Josstay: Nikah Muda
Scene Three – Be Alright
tags! spoiler anime given, mentioning mental health consultation and uncomfortable feeling about that. 4k words and sorry for typo(s)
Pukul 10 pagi di hari Senin. Seminggu setelah pertengkaran Joss dan Tawan.
Dua lelaki itu sudah rapih dengan pakaian kasual mereka. Joss mengambil hari libur lagi karena ia akan memulai lagi sesi konsultasi dengan dokternya.
Joss akan ditemai oleh Tawan, sesuai janji lelaki kecil itu padanya.
Sejak pagi tadi, Tawan sudah repot berkeliling apartment mencari barang ini barang itu, Joss bahkan tidak bisa menghentikan lelaki kecil itu.
“Udah?” Joss bertanya saat melihat Tawan keluar dari kamar mereka dengan sling bag yang menggantung dipundaknya.
Tawan menampilkan cengirannya, ia kembali melihat pakaiannya- dan merasa dirinya sudah setampan sang suami karena demi Tuhan!! Lelaki itu hanya memakai kaos berwarna putih dan celana jeans saja ketampanannya sudah bisa menyaingi ketampanan Dewa Apollo.
“Udah dong!” sahut Tawan dengan ceria.
Joss mungkin memang tidak memberitahunya namun Tawan yakin bahwa lelaki itu pasti merasa tidak nyaman untuk memulai konsultasi yang sebelumnya hampir selesai ia lakukan namun kali ini ia harus mengulangnya lagi dari awal.
Tawan menatap Joss yang saat ini juga menatapnya, Tawan tersenyum menenangkan seakan menyampaikan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Tawan menyerahkan tangannya dengan suka rela, “Pegangan tangan?” ajak Tawan dengan suara setenang samudera.
Joss tersenyum ke arah lelaki kecil yang saat ini terlihat begitu indah? jika ada kata lain yang dapat menggambarkan Tawan saat ini mungkin magnificent adalah kata yang pas.
Joss menyambut uluran tangan Tawan dengan genggaman erat yang hangat juga menenangkan, “Thank you.” bisik Joss kecil.
Tawan tersenyum dengan lebar dan menarik lelaki itu untuk mengikutinya. Tawan bersenandung kecil sepanjang perjalanan mereka menuju basement tempat dimana Joss memarkirkan mobilnya.
“Kamu tahun besok lulus ya?” tanya Joss tiba-tiba.
Tawan menghentikan langkahnya, lelaki kecil itu memincingkan matanya ke arah Joss dengan sinis, “Kata pepatah, pamali tau bahas-bahas soal lulus sama anak kuliah yang menuju semester akhir.”
Joss terkekeh pelan, “Kok galak? Kan cuma nanya?”
Tawan memalingkan wajahnya ke arah lain, “Biarin.”
Joss menahan untuk memeluk lelaki yang sangat menggemaskan itu, “Maaf ya, gak nanya-nanya lagi deh. Tadinya mau nanya juga kapan magang di rumah sakit, maksudnya biar di rumah sakit kita aja.”
“Rumah sakitnya udah ditentuin sama kampus tau kak J. Gabisa milih.” sahut Tawan masih enggan melihat Joss.
Joss terkekeh, “Iya-iya. Udahan ngambeknya. Kok akhir-akhir ini jadi suka ngambek sih?”
Tawan semakin memajukan bibirnya saat mendengar pertanyaan Joss, “Kenapa emangnya? Gak boleh apa kalau ngambek? kak J ngeselin sih?”
Joss akhirnya tertawa dengan keras, suara tawanya bergema di basement yang sepi, lelaki tinggi itu dengan semangat mengacak-acak rambut Tawan karena merasa sangat gemas, “Gak gituu little Te. Udah deh aku nyerah aja.”
Tawan akhirnya menatap Joss dan memamerkan cengirannya, “Bercanda.” kekeh Tawan dengan senang.
Joss hanya menggelengkan kepalanya, hidupnya benar-benar berubah 360° sejak ia menceritakan segalanya pada lelaki itu. Mereka lebih sering bercanda dan tertawa, obrolan mereka baik melalui pesan ataupun obrolan langsung juga meningkat pesat.
