Josstay: Nikah Muda

The Beginning of Everything

Tawan duduk dengan gugup, berkali-kali dia menyeka keringatnya yang menetes padahal AC diruangan ini sudah diset dengan sedingin mungkin. Hari ini adalah hari pernikahannya, dan ya dia rasanya ingin kabur saja karena sangat gugup.

Suara pintu diketuk mengagetkan Tawan hingga rasanya jantungnya mau lepas!

“Masuk” Sahut Tawan dengan keras.

“WOY WEEBS” Sapa seseorang dengan keras yang bukan lain adalah Jumpol, sahabatnya.

Tawan tersenyum dengan lebar melihat teman-temannya mengunjunginya,

“JUMPIE GUE DEG DEGKAN” Adu Tawan hampir menangis.

Jumpol memukul kepala Tawan dengan cukup keras, yang dibalas Tawan erangan tidak terima serta bibirnya yang maju tanda dia ingin menangis.

“Jangan alay. Kemarin lu pamer ke gue mau nikah” Sinis Jumpol.

Tawan hanya menunjukkan cengiran polosnya pada Jumpol, “Rame gak diluar?” Tanya Tawan.

“Menurut lo? Udah deh Tay jangan nanya pertanyaan gak jelas. Mending ilangin dulu noh rasa gugup lo” Sindir Gun pada Tawan yang sesekali memasang wajah menelas.

“Ih gue deg degkan beneran anjing. Arm, Metawin ayo anterin gue pulang. Mau meluk Levi seharian. Gamauuu disini deg degkan banget. Takut.” Ajak Tawan.

Jumpol, Metawin, Gun, dan Arm hanya bisa menggelengkan kepala mereka melihat kelakuan aneh Tawan. Selain wibu, teman mereka ini memang anehnya sudah tidak bisa dihentikan.

“Gak usah macem-macem Te!” Omel Metawin, tangannya mengambil tisu di sebelah Tawan dan mulai mengelap titik-titik keringat yang tercipta di wajah Tawan karena kegugupan lelaki itu.

“Liat nih lo gugup sampe keringetan gini, kenapa sih gugup?” Metawin masih mengomeli Tawan.

“Malu Meta, ngerti gak sih maluuuuu.” Rajuk Tawan. Wajahnya menahan tangisan, dia benar-benar gugup! Tidak tau kenapa tapi rasanya dia mau pulang dulu untuk menghilangkan rasa gugupnya.

“Diem. Jangan nangis, make up lo luntur nanti. Lagi kenapa tiba-tiba gugup gitu. Gak bakal kesandung nanti di altar.” Metawin semakin mengomel, tangannya mengelus rambut Tawan dengan maksud untuk menenangkan.

“Eh Te, udah hafal wedding vowsnya kan?” Tanya Arm tiba-tiba.

Tawan yang mendengar sontak terkejut, “Kayaknya gua lupa saking gugupnya..” Bisik Tawan tidak mempercayai dirinya sendiri.

“JANGAN BERCANDA DONG?” Jumpol teriak di depan wajah Tawan dengan ekspresi yang menunjukkan kekesalan akan tingkah aneh temannya.

“Bener Jumpie, coba bantuin gue hafalan....” Jawab Tawan dengan polos.

Teman-temannya sudah tidak tau apa yang harus dilakukan mereka pada temannya ini. Tawan benar-benar mencoba menghafalnya lagi dengan bantuan Jumpol sebagai orang yang mendengarkan hafalan janji pernikahannya.

“I take you...” Gumam Tawan..

“I take you to the heaven woo” Celetuk Gun menyambung ucapan Tawan.

“Gun DIEM?” Protes Tawan.

“Lagi lama banget elah biasanya kalau kita hafalan organ tubuh lo yang paling cepet.” Ucap Gun.

“Tolong ya ini beda, ini janji seumur hidup gue kalau ada kesalahan nanti malu.” Jelas Tawan dengan sedikit jengkel.

Metawin ingin tertawa juga tapi nanti Tawan malah ngambek jadi dia menahannya dan meminta Tawan untuk duduk kembali.

