Josstay: Nikah Muda

Everybody get hurt

tags: fear of love, mentioning bad past, manipulative ex, toxic relationship, guilt tripping, gaslighting, harsh words. please skip if you can't tolerate or take it.


Joss berdiri disana.

Ketika ia melihat punggung kecil yang berjalan menjauhinya mulai bergetar dan menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Joss masih berdiri disana.

Ketika lelaki kecil itu mulai menangis. Dia berdiri memperhatikan semuanya dengan pandangan kosong.

Dia mensugesti dirinya bahwa lelaki kecil itu tidak menangis, namun Tawan tetap disana. Berdiam diri mencoba menghentikan tangisannya.

“Bro you ok? Mau disusulin dulu?” Bright bertanya saat matanya mengikuti pandangan Joss.

“Gak. Gua telfon aja. Kalian duluan.” Suara Joss pecah saat menjawab ucapan Tawan.

Apa yang salah? Adakah kesalahan yang ia perbuat sampai lelaki kecilnya menangis dengan keras seolah-seolah dunia menjahatinya dengan begitu kejam?

Joss memutuskan untuk menelfon lelaki kecil itu. Dering telfon berbunyi dengan lambat, seolah mengejek keterbatasan Joss saat ini dalam merengkuh tubuh itu dalam pelukan hangatnya.

Kepalanya terus mengulang hal yang sama, apa Tawan memiliki masalah di kampus? Ataukah dia baru saja mengalami hal yang membuatnya kecewa? Atau apa? Dia tidak bisa berpikir dengan jernih. Punggung itu terlihat semakin menyedihkan.

Joss hampir saja melempar ponselnya saat melihat lelaki itu berjongkok seolah kehilangan kemampuan untuk menopang tubuhnya berdiri dengan tegak.

Suara lirih disertai isakkan menyambutnya saat ini, hati Joss berdenyut nyeri. Siapa yang sudah menyakiti lelaki itu hingga suaranya menggambarkan kesakitan yang sangat teramat dalam?

Joss memutuskan untuk bertanya namun tidak mendapatkan jawaban yang pasti, ia hanya mendengar Tawan menangis tanpa henti.

Tawan terus memanggil namanya tanpa henti, dia memanggil seolah dirinyalah penyebab utama tangisannya saat ini dan itu membuat Joss merasa tubuhnya kehilangan kekuatan.

Tawan terus menangis dan memanggil namanya sambil meminta maaf, meminta maaf untuk apa? janji yang mana? apa yang lelaki itu janjikan padanya?

Joss memijat pangkal hidungnya, kepalanya berdenyut nyeri, dia masih menatap Tawan dari kejauhan.

“Kak J”

“Kak J”

Suara lirih Tawan terus terus terngiang dalam kepalanya, dia pun tidak sempat berbicara karena Tawan terus mengulang-ulang permintaan maaf dan namanya.

Hingga ia mendengar Tawan menarik nafasnya dengan cepat, Joss menunggu dengan sabar dan suara Tawan kembali terdengar semakin lirih dan menyakitkan.

“Kak J. I'm sorry for falling in love with you more and more everytime.” Joss merasa dunianya berhenti sekejap. Falling in love? Joss merasakan disorientasi hingga ia harus berpijak dengan kuat agar tidak terjatuh.

Nafasnya tercekat. Tidak. Tidak. Tawan tidak boleh mencintainya. Tidak secepat ini. Tidak saat ini.

Joss ingin berteriak pada lelaki itu untuk berhenti mengucapkan apapun kalimat yang ia ingin sampaikan dan menyuruh lelaki itu untuk melupakan semuanya.

Genggaman pada ponselnya mengendur, namun Joss masih mendengar dengan jelas kalimat yang Tawan ucapkan.

“I'm sorry for loving you with all my heart and still searching for reasons to love you more and more. I'm sorry I can't keep my promise to not loving you. I'm sorry for loving you too much.”

Joss kehilangan kata-katanya, kepalanya rasanya akan pecah sebentar lagi. Tubuhnya bergetar, rasa takut itu menguasai tubuhnya. Joss ingin bersuara untuk menghentikan Tawan namun lidahnya kelu. Memori-memori lama yang disimpannya rapat-rapat kembali memasuki pikirannya.

“Please don't. Stop.” Bisik Joss tanpa suara.

Joss kembali mendengar suara Tawan yang saat ini terdengar lebih menyakiti hatinya, dialah penyebab lelaki itu menangis dengan keras, dialah yang membuat Tawan menangis seolah dunianya hancur.