Joss sendiri sudah merasakan perubahan pada dirinya sedikit demi sedikit, sekarang jika malam tiba ia akan lebih mudah tertidur dengan tangan mereka berdua yang bertaut dengan erat.
Tidur sambil berpegangan tangan adalah ide Tawan, lelaki kecil itu berharap sentuhan kecil yang mereka lakukan dapat menambah kepercayaan Joss terhadap hubungan keduanya, dan itu berhasil menurut Joss.
Joss merasa bahwa ia dibutuhkan, dia tidak akan ditinggal. Perasaan takut yang selama ini menghantuinya perlahan mulai memudar, meskipun sempat beberapa kali ia kembali berkeringat dingin memikirkan masa depan namun Tawan selalu sigap membantunya untuk kembali percaya.
Lelaki kecil itu sangat ekspresif salam menyampaikan perasaannya. Joss merasa sangat bersyukur karena Tawan seperti buku yang terbuka dengan lebar, mudah sekali ia baca. Hal itu membuatnya tidak perlu meragukan perasaan Tawan untuknya.
“Lagu apa yang harus dinyanyiin untuk perjalanan kali ini....” Tawan bergumam pelan sambil melihat ponselnya.
Joss tersenyum, “Lagu Jepang.” Lelaki itu mulai menjalankan mobilnya keluar dari basement.
Perjalanan mereka tidak begitu jauh kali ini, hanya membutuhkan waktu 30 menit dia dan Tawan akan sampai di mana dokter yang menanganinya melakukan praktek.
“Boleh lagu Jepang, sekalian menambah semangat kak J.” balas Tawan semangat.
Suara musik terdengar dengan sangat keras, Joss mengeryitkan dahinya. Tidak pernah mendengar lagu berisik semacam ini, namun saat melihat Tawan menegakkan tubuhnya dan mendengarkan dengan serius, mau tak mau Joss juga mendengarkannya dengan serius.
“Kak J, tangan dikepal terus diletakkin di jantung.” ucap Tawan dengan mempraktekkan ucapannya.
Joss memperhatikan jalanan yang cukup sepi dan memungkinkan dia untuk menyetir dengan satu tangan, lelaki itu mengikuti arahan Tawan dan meletakkan tangannya yang terkepal di jantungnya.
Sasageyo! Sasageyo!
Shinzou wo sasageyo!
“Sasageyo! Sasageyo. Shinzou wo sasageyo!” Tawan bernyanyi dengan suara paling tegas yang dimilikinya. Alisnya bertekuk dengan ekspresi wajah serius.
Joss meliriknya dan langsung menahan tawanya melihat sang suami yang begitu menggemaskan dengan ekspresi tersebut.
Subete no gisei wa ima, kono toki no tame ni.
Joss melepaskan kepalan tangannya karena jalanan kembali cukup padat.
Tawan melirik Joss dengan tidak setuju, “Harus ditaro di dada kak J. Gak sopan. Ini harus begitu demi menghormati prajurit yang gugur saat melawan titan. ck ck. Kak J not good boy. kalau ada heichou udah digeplak kali ya.”
Tawan menggeleng-gelengkan kepalanya dengan prihatin. Joss terkekeh keras mendengar ucapan Tawan yang begitu lucu, siapa pula heichou dia tidak mengenalnya.
“Aku nyetir oke? Gak bisa terus-terusan ngasih penghormatan atau apalah itu.” ucap Joss membela dirinya sendiri.
Tawan tidak mendengarkannya, lelaki itu tetap memberikan tatapan prihatin pada Joss, “Oke aku bakal bantu. Demi penghormatan kepada prajurit terkuat di muka bumi, Levi Ackerman.”
Tawan mengepalkan tangan kirinya dan meletakkannya di atas jantung Joss. Agak sulit posisinya karena Tawan harus memutar tubuhnya ke arah Joss agar tangan kirinya sampai di jantung Joss.
Joss merasakan wajahnya memanas karena tidak mengira lelaki itu akan melakukan hal ini padanya.
“Oke. Kembali serius memberikan penghormatan pada prajurit kemanusiaan.” ucap Tawan dengan serius
Sementara itu Joss mengumpat dengan pelan, “Damn...” bisik Joss pada dirinya sendiri merasakan jantungnya mulai berdetak lebih cepat dari biasanya.
