Josstay: Nikah Muda

Nothing happened

Joss menekan bel apartment Luke yang menjadi tujuannya menghabiskan waktu saat ini. Sebenarnya bisa saja dia pergi ke kantor untuk bekerja tapi ayahnya melarangnya pergi bekerja karena beliau memberikan Joss cuti selama seminggu.

Pintu terbuka menampilkan Luke yang masih terlihat berantakan dengan kaos dan boksernya.

“Jelek amat lu.” Ucap Joss memperhatikan temannya itu.

“Brengsek. Masuk gak?” Umpat Luke.

Joss masuk dan langsung menuju dapur untuk mengambil cemilan yang dimiliki temannya itu.

“Ngapain sih anjir lu ke tempat gua. Abis dah makanan gua.” Protes Luke.

Joss mengabaikan Luke dan membawa banyak cemilan Luke ke ruang tamu dan mendudukkan dirinya disana dengan nyaman.

“Kenapa muka lu suntuk banget? Sumpah Joss masih pagi jangan bikin gua pusing.” Keluh Luke, lelaki itu duduk di samping Joss dan memejamkan matanya dengan malas.

“Masa tadi gua cium kening Tawan di publik.” Cerita Joss.

Luke yang terkejut langsung menegakkan tubuhnya dan menatap Joss dengan pandangan penasaran.

“Cium kening?” Tanya Luke memastikan.

“Iya. Aneh banget gak sih?” Tanya Joss.

Luke menggigit pipi bagian dalamnya, menahan tawa yang sebentar lagi keluar dari bibirnya. Kenapa lelaki ini baru sadar bahwa dirinya aneh? Padahal sejak sebelum menikah dia juga sudah berperilaku aneh, seperti orang yang jatuh cinta.

“Aneh gimana maksud lu?” Tanya Luke setelah berhasil menahan tawanya.

“Ya aneh?” Jawab Joss.

Luke melempar bantal ke wajah Joss dengan rasa kesal yang mulai terlihat, “Maksud gua deskripsiin rasanya goblok.”

“Maksudnya gua bingung aja kenapa gua harus cium kening dia? Gua kayak ngelakuin hal tanpa pikir panjang gitu dah Luke. Kemarin juga masa gua kekanakan banget pake ledekkin dia gitu masih pagi. Apa ini syndrome pagi gua ya jadi sedikit aneh.” Jelas Joss dengan mata yang menerawang mengingat perilaku anehnya sejak kemarin.

“Lu udah berapa kali jatuh cinta dah Joss.” Tanya Luke tiba-tiba.

Joss sedikit terkejut atas pertanyaan Luke yang tiba-tiba, “Gak tau. Berapa kali dah Luke?” Tanya Joss balik.

Luke berpikir, semenjak berteman dengan Joss. Lelaki itu hanya punya pacar dua kali namun dalam jangka waktu yang panjang. Selain itu Joss hanya dekat dengan banyak orang tanpa status yang jelas.

“Waktu sama Saint, rasanya sama gak kayak pas sama Tawan?” Tanya Luke hati-hati.

Joss menoleh ke arah Luke dengan wajah masamnya, Luke yang ditatap seperti itu hanya menampilkan cengirannya.

“Sorry sorry gak pake warning dulu bawa-bawa mantan. Tapi on serious note gua nanya, rasanya sama gak kayak pas dulu?” Tanya Luke lagi.

“Dulu gua kayak gimana kalau jatuh cinta. Gua sendiri lupa.” Balas Joss datar.

Luke meringis mendengar intonasi jawaban Joss, harusnya dia memang tidak mengungkit masa lalu suram lelaki itu. Kalau seperti ini Luke butuh Bright dan Mild untuk menangani Joss.

“Bocah pada tau gak lu kesini? Kalau pada free suruh kesini aja main ps bareng.” Ucap Luke mengalihkan obrolan mereka.

Joss hanya mengendikkan bahunya dan mengambil snack terdekat darinya dan mulai memakannya tanpa banyak bicara lagi.