“Udah gapapa Te, pasti bisa kok. Gak bakalan lupa ataupun salah-salah. Semangat!” Ucap Metawin menyemangati.

Mereka tertawa puas, semuanya masih tidak mengerti setelah banyak hal terjadi Tawan tetap saja bodoh seperti biasanya.

Keadaan hening seketika, Jumpol mendekati Tawan yang masih memasang wajah kesal.

“Te, mau nikah ya? Selamat. Akhirnya lu wibu ini nikah juga anjay. Gua sebagai sahabat lu seneng banget liat lu bahagia. Jangan bandel sama bang Joss, dia udah kasian dapet lu jangan dibikin stress lagi sama kelakuan aneh lu.” Ucap Jumpol dengan sedikit candaan untuk mencairkan kegugupan Tawan.

“Sialan Jumpie..” Gumam Tawan.

“Kalo ada hal yang bikin lu sedih, jangan sungkan buat cerita ke kita semua. Meskipun lu udah punya bahu tetap buat bersandar, kita bakalan terus ada buat dukung lu kapanpun dan dimanapun. Bahagia terus ya?” Lanjut Jumpol serius. Tangannya mengelus rambut sahabat kecilnya ini. Mereka telah berteman sejak sekolah menengah pertama, hingga saat ini dia harus melepas sahabatnya untuk menikah.

Tawan sebisa mungkin menahan tangisannya, dia tidak boleh menangis karena nanti make up-nya berantakan.

“Thank you so much Jumpie, thank you for always being my biggest support buddy. I owe you everything. You know I love youuu, right?” lirih Tawan pelan.

“I knew it bro.” Kekeh Jumpol. Jumpol bergeser untuk mempersilahkan teman-temannya untuk mengucapkan kata-kata untuk sahabat mereka.

“Masih perlu adaptasi sih gua ngeliat lu mau nikah sama manusia, gua pikir mau nikah sama karakter anime kesukaan lu itu.” Ucap Arm dengan jahil.

“He will give you his world. Jadi harus bahagia terus, jangan gampang percaya omongan jelek dari orang lain. Harus jadi Tawan yang lebih baik dari tahun lalu, dan yang paling utama tolong begonya dikurangin. Gua pusing liatnya.” Arm menyentil dahi Tawan dengan keras. Matanya menatap Tawan dengan teduh, bangga rasanya liat temannya sudah mau menikah.

Tawan melengkungkan bibirnya mendengar kata-kata Arm yang selalu bisa membuatnya ingin menangis.

“Thank you so much Arm. I'm nothing without you. I love you Arm jelek!” Balas Tawan pelan. Sementara itu Arm hanya memasang wajah jengkel mendengar Tawan tetap saja meledeknya.

Metawin maju mendorong Arm untuk menyingkir, waktu Tawan tidak lama lagi sebelum ayah dan adiknya datang untuk menjemputnya.

“Te sahabat gue yang paling aneh. Happy tie the knot! I wish you a very joyous and blissful married life and may your life be modern enough to survive the times, but old-fashioned enough to last forever.” Ucap Metawin dengan senyuman kecil.

“Makasih Metawin bayi paling bayi tapi sukanya sama om-om.” Kekeh Tawan.

“Anjir juga lo, inget lo juga nikah sama om-om”* balas Metawin dengan jengkel.

Gun yang terakhir mendekati Tawan. Tatapannya memancarkan beribu kata yang ingin diucapkan ke Tawan, namun dia hanya diam. Mempersiapkan diri.

“Teee.” Panggil Gun.

Tawan mendongkak kearah Gun, senyumnya mengembang dengan indah.

Gun menghela nafas gugup, “Akhirnya lo pecah telur duluan.”

“Sebenernya gue bingung mau ngomong apa. Tapi sebagai sahabat lo, gue seneng banget lo bisa bahagia kayak gini. Jangan lupa buat terus bersyukur dan jadi Tawan yang lebih baik lagi. You deserve to be happy. You deserve to live a life you are excited about. Don't let others make you forget that. I love you and happy wedding, Tawan Vihokratana.” Lanjut Gun lembut. Matanya berkaca-kaca, dia berusaha tidak menangis karena pasti Tawan akan ikut menangis.