Dia melakukannya lagi. Dia melakukannya lagi. Kalimat itu terus terulang dalam otaknya. Joss tidak bisa menghentikannya, dia tidak bisa menguasai pikirannya sendiri saat ini.

“I'm sorry for crying, I'm sorry. I'm sorry kak J. I try. I try to not loving you but it's hard. I can do anything but I can't pretend that I don't love you. Kak J, I'm sorry for falling in love with you.”

Cukup. Cukup. Joss ingin beteriak dengan keras saat ini. Ia mengalihkan pandangannya dari Tawan, matanya menatap Bright meminta pertolongan. Namun Bright tidak menangkap kode tersebut dan mempersilahkan Joss memiliki waktu lebih lama untuk menyelesaikan masalahnya dengan Tawan.

Tawan kembali memanggil namanya dengan cara yang paling Joss benci, dia memanggilnya seakan Joss satu-satunya pengharapan yang bisa menyelamatkannya saat ini, dan Joss membencinya karena ia tau bahwa dirinya tidak bisa menyelamatkan Tawan saat ini, tidak ketika dirinya sendiri tenggelam bersama lelaki itu.

Joss memejamkan matanya, menenangkan dirinya sendiri, Joss berdehem pelan agar suaranya tidak pecah, “Pesawatnya mau take off. Aku berangkat dulu. Take care.”

Joss tau. Dia lebih tau dari siapapun bahwa ketika kalimat itu terucap, ada satu hati yang hancur. Dia tau bahwa ada satu harapan yang pupus saat dia memutuskan untuk kembali berada di zona amannya.

Suara tangisan Tawan terdengar semakin keras, lelaki itu kembali mengulang permintaan maafnya. Joss mengigit bibirnya dengan keras, dengan ini dia mengerti bahwa keadaan mereka selanjutnya tidak akan sama lagi. Joss memilih melakukan hal ini agar Tawan tidak terluka lebih banyak lagi.

“Little T, don't love me.” Bisik Joss lirih. Joss mematikan sambungan telfonnya, matanya melirik Tawan yang saat ini terduduk dengan kedua tangan yang menutupi wajahnya.

“You don't have to hurt anymore. You're safe. I'm sorry.” Lirih Joss pada lelaki kecil yang masih berdiam ditempatnya dan menangis, menumpahkan semua kesedihannya ditengah keramaian.

Joss berjalan meninggalkan Tawan dengan langkah kaki berat, dia berjalan menjauh tanpa melihat Tawan. Berharap bahwa lelaki itu menemukan kekuatannya untuk berdiri dengan tegap sendiri, memiliki kekuatan untuk menyelamatkan dirinya sendiri, karena Joss tidak bisa melakukan hal itu, Joss tidak bisa menyelamatkan orang lain karena dirinya sendiri juga butuh diselamatkan.

Bright menatap Joss dengan pandangan menyelidik, tau bahwa temannya baru saja melakukan hal yang mungkin dapat disesalinya nanti, “Lo ngapain?” Bright bertanya dengan intonasi menyelidik.

Joss tidak memiliki tenaga untuk menjawabnya, dia hanya berjalan dengan tatapan kosong disebelah lelaki itu. Dia melakukannya lagi. Kalimat itu terus berputar bagai gasing dikepalanya, tidak berhenti mengingatkannya pada ketidakmampuan dirinya dalam mencintai orang lain.

“Samantha can we cancel everything?” Joss berbisik pada managernya saat mereka sudah masuk ke dalam pesawat.

Samantha menatap Joss dengan pandangan terkejutnya, namun ia menyadari bahwa sesuatu terjadi pada lelaki itu.

“Are you okay?” Tanya perempuan itu dengan nada khawatirnya.

“Dendanya gua bayar pribadi aja, but please cancel the photoshot.” Bisik Joss lagi.

“Mau balik sekarang?”

Joss menggeleng dan menyederkan tubuhnya dengan lelah, Bright yang memang masuk lebih lama hanya menatap mereka dengan pandangan bertanya. Samantha pamit untuk duduk dikursinya, Bright duduk disebelah Joss.

“What's wrong?” Tanya Bright.

“Bright I did it again. I'm the worst person.” Lirih Joss.

“What do you mean? Of course you're not the worst person.” Bright menyangkal dengan cepat.

“Bright I hurt him.”

“I hurt him. He's crying on the floor, because of me. That's all because of me. I broke him so bad.” Joss berbisik lirih.