Suara musik terus terdengar dengan keras. Tawan masih dalam posisinya tanpa bergerak sedikitpun. Ia bahkan menatap Joss dengan pandangan intens, Tawan sesekali bernyanyi mengikuti lirik lagu dibagian Sasageyo Sasageyo.
Joss mulai bisa mengendalikan jantungnya sendiri karena demi Tuhan Tawan menatapnya tanpa berkedip, dia berharap Tawan tidak begitu menyadari perubahan detak jantungnya, ia melirik Tawan dan memutuskan untuk bertanya karena penasaran, “Little Te... kamu gak capek?”
“Shhhh kak J diem dulu. Ini part intinya. Diem dan resapi makna dari lirik lagunya.” tegur Tawan.
Joss dengan cepat menutup bibirnya dan sesekali melirik Tawan yang ekspresinya semakin serius.
Ano hi jinrui wa omoidashita Yatsura ni Shihai sareteita kyoufu wo.. Tori kago no naka ni Torawareteita kutsujoku wo.. Tasogare wo yumiya wa kakeru Tsubasa wo seoi Sono —kiseki— ga jiyuu e no Michi to naru
Tawan memejamkan matanya sebelum chorus favoritnya terdengar. Lelaki itu mengambil nafas panjang dan bernyanyi dengan penuh penghayatan.
“Sasageyo! Sasageyo! Shinzou wo sasageyo!”
“Subete no kunan wa Ima kono toki no tame ni..”
“Sasageyo! Sasageyo! Shinzou wo sasageyo!”
“Hakanaki inochi wo Moeru yumiya ni kaete..”
“Sasageyo! Sasageyo! Shinzou wo sasageyo!”
“Hokoru beki —kiseki— wo”
“Sono mi de”
“Egakidase.......”
Suara musik terhenti bersamaan dengan Tawan yang membuka kembali matanya.
“Ameen.” ucap Tawan yang membuat Joss terkejut bukan main.
“Heh, Ameen buat apa little Te? emang lagunya tentang apa?” tanya Joss dengan rasa penasaran yang berlebih.
Tawan mengerjapkan matanya, ia menarik tangannya dari dada Joss dan tersenyum dengan lebar, “Kalau lirik yang terakhir tadi artinya tuh devote devote, devote your love. Define with your own selves, the trail we need triumph.” jelas Tawan dengan semangat.
“Ya terus Ameen tadi buat apa?” tanya Joss lagi.
Tawan berdecak pelan melihat suaminya masih tidak paham, “Ya biar Levi Heichou menang terus lah lawan titan? kan harus banyak berdoa biar gak ada prajurit lagi yang mati. Bisa juga berdoa untuk kebahagiaan heichou di after story manga. Banyak pokoknya doanya.”
Kali ini Joss yang mengerjapkan matanya, tidak mengerti maksud ucapan dari sang suami. Apakah ia juga harus mulai menonton heichou heichou itu biar dia mengerti pembicaraan Tawan?
Tawan membiarkan suaminya berpikir dan melirik sekitar sebelum playlist Tawan kembali berputar dan Tawan terdiam mendengar lagu yang terdengar nyaring di speaker mobil.
“Little Te? Little Te?” panggil Joss sambil menepuk pundak Tawan yang terdiam.
Tawan dengan segera mengambil ponselnya dan menekan tombol next pada lagu selanjutnya dengan cepat dan tanpa banyak berbicara.
“Eh, kok diganti? kenapa?”
Tawan menghela nafasnya dengan lega setelah lagu terganti, “Cursed song.” bisik Tawan.
“Cursed song? Cursed beneran kutukan gitu?”
Tawan menggeleng pelan, “Itu cursed song soalnya pas aku nonton animenya aku nangis 3 hari setiap inget animenya.”
Joss kembali terperangah, menangis tiga hari?
“Tiga hari? anime apa? kok kayaknya bikin patah hati banget?”
“Given.”
“Hah?” sahut Joss.