Luke mengambil ponsel dan mengirimkan pesan pada temannya untuk datang ke apartmentnya, Luke juga mengirimkan pesan pribadi pada Mild bahwa dirinya tidak sengaja membawa mantan kekasih Joss pada obrolan mereka.

“Lu disini sampe sore kan? Nungguin Tawan pulang kuliah?” Tanya Luke memecah keheningan yang terjadi.

“Nanti siang mau ke kampusnya lagi, gua janji makan siang bareng. Nanti ikut aja.” Balas Joss tanpa menoleh ke arah Luke.

Luke menggaruk lehernya dengan canggung, “Yaudah gua mandi dulu. Kalau ada yang dateng paling bocah-bocah, tadi udah gua pada suruh kesini.”

“Oke.”

Luke memutuskan untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, matanya melirik Joss yang masih memasang wajah datarnya. Obrolan tentang masa lalu Joss memang selalu menjadi topik sensitif bagi lelaki itu.

Jika dilihat dari reaksi yang diberikan oleh Joss, Luke yakin kalau lelaki itu belum menceritakan apapun tengang kisah percintaannya pada Tawan, dan mungkin tidak akan pernah menceritakannya.

Joss bukanlah orang yang suka membicarakan masa lalu, lelaki itu juga tertutup. Jika disuruh bercerita, Joss biasanya hanya akan menceritakan seputar pekerjaannya, hobi, ataupun teman-temannya pada pasangannya.

Tidak lama setelah Luke masuk ke dalam kamar suara bel apartment berbunyi, Joss dengan malas bangkit untuk membuka pintu.

Dilihatnya Bright dan Kayavine datang bersamaan. Mereka menampilkan paper bag berlogo starbucks.

“Buset pagi-pagi muka lu suntuk aja, gak ada ciri-ciri muka abis nikah dah.” Komentar Kayavine saat melihat Joss yang membuka pintu dengan wajah datar.

Joss hanya mendengus dan mempersilahkan kedua temannya untuk masuk, “Cepet banget lu pada udah pada punya firasat gua bakal ke tempat Luke apa gimana.” Ucap Joss.

“Gua tadi mau ke agensi mau ngecek jadwal terus pas disuruh Luke kesini yaudah gua puter balik. Jadwalnya dikirim via email aja gua bilang ke manager gua gitu.” Cerita Bright.

Joss menaikkan alisnya sebagai tanda bahwa dirinya bertanya pada Kayavine.

“Apartment gua sama Luke deket anjir lagipula gua kan emang morning person jadi cepet lah.” Ucap Kayavine.

“Lo sendiri ngapain?” Tanya Bright basa basi.

“Cuti gua sekalian nungguin Tawan balik kuliah nanti.” Jawab Joss.

“Kenapa gak ngambil job aja?” Tanya Kayavine.

“Dikosongin juga sama bokap gua, lagi kalau gua ambil sekarang job gua ke luar kota, kasian amat anak orang gua tinggal.” Jelas Joss.

Bright dan Kayavine mengangguk mengerti, mereka memutuskan untuk menghidupkan televisi sambil memakan cemilan untuk membunuh waktu.

Bright menyadari bahwa mood temannya itu sedang tidak terlalu bagus jadi dirinya memilih untuk melakukan hal lain, menghindari suasana semakin suram.

Setelah 10 menit berlalu, Luke akhirnya menampakkan diri dengan rambut yang masih basah dan handuk yang tersampir di bahunya.

“Asik udah pada dateng, giliran main ps aja lu pada gercep banget.” Sindir Luke pada kedua temannya yang masih asik makan.

“Oh iya dong.” Balas Kayavine memeletkan lidahnya Luke.

Luke hanya terkekeh dan mengambil minuman bersoda untuk kedua temannya itu, “Bright rapi amat lu kayak mau ke lokasi.” Ucap Luke melemparkan kaleng cola pada Bright dan Kayavine.

“Iya tadi mau ke agensi gua.” Jelas Bright lagi.

Luke hanya mengangguk dan duduk di sofa yang tepat disamping Joss. Luke melirik Joss yang fokus menonton film yang sedang diputar.

Bright bertanya pada Luke melalui tatapan matanya, Luke hanya menyengir dan mengirimkan pesan kepada Bright terkait pembicaraannya dan Joss beberapa saat yang lalu.