Bright mengerutkan dahinya, “Your husband?”

Joss tidak menjawab, namun Bright dapat menyimpulkannya sendiri.

Pesawat mulai take off, Bright memilih untuk tidak membahasnya dalam critical eleven, dia membiarkan Joss terdiam di posisinya saat ini. Kepalanya mendadak pusing, dia membutuhkan Luke, Mild, dan Kayavine untuk menyusulnya dan memperbaiki Joss, seperti dulu.

“Joss? Joss?” Bright memanggil Joss.

dan Joss menatapnya dengan pandangan kosong, “I was scared, so I ran away. I broke his heart, he said he love me, he said he love me while crying, I was so scared and I told him not to love me.”

“And he cries quietly, his shoulders heaving up and down, his voice conveyed pain as if he had completely lost his world, Bright, I did it again right? I hurt him? I hurt him? It's all my fault.”

Bright membasahi bibirnya, mempersiapkan kalimat yang tidak akan membuat temannya semakin terjatuh, “No, you didn't do anything wrong, he will be fine, he may just be surprised but he will be fine later.”

Joss tidak menjawab, lelaki itu hanya terdiam dikursinya.

Bright ingat sekali, 2 tahun lalu ia dan teman-temannya pernah mengalami hal yang sama seperti saat ini. Joss dengan tatapan matanya yang kosong, dia dan teman-temannya membutuhkan waktu 1 tahun untuk membuat Joss kembali menjadi dirinya sendiri seperti belakangan ini.

Bright disana saat Joss mulai berpacaran dengan lelaki yang bernama Saint, Bright disana ketika temannya untuk pertama kalinya menangis di depan mereka semua, menangis terisak seperti kehilangan dunianya, persis seperti tangisan Tawan yang Joss deskripsikan beberapa saat lalu.

Kisah Joss bermula dari lelaki itu yang mengagumi seorang lelaki dengan paras menawan di kampus mereka, lelaki yang banyak menjadi incaran bukan hanya karena parasnya yang sempurna namun juga karena kepiawaiannya dalam berkomunikasi.

Saat itu usia mereka baru 18 tahun, Joss membutuhkan waktu selama satu tahun untuk mendekati Saint dan akhirnya ia berpacaran dengan Saint di akhir semester 3. Hubungan mereka berdua seperti hubungan yang lainnya pada awal masa pacaran, namun Bright tidak menganggapnya begitu, karena pancaran mata yang diberikan oleh Joss berbeda dengan pancaran mata Saint.

Joss melihat Saint penuh dengan pemujaan, seakan-akan Saint adalah hidupnya sendiri. Dia benar-benar jatuh cinta sedalam-dalamnya pada lelaki itu, sementara Saint- ia hampir tidak pernah menatap Joss dengan pemujaan seperti yang Joss lakukan untuknya. Joss bahkan melakukan apapun untuk membuat Saint bahagia, dia memberikan seluruh waktu dan hatinya untuk lelaki itu.

Mereka berpacaran selama 1 tahun 8 bulan, dan Joss benar-benar buta akan segalanya. Ia selalu bercerita pada teman-temannya bahwa ia bahagia, sangat bahagia. Joss bahkan mengatakan bahwa Saint adalah yang terakhir, namun saat itu Saint tidak berpikiran hal yang sama.

Saint jatuh cinta pada orang lain, namun dia tidak berterus terang pada Joss. Lelaki itu memutar cerita dan mengatakan bahwa Joss- lah penyebab hancurnya hubungan mereka. Saint mengatakan bahwa cintanya Joss untuknya terlalu dalam untuknnya, itu menyakitinya, membuatnya sesak, dan membatasi ruang geraknya. Saint mengatakan ia muak, ia ingin bebas, ingin menghidup udara dengan bebas tanpa rasa sesak di dadanya.

Saint bahkan berkata seharusnya Joss tidak usah mencintainya karena dia hanya terluka ketika dicintai oleh Joss, dia menyesal bahwa Joss-lah yang menjadi kekasihnya, Joss-lah yang mengambil hatinya dan pada akhirnya membuatnya terluka.

Mereka putus dengan tidak baik, Joss hanya terdiam saat Saint berteriak padanya, lelaki itu mendengarkan semua perkataan Saint dan menyimpannya di pikiran dan hatinya. Bahkan Saint saat itu memutuskan Joss di keramaian, ada teman-teman Joss. Mild bahkan hampir maju untuk menyerang Saint.