“Animenya judulnya Given kak J. Tentang murid sekolah yang gabung ke band gitu dan tentang hubungan diantara mereka. Lagu tadi judulnya Fuyu no Hanashi. Lagu tadi buat Yuki mantan pacarnya Mafuyu yang udah meninggal kak J. Aku dengerin lagunya sambil nangis-nangis keingetan di youtube ada yang bikin versi Yuki. Sekarang aku mau nangis lagi...” lirih Tawan.
Joss merasa panik melihat wajah Tawan yang sudah memelas, “Eh EH!! Jangan nangis little Te?” ucap Joss berusaha menenangkan Tawan.
Tawan melengkungkan bibirnya dengan sedih, “Jahat banget pokoknya yang bikin Given. Anime paling ngeselin. Kesel. Kesel.”
Joss ingin tertawa namun juga merasa kasihan melihat sang suami yang bersedih hanya karena sebuah anime.
“Yaudah nanti diomelin aja oke yang bikin Given? Sekarang jangan nangis dulu. Udah mau sampe nanti malu diliat banyak orang?” ucap Joss dengan lembut.
Tawan mengusak matanya pelan, “Oke.”
Joss tersenyum lebar dan mengusak rambut Tawan dengan penuh kasih sayang. Lelaki itu memarkirkan mobilnya di parkiran karena mereka telah sampai pada tujuan.
Joss menghela nafasnya pelan berusaha menguatkan dirinya sendiri. Dia harus menghilangkan semua ketakutannya agar bisa hidup bahagia dengan Tawan.
Tawan melirik Joss yang tiba-tiba terdiam, lelaki kecil itu menyelipkan tangannya di jemari Joss san berbisik dengan intonasi penuh keyakinan, “Everything will be okay. I am here.”
Joss mengangguk dan mereka berdua turun dari mobil. Mereka memasuki rumah sakit dengan tangan yang bertaut erat.
“Selamat siang, ada yang bisa kami bantu?” ucap perempuan yang bertugas di receptionist.
“Saya ada janji dengan dokter Fah.” balas Joss.
“Atas nama siapa pak?”
“Joss Wayar.”
“Bapak Joss Wayar anda memiliki janji dengan dokter Fah jam 11. Silahkan menunggu di ruangan beliau di lantai 3. Saat ini beliau sedang ada pasien dan akan selesai sekitar 10 menit lagi.” ucap sang receptionist dengan sopan.
“Baik. Terima kasih mbak.”
Joss dan Tawan berjalan menuju lantai 3 dengan Tawan yang menahan kekehannya sejak tadi.
“Kamu kenapa?” tanya Joss dengan bingung.
Tawan melirik Joss, “Kamu lucu banget kak J. Dipanggil bapak.” kekeh Tawan dengan geli.
Joss mendengus keras, “Udah biasa. Penampilan aku keliatan kayak bapak-bapak banget apa?” tanya Joss penasaran.
Tawan menatap Joss dari atas hingga bawah, sebenarnya penampilan Joss tidak terlihat seperti bapak-bapak, namun tubuh besar dan tingginya membuatnya terlihat lebih tua daripada umurnya. Belum lagi dia berdiri disamping Tawan yang bertubuh kecil dan berwajah baby face.
“Engga kok. Kece banget kak J, kayak anak muda.” ungkap Tawan dengan jujur.
Joss mengusap seluruh wajah Tawan dengan gemas, “Emang masih muda bocil!!” protes Joss.
Suara lift berdenting menandakan bahwa mereka telah sampai pada lantai tujuan. Tawan menarik Joss mencari ruangan dokter yang akan menangani Joss, dan Joss hanya mengikuti lelaki itu walaupun sebenarnya ia sudah tau letak ruangan dokternya.
“Belok kanan.” ucap Joss saat Tawan hampir menariknya ke arah kiri.
“Oh... hehehe” kekeh Tawan dengan malu.
Tawan dan Joss sampai di ruangan yang bertuliskan nama dokter Fah.
Entah sebuah keberuntungan atau apa, saat mereka baru duduk di ruang tunggu, pasien sebelum Joss sudah selesai sesi konsultasinya.
“Kak J mau aku temenin masuk atau engga?” bisik Tawan.
Joss menggigit bibirnya pelan, ia sangat ingin ditemani Tawan masuk namun sesi pertama adalah sesi inti dari perjalanan konsultasi dirinya ke depannya. Ia merasa tidak begitu nyaman menunjukkan sisi paling lemah dirinya di depan Tawan untuk kedua kalinya.