Bright menghela nafasnya perlahan dan memijat batang hidungnya dengan lelah, “Jadi Joss, lo mau tau gimana dulu lo pas pacaran sama Saint?” Tanya Bright tanpa basa basi.

Luke menipiskan bibirnya dan mengumpat dalam hati atas ucapan Bright yang tanpa basa-basi, bukan hanya Luke namun Kayavine juga menghentikan kegiatannya memakan cemilan dan menatap Bright dengan pandangan horrornya.

Joss langsung menatap Bright tepat dimata, bertanya pada lelaki itu maksud dari pertanyaannya karena pembicaraan terkait masa lalu sudah Joss anggap berhenti sejak Luke masuk ke dalam kamarnya.

“Maksud lu apa?” Tanya Joss datar.

“Kenapa muka lo suntuk?” Tanya Bright balik.

“Mikirin mantan lo itu apa gimana?” Tanya Bright tanpa memberikan Joss waktu untuk menjawab.

“Gua gak mikirin dia, dan pembicaraan tentang masa lalu kayaknya harus berhenti sampe disini. Gua kesini buat main bareng kalian, bukan buat ngomongin masa lalu.” Jawab Joss sedikit emosi.

“Gimana waktu lo pacaran sama Saint? Lo menyedihkan. Lakuin apapun buat dia tanpa dapet balasan apa-apa. Kalau mau definisiin jatuh cinta, jangan definisiin waktu bareng Saint karena saat itu lo jatuh cinta sendirian, Joss Wayar.” Ucap Bright mengingatkan.

“Anjing.” Umpat Joss menatap Bright dengan pandangan marahnya.

“Gua tadi cuma nanya alasan gua ngerasa aneh ke Tawan dua hari ini. Terus temen lu ini tiba-tiba bawa-bawa Saint out of nowhere. Gua bahkan cuma bales satu kalimat, “Gimana gua dulu pas jatuh cinta karena gua lupa.”. Jelas Joss dengan kalimat penuh tekanan.

“Terus lu dateng tiba-tiba bawa Saint lagi, gua bahkan belum ngomong apa-apa anjing.” Teriak Joss pada Bright.

Bright memejamkan matanya dan memijat batang hidungnya, kepalanya bertambah pusing.

“Oke gua minta maaf.” Ucap Bright mengalah.

“Tapi serius, muka lo suntuk kenapa?” Tanya Bright lagi, kali ini dengan intonasi yang cukup bersahabat.

“Ya menurut lu kenapa?” Tanya Joss balik.

“Gara-gara Saint?” Kali ini Kayavine memutuskan untuk berbicara.

Joss menghela nafasnya, lekaki itu menepuk-nepuk lehernya dengan lelah, “Buat apa gua suntukkin dia anjing. Gua lagi mikir alasan gua aneh dua hari ini goblok.” Geram Joss pada teman-temannya.

Bright menipiskan bibirnya dan menatap Luke dengan tatapan kekesalan sementara Luke hanya menampilkan cengiran bersalahnya.

“Gua kira lu marah anjir Joss sama gua karena bawa-bawa Saint.” Ucap Luke pada Joss.

“Sekali lagi lu bawa nama dia, gua beneran marah.” Peringat Joss.

Luke mengangkat tangannya tanda menyerah, “Oke jadi lu kesini mau konsultasi gitu maksudnya?”

“Deskripsiin rasa aneh lu.” Perintah Bright.

“Ya aneh gimana sih anjing, apa yang mau di deskripsiin.” Jawab Joss dengan lelah.

“Ada kupu-kupu gak?” Kali ini Kayavine yang bertanya.

Joss mengerutkan dahinya dan bertanya, “Kupu-kupu di perut kayak kalau lagi jatuh cinta?”

“Iya” Jawab Kayavine, Bright, dan Luke serempak.

“Gak ada lah, gua cuma ngerasa aneh aja. Kemarin gua bertingkah kayak anak kecil, tadi juga gua cium kening dia gitu tanpa di rencanain. Apa gua kebawa umurnya Tawan?” Tanya Joss.