“Thank you—” Tawan berhenti sebentar untuk menenangkan diri dan berusaha tidak menangis.

“Thank you because you were always there for me in a good time and bad time and thank you for showing me that there are people like you in this world. I love you and Thank you so much for being my best friend.” Tawan langsung memeluk Gun dengan erat.

Gun adalah sahabat dekat Tawan, dia sangat menyayangi Gun meskipun Gun suka mengomelinya dan suka protes jika dirinya terlalu berkhayal akan anime. Namun Gun selalu ada disaat-saat dia memerlukan tempat untuk bercerita dan mencari solusi.

Jumpol, Arm, dan Metawin bergabung memeluk Gun bersama Tawan. Mereka tertawa bersama dengan mata yang berkaca-kaca. Tidak percaya bahwa persahabatan mereka bertahan hingga saat ini, hingga salah satu dari mereka akan memulai hidup baru dalam ikatan pernikahan.

Pelukan mereka harus terhenti ketika pintu ruangan terbuka dengan lebar, Ayah Tawan dan juga adiknya Nanon menunggu di depan pintu.

“Mr. Tawan Ackerman apakah sudah siap untuk menuju altar?” Ucap Nanon dengan membawa standee Levi Ackerman seperti permintaan Tawan.

“LEVIII.” Teriak Tawan agak histeris.

Tawan melepaskan pelukan teman-temannya dan mendatangi standee Levi dengan gembira. Matanya memancarkan kebahagiaan karena salah satu karakter yang dia sayangi ada di hadapannya sebelum menikah.

“Rivaille Heichou, hari ini Te mau nikah sama orang yang mirip sama Zoro. Te gak selingkuh kok, kebetulan aja calonnya mirip Zoro. Heichou doain Te bahagia ya, Heichou juga harus baik-baik aja di manga AOT oke? Nanti Heichou punya kamar sendiri kalau Te udah nikah.” Tawan berbicara pada standee dengan serius.

Teman-temannya sudah tidak bisa berkata apapun atas keanehan Tawan. Mereka hanya memperhatikan Tawan yang sangat serius, seakan ingin berpisah dengan kekasihnya.

Tawan beralih pada Nanon yang menatapnya, “Sini... Peluk abang.” Perintah Tawan.

Nanon yang memang sangat menyayangi abangnya ini tanpa banyak berkata langsung memeluk Tawan dengan sangat erat.

“Abanggggg.” Lirih Nanon.

Tawan menepuk-nepuk pundak Nanon dengan kekehan kecilnya, walaupun saat ini Nanon lebih tinggi darinya tapi dimatanya Nanon tetap adik kecil kesayangannya.

“Nanon wibuuuuu.” Panggil Tawan.

“Abang kalau udah nikah nanti terus pisah rumah, sering-sering ke rumah ya. Nonton anime bareng.” Lirih Nanon. Tadi dia hanya sempat berpelukan sebentar dengan abangnya, padahal banyak hal yang ingin dia ucapkan pada abang kesayangannya.

“Iyalah?! Siapa lagi partner wibu gua kalau bukan lo? Nanti kalau ada festival Jepang gua juga bakal bareng sama lo lah.” Jawab Tawan sambil terkekeh.

“Janji ya abang?” Nanon memberikan jari kelingkingnya pada Tawan sebagai syarat janji mereka.

“Janji Nanon.” Tawan menyatukan jari kelingking mereka berdua dengan yakin.

Nanon tersenyum dengan lebar dan melepas pelukannya pada Tawan.

Teman-teman Tawan beserta Nanon berpelukan sekali lagi dan mempersilahkan Tawan untuk mendatangi Ayahnya. Tawan berjalan dengan pelan. Tangannya menggandeng tangan sang Ayah dan mulai berjalan meninggalkan ruangan untuk menuju gereja tempatnya mengucapkan janji pernikahan.