“Untuk sesi pertama, aku sendiri dulu ya little Te? nanti sesi selanjutnya aku janji kamu boleh ikut aku.” ucap Joss memberikan pengertian.
Tawan terkekeh kecil, “Hey! It's okay kak J? It's not a big deal! Gak apa-apa kalau kak J mau masuk sendiri. Aku bakal nunggu disini sampe kak J selesai nanti. Gak akan bosen karena aku bisa sambil nonton anime. Take your time, as much as you need. I'm still here, with you and always with you.”
Joss tersenyum kecil mendengar Tawan yang berusaha menenangkannya dan mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja, aman terkendali.
“Thank you?”
Tawan menepuk pundak Joss, “No need to thank me. Ayo sana masuk, udah ditunggu sama dokternya?”
Joss melirik pintu dan melirik Tawan secara bergantian, “Can you hug me?” pinta Joss dengan suara pelan.
Tanpa banyak berbasa-basi Tawan mengalungkan tangannya di leher Joss dan memeluk lelaki itu dengan erat, kakinya berjinjit karena perbedaan tinggi keduanya yang mencapai angka 12 sentimeter.
“Don't you worry, cause everything's gonna be alright. Ai ai ai aight, be alright.” Tawan bernyanyi sepenggal lirik dari lagu yang dinyanyikan Justin Bieber untuk menenangkan Joss.
“Everything's will be alright kak J! Ganbatte kudasai!” bisik Tawan.
Tawan melepaskan pelukannya, ia mendongkak ke arah Joss dengan senyuman manis yang terpatri di wajah tampannya.
“Permisi ya kak J...” ucap Tawan sebelum lelaki itu berjinjit dengan tangan yang agak menekan pundak Joss untuk menunduk.
Tawan mengecup kening Joss dengan lama, seluruh doa ia panjatkan agar lelaki yang dicintainya ini dapat melewati seluruh kesulitan yang jalani dan akan terus bahagia sampai akhir nanti.
“Soon, all of this weight you are carrying will fall gently away. Soon, these chains won't be able to hold you anymore and your past will lose its grip on you. Soon, you'll move forward into peace and find a new beautiful spark of joy... No matter what you are going through right now, know that it really will be okay. Even if it doesn't seem like it right now, I promise that soon you will make it through these rough waters and come out so much stronger on the other side.”
“May God bless you far more abundantly than all you can ask or think. Ameen.” bisik Tawan dengan pelan.
“Ameen.” sahut Joss mengikuti Tawan.
“Now, go go!” pekik Tawan dengan semangat.
Joss terkekeh pelan dan melambaikan tangannya ke arah Tawan, “Wish me luck?” ucap Joss tanpa suara.
Tawan tersenyum saat mengerti ucapan Joss dan membalasnya dengan suara keras hingga perawat harus memintanya untuk tidak berisik, “Wish you best of luck!!!”
Tawan kembali duduk di ruang tunggu dengan kaki yang ia ketuk-ketukkan di atas lantai. Menimbulkan suara berisik yang cukup mengganggu sebenarnya, namun Tawan tidak perduli. Suaminya sedang berada di dalam ruang konsultasi, dan ia menunggu di luar. Ia harap sesinya berjalan dengan lancar karena ia sangat tidak sabar untuk merasakan rasanya dicintai oleh lelaki sehebat Joss Wayar.
Maaf aku memilih untuk tidak menjelaskan secara detail sesi konsultasi Joss karena aku merasa kurang mampu dan takut ada kesalahan fatal saat menjelaskannya jadi aku skip ya.
Tawan masih menunggu, sudah 2 jam berlalu tapi belum ada tanda-tanda Joss selesai berkonsultasi dengan dokternya.
Tawan menunduk, menatap kosong ponselnya yang menampilkan aplikasi Netflix, sejak tadi Tawan mencoba mengalihkan fokusnya dengan menonton anime tapi tidak terlalu berhasil karena lelaki kecil itu berkali-kali melirik pintu ruangan yang tertutup rapat.