“Gua ngerasa lucu aja gitu sama si Tawan, terus nyaman aja kalau dideket itu anak. Rasanya apa ya, kayak pulang ke rumah?” Lanjut Joss.

“Tapi serius lo gak ngerasa ada kupu-kupu atau perasaan deg-degkan gitu?” Tanya Bright memastikan.

“Kaga anjing, udah gua bilang beberapa kali.” Ucap Joss dengan lelah.

Luke menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dia juga jadi merasa bingung. Apa benar Joss hanya menganggap Tawan sebagai adiknya? Tapi masa iya?

Sejak sebelum pernikahan Joss bertingkah seperti seseorang yang benar-benar sedang jatuh cinta. Saat itu Joss seringkali melakukan video call dengan Tawan sebelum tidur, Joss juga sering mengirimkan pesan pesan manis pada lelaki kecil itu dan jangan lupakan berbagai makanan yang dia belikan pada Tawan.

“Lu jangan bikin kita bingung juga dong...” Ucap Luke frustasi.

Joss hanya terkekeh dengan pelan, “Kan gua bilang. Lu pada kaga percaya pas gua bilang gua liat Tawan as adek doang.”

“Tapi yang di akun private lo? Yang lo bilang I love you” Tanya Kayavine.

“Ya itu gua jawab ucapan Tawan lah, kan dia bilang dia sayang gua. Gua juga bilang gua sayang dia. Siapa sih yang gak sayang anak lucu kayak gitu?” Jelas Joss.

“Lo kaya salting disitu.” Sangkal Bright.

“Bukan salting sih Bright, lebih kayak kaget aja. Soalnya Tawan gak cukup vokal kalau lagi berdua sama gua soal perasaan. Dia emang banyak ngomong tapi ya isinya kegiatan sama hal yang dia suka aja gitu. Makanya gua kaget pas dia bilang sayang itu. Wajar sih bilang sayang ke suami.” Jelas Joss lagi.

Bright hanya menampilkan senyuman samarnya, memang ada beberapa orang yang jatuh cinta tanpa merasakan tanda-tanda seperti kupu-kupu berterbangan di perut atau jantung yang berdetak berlebihan, pada kasus seperti itu biasanya orang itu sudah mendefinisikan hubungannya dengan orang lain secara kuat.

Dan Joss sudah mendefinisikan bahwa dirinya menganggap Tawan sebagai adik maka perasaan yang sedang tumbuh di dirinya terasa biasa saja, beberapa kali Joss akan merasakan aneh namun hal itu akan dilupakannya dalam beberapa hari.

“Berarti lo udah dapet jawabannya kan?” Tanya Bright.

“Apa?”

Bright menghembuskan nafasnya lelah, “Itu lo bertingkah aneh karena nyamain umur Tawan. Untuk urusan cium dia, mungkin lo ngikutin film atau apapun itu. Biasanya pasangan menikah gitu kan di film.” Bright memberikan kesimpulannya pada Joss.

Luke membulatkan matanya terkejut, kok Bright bukan menuntun Joss pada jalan yang benar?

“Maksud lo?” Ucap Luke tanpa suara pada Bright.

“Oh iya bener juga. Yaudah ayo main ps lah.” Ajak Joss pada teman-temannya.

Sementara itu Bright hanya mengendikkan bahunya pada Luke dan tertawa kecil, Kayavine sendiri sudah memisahkan dirinya dari ketiga temannya yang sedang ribut memikirkan permasalahan cinta. Sejak awal Kayavine sudah tau bahwa Joss memang bukan tipe orang yang jatuh cinta dengan cepat.

Joss selalu memerlukan waktu untuk jatuh cinta karena sekali lelaki itu jatuh cinta, dia akan memberikan segalanya untuk lelaki itu. Seperti yang dia lakukan pada saat bersama Saint dahulu.

Untuk itu daripada memaksa Joss untuk mengakui perasaan yang belum ada, lebih baik membantu Joss untuk membuka hatinya pada Tawan, karena Kayavine berani bertaruh bahwa lelaki kecil itu sudah jatuh cinta sedalamnya pada temannya, Joss Wayar.