Kejadian tidak terduga itu mengubah hidup Joss secara keseluruhan. Joss yang pada mulanya hanya terdiam, dia menangis saat teman-temannya membawanya pulang. Lelaki itu mengucapkan kata-kata yang sama- berulang kali bahwa semua adalah salahnya, dia melukai Saint sampai lelaki itu muak dan pergi meninggalkannya.

Bright, Luke, Mild, dan Kayavine sudah berulang kali mengatakan bahwa itu bukan kesalahannya, namun saat itu Joss terlalu terluka untuk mendengar nasihat teman-temannya. Setelah beberapa bulan sejak kejadian itu, Joss mulai terlihat baik-baik saja, dan teman-temannya mensyukuri hal tersebut.

Namun itu hanyalah awal mula dari kehancuran Joss, lelaki itu memendamnya sendirian, dia tidak pernah bercerita tentang apapun lagi sejak saat itu, Joss mulai terlihat berbeda ketika ada seorang lelaki mendekatinya dalam konteks hubungan romantis, Joss terlihat memucat, lelaki itu berkali-kali mengulang hal yang sama “don't love me, you'll get hurt.”

Joss bahkan pernah berteriak kepada seseorang yang menyatakan perasaan padanya, ia memaksa lelaki itu untuk melupakannya, untuk tidak mencintainya, untuk mencari lelaki lain.

Bright dan yang lainnya mulai menyadari hal yang aneh, Joss ketakutan, dia ketakukan ketika dicintai, ia takut nantinya cinta yang dimilikinya akan menyakiti orang lain, seperti ia menyakiti Saint. Sejak saat itu Joss membatasi dirinya, ia berusaha sebisa mungkin untuk tidak mencintai orang lain, ia berusaha sebisa mungkin agar orang lain tidak mencintainya, semua itu ia lakukan agar orang lain tidak terluka, ia terlalu melindungi orang lain sampai ia tidak menyadari bahwa ia malah menghancurkan dirinya sendiri.

Joss menghancurkan dirinya sendiri sampai dibatas bahwa ia tidak menyadari bahwa dirinya-lah yang sebenarnya memerlukan pertolongan.

Bright, dan yang lainnya memutuskan untuk membawa Joss menjalani terapi saat itu karena ketakutannya akan komitmen dan rasa cinta sudah melebihi batas normal. Setelah 1 tahun terapi, mereka kira mereka berhasil, karena saat pertama kali Joss mengatakan bahwa ia dijodohkan, Joss terlihat biasa saja, mereka bahkan bertanya secara terus menerus untuk memastikan temannya baik-baik saja, dan Joss menjawabnya dengan penuh keyakinan hingga mereka membuat kesimpulan bahwa terapi yang dijalaninya berhasil.

Joss sudah berhasil mengatasi ketakutannya, dia berhasil membiarkan orang lain masuk ke dalam hidupnya dalam hubungan romantis, dia bahkan mulai bercerita dan kebingungan akan tindakan yang dilakukannya secara tidak sadar kepada suaminya, seperti menciumnya, dan memeluknya. Di hari pernikahan pun mereka melihat Joss baik-baik saja, tidak ada rasa takut atau bergetar saat lelaki itu mengucapkan janji pernikahan mereka.

Bright bahkan mendengar cerita Metawin bahwa Joss sudah melakukan hubungan intim dengan suaminya, mereka benar-benar percaya bahwa Joss sudah berhasil mengatasi ketakutannya sendiri dan mencoba membuka hatinya untuk suaminya.

Namun mereka salah, karena saat ini Joss kembali seperti Joss beberapa tahun lalu, Joss yang ketakutan akan cinta yang dimilikinya sehingga ia menyangkal dan mendorong orang lain menjauh, agar orang lain tidak terluka karena cintanya, dan Joss yang kembali mengatakan pada orang lain untuk tidak mencintainya.

Dan kali ini lebih akan rumit, karena orang yang mencintainya saat ini adalah pasangan hidupnya, Bright dan yang lainnya mungkin harus berusaha lebih keras kali ini, karena bukan hanya Joss yang hancur, namun pasangan hidupnya juga ikut merasakan efek dari hancurnya lelaki itu.


DISCLAIMER:

this is a fanfiction, everything set in this story is to support the plot, characters, and conflict. any event that occurs in this story HAS NO relation to the real persons or places mentioned.

please don't hate someone who is the antagonist role here, if you want to qrt or talk about it or, please censor their name and don't talk bad about them. I remind you once again that this is just a fiction.

thank you. zeora x.