Tawan terdiam dan hanya menikmati keheningan di rumah sakit. Suara langkah kaki berkali-kali terdengar dengan cepat, Tawan sesekali melirik orang-orang yang berlalu lalang. Ada yang menampilkan ekspresi sedih, ada juga yang menangis bahagia, semuanya terlihat dengan jelas di wajah orang-orang tersebut.
Suara langkah kaki kembali terdengar, kali ini banyak langkah kaki yang dapat Tawan simpulkan ada beberapa orang yang berjalan secara bersamaan. Tawan memutuskan untuk mengabaikannya dan fokus menonton salah satu episode dari anime yang sedang ditontonnya yaitu Fire Force.
Sampai sebuah tepukan mengagetkan Tawan hingga ia nyaris kehilangan kontrol atas ponselnya.
“Eh sorry Tawan..”
Suara yang agak asing membuat Tawan mendongkak dan menemukan teman-teman Joss datang bersamaan. Mereka datang dengan pakaian yang tertutup, dengan masker yang menutupi wajah mereka. Tawan hampir tidak mengenalinya jika saja Bright tidak membuka maskernya dan menunjukkan wajahnya pada Tawan.
“Kak Bright?” panggil Tawan.
“Iya. Joss masih di dalem?” tanya Bright yang memilih duduk di samping Tawan diikuti Luke, Kayavine, dan Mild.
“Masih kak.” jawab Tawan dengan senyumannya.
“Tawan!!! Apa kabar anak manis?“
Suara Mild membuat senyuman Tawan semakin lebar. Lelaki itu menerima uluran tangan Mild saat menyapanya, “Baik kak Mild. Kakak sendiri apa kabar?”
“Great! Apalagi kalau ngeliat pasusu suka muncul di timeline menyebarkan benih-benih cinta.” goda Mild pada Tawan.
Tawan merasakan pipinya memanas, pasusu yang dimaksud sudah pasti dirinya dan Joss. Karena diantara mereka semua, hanya dirinya dan Joss yang sudah menikah.
“Kak Mild mahhhh.” Tawan tanpa sadar merengek pada Mild yang saat ini terkekeh sambil mengusap rambut Tawan.
Tawan sangat menggemaskan, Mild sangat ingin memiliki adik laki-laki, maka saat melihat Tawan yang masih begitu muda dan masih polos membuatnya selalu ingin mencubit dan memanjakan lelaki itu.
“Te, udah berapa lama Joss di dalem? Kamu juga gak ikutan?” kali ini Bright yang bertanya pada Tawan.
Tawan mengusap lehernya dengan malu karena semua mata saat ini terpusat padanya, “Udah dua jam kak. Kata kak J aku di luar dulu aja soalnya ini sesi pertama. Dia mau sendiri. Mungkin mau explore perasaannya sendiri dulu kali ya kak? Jadi aku nunggu disini deh.”
“Oh iya sih. Dulu pas pertama konsultasi juga dia masuknya sendiri.” sahut Luke ikut dalam obrolan Bright dan Tawan.
Suara pintu terbuka mengalihkan pandangan mereka semua. Joss keluar dengan senyuman letih yang terbit di wajah tampannya.
Tawan yang pertama kali bangkit dan berjalan ke arah Joss, “Kak J...” bisik Tawan sebelum lelaki kecil itu berjinjit dan menarik Joss ke dalam pelukan hangatnya.
Joss tentu terkejut, namun lelaki tinggi itu menumpukan kepalanya pada bahu Tawan, memeluk pinggang Tawan dengan erat. Mencoba merasakan seluruh kenyamanan yang diberikan Tawan untuknya.
“Kak J, you did well!!!” bisik Tawan pada telinga Joss.
Joss hanya mengangguk dan mengeratkan pelukannya pada Tawan, “Thank you.”
Mereka berpelukan cukup lama, tidak memperdulikan orang-orang disekitar mereka termasuk teman-teman Joss yang saat ini sibuk mengambil gambar keduanya.
“Jadi ini mah kita dapet motor sama liburan.” canda Kayavine yang dibalas toyoran keras dari Mild.
“Eh tapi gak serius minta ke Joss kan?” bisik Luke pada teman-temannya.
Kali ini Luke mendapat toyoran keras dari Mild, Bright, dan Kayavine,
“Ya engga lah anjir. Bercanda doang itu biar semangatin si Joss.” sahut Bright.
