Josstay: Nikah Muda

Satúrdate-1

Joss dan Tawan sudah berada di dalam mobil, sudah siap untuk melakukan kencan ke Anyer. Joss sendiri sudah menyewa salah satu rumah di pinggir pantai.

Suara ketukan terdengar dari luar, Joss menurunkan kaca mobilnya dan melihat ibunya berdiri dengan senyuman lebar. Tadi saat Joss mengirimkan pesan pada ayahnya untuk membawa mobil ke apartmentnya, dia langsung ditelfon ibunya untuk datang langsung ke rumah, karena itulah mereka berdua disini, di pekarangan rumah keluarga Sangngern.

“Tawannnn, lupa nih mommy kemarin buat soft cookies masih banyak. Kamu bawa ya buat dimakan di perjalanan? Biar makin gembul.” Ucap Ibunda Joss dengan senyuman lebar.

Tawan menerima cookies-nya dengan senyuman tidak kalah lebarnya, matanya berbinar penuh antusias, “Terima kasih mommy!!!” Ucap Tawan dengan semangat.

“Yaudah sana jalan, nanti nyampenya terlalu sore. Lagian kalian ngapain sih berangkat siang-siang kan pagi tadi bisa.” Omel Siri pada Joss.

Joss membasahi bibirnya dan berdehem dengan pelan, setelah kejadian tadi pagi, baik Tawan maupun Joss tidak ada yang membahasnya lebih jauh. Terlalu canggung. Tawan juga seakan membatasi pergerakannya di depan Joss.

“Tadi pagi bangunnya kesiangan mom, aku semalem nonton bola sambil nemenin Tawan selesaiin tugasnya.” Jawab Joss memberikan alasan.

“Huh yaudah hati-hati ya, Joss jangan ngebut. Besok pulangnya jangan malem-malem! Tawan seninnya masih kuliah.”

Joss memutar matanya dengan lelah mendengar celotehan ibunya, “Iya mom. Kalau mommy masih ceramah, akunya gak jalan-jalan.”

Siri mencubit lengan anaknya dengan keras mendengar ucapan anak itu, “Yaudah dadah Tawan, enjoy your honeymoon.” Siri berjalan menjauhi mobil Joss sambil melambaikan tangannya.

Tawan merasakan wajahnya memerah mendengar kata honeymoon yang terucap dari bibir ibu mertuanya. Tangannya memberikan lambaian sekali lagi sebelum kaca mobil tertutup dengan rapat. Saat ini suhu udars lumayan panas sekitar 35°C, baik Joss dan Tawan hanya memakai kaos oblong dan celana jeans.

Ini kali ketiga Tawan melihat Joss menyetir mobil, biasanya lelaki itu selalu akan memilih motor sebagai kendaraannya. Rasanya masih terasa asing, kalau bersama naik motor, Tawan tidak bisa melihat wajah rupawan itu. Namun saat ini saat Tawan menoleh ke samping, Tawan langsung disuguhi pemandangan wajah tanpa cela dari suaminya.

Belum lagi lengannya yang berotot memegang erat setir mobil, terkadang Joss melepaskan salah satu lengannya hanya untuk mengistirahatkannya dan dimata Tawan itu terlihat sangat keren.

“Kenapa?” Joss bertanya secara tiba-tiba saat melihat Tawan memperhatikannya dengan cukup serius.

“Eh- eh” Tawan tergugu ketika dipergoki Joss, “Itu aku rada belum kebiasa liat kak J nyetir mobil.” Ucap Tawan dengan malu.

Joss hanya terkekeh kecil, tangan kirinya yang bebas mengusak rambut Tawan dengan gemas. Joss pernah berpikir, sebenarnya Tawan ini anak berusia berapa tahun? Kenapa tingkahnya sangat polos? Harusnya lelaki itu tidak sepolos ini, bagaimanapun Tawan adalah seorang weebs setidaknya dia pernahlah sekali atau dua kali menonton hentai?

“Aku mau tanya.” Joss berucap sambil melirik Tawan yang mulai memakan soft cookies buatan ibunya.

“A-aphwa?” Jawab Tawan tidak jelas karena makanan yang memenuhi mulutnya.

Joss menekan pipi Tawan yang menggembung karena penuh dengan makanan, “Abisin dulu cepet, nanti kesedak.”

Tawan mengunyah makananannya dengan agak cepat, dia sedikit penasaran dengan apa yang akan Joss tanyakan padanya.

“Udahhhh.” Lapor Tawan.

“Pinter.” Puji Joss singkat.

Tawan hanya menahan senyumnya yang berlomba untuk terbit, dia berdehem pelan untuk menyamarkan ujung bibirnya yang terangkat sedikit, “Mau tanya apa kak?”

“Kamu- pernah nonton hentai gak?” Ucap Joss dengan hati-hati, lelaki yang lebih tua itu mengusap lehernya dengan tidak nyaman. Merasa aneh dengan pertanyaan yang diajukannya.

