaki itu terpesona melihat Joss yang sangat tampan, padahal saat fitting baju pengantin Tawan sudah melihat Joss memakai tuxedo ini.
“Aku ke gereja duluan ya? Nanti katanya temen kamu mau kesini dulu.” Pamit Joss.
Tawan mengangguk kecil tanda mengerti, “Iya lagi ayah sama bunda lagi ketemu sama keluarga besar dulu.” Jawab Tawan.
“Mommy duluan ke sana ya sayang? Gapapa kan ditinggal?” Ucap Siri.
“Gapapa mom.”
Tawan menerima pelukan singkat dari Siri dan Banjong, “Ketemu di altar ya Te.” Ucap Banjong.
Joss gantian memeluk Tawan dengan cukup erat, lelaki itu menepuk-nepuk punggung Tawan memberikan ketenangan pada Tawan.
“Anak kecil udah mau nikah.” Ledek Joss.
“Males.” Rajuk Tawan.
“You'll be okay.” Bisik Joss.
“I know.” Gumam Tawan dengan suara yang kurang jelas karena lelaki itu menguburkan wajahnya di ceruk leher Joss.
“See you on altar, little T.” Bisik Joss disertai kecupan lembut dikening Tawan.