“Lagian ngapain minta sama dia, gue punya uang sendiri lah.” ucap Mild dengan sombong.
Mereka tertawa dengan heboh tanpa menyadari bahwa pasangan yang tadi sedang berpelukan sudah melepas pelukan mereka.
“Lu pada ketawain apaan dah?” tanya Joss dengan heran.
Luke dan Kayavine berlari ke arah Joss dan memeluk lelaki itu dengan erat, Joss tidak sempat mengelak pelukan dari teman-temannya.
Mild dan Bright menyusul mereka bertiga dan ikut berpelukan bersamaan. Tawan sendiri sudah melepaskan genggaman tangannya pada Joss dan berpindah tempat agak jauh demi memberikan ruang untuk Joss dan teman-temannya.
“Ngapain sih... Berat Woy.” keluh Joss merasakan semua teman-temannya memeluknya begitu erat.
“Ini namanya friends support.” sahut Kayavine.
Joss akhirnya pasrah menerima pelukan semua temannya, senyumannya tidak pernah luntur sejak tadi ia mendaratkan pandangannya pada teman-temannya yang mengelilingi Tawan. Padahal ia sudah mengatakan pada mereka untuk tidak usah datang jika memang sibuk, namun lihatlah mereka sekarang. Datang ke sesi pertama konsultasinya dan memeluknya dengan erat.
“Thank you.” ucap Joss pada teman-temannya.
Mild memukul Joss dengan wajah yang menahan tangis, “Gausah thanks thanks deh lo. Kayak sama siapa aja. We are here for you, jangan ngerasa sendirian pokoknya harus bebas dari kutukan masa lalu oke?” ucap Mild dengan semangat.
Joss mengelus rambut Mild dengan hangat, lelaki itu melirik Tawan yang saat ini tersenyum ke arah mereka, “Bantuin lepasin.” pinta Joss tanpa suara.
Tawan menggeleng, “Lucu banget. Kayak bapak-bapak lagi reuni.” balas Tawan dengan jahil.
Joss mendengus melihat tingkah jahil Tawan. Ia sangat bersyukur bahwa dirinya dikelilingi orang-orang yang menyayanginya dengan tulus.
Joss melirik teman-temannya yang masih betah memeluknya, “Udahan? Pegel banget ini gua? Badan gua aset negara ini.” ucap Joss yang dihadiahi pukulan main-main dari Luke.
Mereka semua melepas pelukannya pada Joss dan tersenyum dengan lebar.
“Nah karena udah bisa ngelewatin sesi pertama dengan baik, gimana kalau makan-makan? Semuanya ditraktir Joss yeay!” Mild berucap dengan cukup keras.
Joss mengerjapkan matanya saat teman-temannya bersorak kegirangan, siapa? Siapa yang membayar?
“Gua?” tanya Joss memastikan.
“Iya elu! Benerkan little te?” kali ini Luke menjawab sekaligus bertanya pada Tawan meminta dukungan.
Joss menutup bibir Luke secepat kilat, “Apa apaan lu pake little te segala? Tawan namanya Tawan.” ucap Joss dengan alis bertaut kesal.
Luke melepaskan telapak tangan Joss pada bibirnya dan menampilkan cengiran lebarnya, “Peace bos...”
Tawan sendiri sudah merasakan panas di kedua pipinya, tidak bisa merespon dengan cepat kejadian yang baru saja terjadi. Saat ini dia meyakini satu hal, bahwa namanya adalah Little Te. Dia akan meminta bundanya untuk mengganti namanya nanti.
“Gimana Tawan? Ditraktik Joss kan?” Kayavine mengulang pertanyaan Luke dengan senyuman tampan yang terpasang diwajahnya.
Tawan mengerjap merasakan pesona salah satu Teman Joss yang luar biasa tampan. Ia baru menyadari sekarang bahwa teman-teman Joss semuanya memiliki paras diatas rata-rata. Sangat begitu tampan dan cantik.
“E-eh.” jawab Tawan terbata.
Joss mendengus melihat Tawan yang memerah hanya karena ditanya oleh Kayavine, bisa-bisanya Tawan terpesona oleh temannya?
Joss menggeser posisinya berdiri di depan Kayavine, menutupi temannya itu dari pandangan sang suami.