Tawan hampir tersedak, untung saja dia sudah menelan habis cookies yang dimakannya, kalau tidak sudah pasti Tawan akan tersedak dengan hebat mendengar pertanyaan yang diajukan.

“Hentai? Kenapa emangnya kak?” Jawab Tawan setenang mungkin.

“Engga cuma nanya aja, kamu tuh keliatan bayi banget dan polos banget. Makanya aku tanya- apa kamu udah nonton hentai.” Jelas Joss dengan sedikit merasa malu.

Joss saja merasa malu, apalagi Tawan? Wajahnya sudah memerah sepenuhnya.

“Pernah kok kak, tapi gak sering. Mungkin terakhir semester 1 kali ya? Aku gak terlalu into ke sana sih. Kalau nonton anime aku kebanyakan nonton fantasy atau action, gitu paling nyerempet slice of life yang ada ecchinya dikit. Sebenernya aku gak polos- banget gitu kak, tapi aku cuma bingung dan malu mau ngapain, soalnya takut salah, terus gatau pokoknya aku malu aja sama kak J.” Jawab Tawan dengan jujur tanpa ada yang ditutupi.

Tawan melihat Joss berniat mengucapkan sepatah kata, namun lelaki itu kembali menyimpannya. Tawan merasa sedikit panik.

“E- eh kak tapi kalau tadi pagi yang kak J ereksi itu aku beneran gak sadar. Aku kira itu paha kak J, soalnya paha kak J juga berotot terus aku terlalu fokus sama ereksi-ku jadi aku gak fokus sama kak J. Kata Jumpie pasti kak J ngerasa sakit, aku minta maaf ya kakkkkk.” Tambah Tawan menjelaskan secara terburu-buru dan sedikit panik.

Belum ada sepuluh detik, Tawan sudah terkejut sendiri.

Lelaki kecil itu melebarkan mata dan menutup mulutnya saat ucapan itu keluar begitu saja dari mulutnya, rasanya Tawan kembali ingin menghilang dari muka bumi. Tawan menatap Joss yang juga terlihat terkejut.

“Bego begooo, bunda abang malu banget.” Gumam Tawan pada dirinya sendiri.

“Oke, nanti aku minta nomor Arm sama Jumpie kamu ya dek.” Hanya itu respon yang diberikan Joss atas pengakuan Tawan. Lelaki itu masih terlalu terkejut dengan kejujuran Tawan.

“EH BUAT APA?” Pekik Tawan dengan terkejut, “Kak jangan omelin Arm sama Jumpie ya. Tadi pagi aku malu terus aku bingung jadi aku langsung tanya ke temen-temenku, gak banyak yang tau kok kak. Cuma Arm, Gun, Jumpie, sama Metawin.” Jelas Tawan lagi.

“Oke.....” Sekali lagi Joss merasa bingung untuk merespon perkataan Tawan. Lelaki itu hanya diam memperhatikan jalanan dengan ekspresi yang sukar diartikan.

Tawan sendiri merasa kebodohannya meningkat saat dirinya berada dekat dengan Joss, rasanya Tawan ingin resign saja menjadi pasangan seorang Joss Wayar dan meminta untuk dikembalikan ke rumah.

“Kak maaf ya, aku gak bermaksud bilang siapa-siapa soal ciuman kita tadi pagi.” Gumam Tawan pelan, lelaki itu meringkuk memunggungi Joss yang menyetir.

Joss melirik Tawan yang meringkuk memunggunginya karena malu, Joss tertawa atas kecanggungan yang tercipta, mentertawakan dirinya yang merasa gemas dengan lelaki yang lebih muda.

Joss menepuk punggung Tawan memberikan ketenangan, “Gak apa-apa kalau malu itu wajar, nanti belajar ya pelan-pelan. Soal yang bilang ke temen juga gak apa-apa kok, kan lagi bingung kamu dek. Tapi nanti dipilah dulu ya mana yang bisa diceritain mana yang harus dirahasiain? Kalau urusan ranjang kamu boleh langsung cerita ke aku kalau bingung ya dek.” Ucap Joss lembut.

Tawan sendiri hanya mengangguk kecil dan kembali meringkukkan tubuhnya, tepukkan pelan di punggungnya membuatnya terasa nyaman sekaligus mengantuk. Belum lagi suara Joss yang menenangkan ditambah alunan musik yang berputar dimobil membuatnya semakin merasakan kenyamanan, Tawan tertidur dengan pulas.

Joss tersenyum kecil melihat punggung sang suami terlihat lebih rileks, tangan lelaki itu berganti dari menepuk menjadi mengelus pelan punggung Tawan. Membiarkan lelaki itu tertidur sebelum menghabiskan banyak waktu di pantai nanti.

“Sleep well, T.”