“Lu ngapain sih anjir? Gua lagi ngomong sama suami lu.” protes Kayavine saat tubuhnya terhalang oleh tubuh besar Joss.
Mild yang hanya memerhatikan sejak tadi terkekeh pelan, paham tabiat temannya yang sedang merasakan cemburu itu.
“Dah dah ayo. Dibayarin Joss pokoknya. Karena ada dua mobil terus Joss kayaknya masih agak lemes buat bawa mobil jadi Tawan naik mobil gue bareng sama Bright, nah kalian bertiga bawa mobil Joss.” ucap Mild menunjuk ketiga temannya- Luke, Joss, dan Kayavine.
Joss menganga tidak percaya atas ucapan Mild, “Kok gitu?” protesnya.
“Ya begitu. Bright ayo. Tawan ayo.” Mild menarik Tawan untuk berjalan bersamanya. Merangkul lelaki kecil itu meninggalkan Joss yang masih mencoba protes atas keputusan Mild.
Joss berlari kecil mencoba mensejajarkan jalannya dengan kedua orang tersebut, “Litte Te, sama aku aja yuk?” pinta Joss memelas.
Tawan melirik Mild yang mengerlingkan mata padanya, ia menggenggam tangan Joss dengan lembut, “Aku sama kak Mild dulu ya kak J? Kata kak Mild dia mau jajanin aku merch anime.” ucap Tawan dengan senyuman secerah mataharinya.
Joss mengerjapkan matanya, “Hah?” sahutnya tidak percaya.
“See you at Hanamasa kak J! Nanti nyusul ya. Minta kak Luke bawa mobilnya pelan-pelan. Dia bawa aset negara tuh.” Tawan melepaskan pegangannya pada Joss dan melambaikan tangannya dengan semangat.
Joss berhenti hanya untuk mencerna kejadian yang baru saja di alaminya. Apakah dia baru saja dijadikan pilihan kedua hanya karena sebuah merch anime?
Bright menepuk pundak Joss dan tertawa dengan keras, “Sabar bro. Yok yang semangat jangan menyerah.” Lelaki tampan itu berlari menjauhi Joss setelah puas menertawakan sang temannya.
Sementara Kayavine dan Luke sudah tertawa terbahak-bahak melihat nasib temannya yang mengenaskan.
“Broooo hahaha.” ucap Luke sambil mencoba menghentikan tawanya.
“Merch anime nomor satu. Joss Wayar nomor dua. Keren banget dah Tawan. Orang tua lu kaga salah pilih bos.” kali ini Kayavine yang meledeki Joss dengan puas.
Joss mendengus pelan, suaminya sangat menggemaskan namun juga bisa menyebalkan disaat yang bersamaan.
Memikirkannya membuat Joss tertawa karena bisa-bisanya model dan CFO seperti dirinya diabaikan demi sebuah merch anime yang bahkan dia baru membelikannya untuk Tawan minggu lalu.
“Udah ah ayo. Takut suami gua dipengaruhi oleh Mild.” Joss menarik Luke dan Kayavine bersamanya.
Hari ini hari yang cukup berat, namun Joss yakin dia bisa melewatinya dengan mudah karena dukungan penuh dari teman-temannya dan juga suaminya. Mereka akan terus menemani Joss melangkah perlahan hingga mencapai kebahagiaan yang sesungguhnya.
Seperti yang dokter Fah katakan padanya tadi,
“Never forget: How far you've come. Everything you have gotten through. All the times you have pushed on even when you felt like you couldn't. All the mornings you got out of bed no matter how hard it was. All the times you wanted to give up but you got through another day. Never forget how much strength you have learned and developed.”
Joss baru menyadarinya setelah konsultasi kali ini bahwa sesungguhnya, We don't “get over” or “move on” from our trauma. We are forced to make space for it. We carry it. We learn to live with it. And, sometimes we thrive in spite of it.
and for the first time in his life, he believed that everything would be alright.
Note: YEAYY menuju akhir nikah muda. Tinggal 2 kali narasi dan kita akan say goodbye sama pasusu ini 😁 thank you buat semuanya yang udah nungguin terus selama hampir satu tahun ini! See you di 2 narasi terakhir.