Josstay: Nikah Muda

Scene Two – Happier than Ever

Domestic!Josstay. i'm sorry for typo(s)


Joss dan Tawan akhirnya kembali ke apartment mereka setelah 2 jam berkeliling dan berbelanja keperluan rumah. Mereka sepertinya terlalu banyak berbelanja karena saat mencoba membawa belanjaan sekaligus, mereka kesulitan dan membutuhkan bantuan satpam untuk meminjamkan mereka troli yang biasa digunakan untuk mengangkut paket-paket penghuni apartment.

Tawan menyandarkan tubuhnya di sofa sambil memperhatikan kardus dan shopping bag mereka. Bahkan mereka harus menggunakan kardus untuk membungkus belanjaan mereka karena shopping bag yang dibawa Tawan ternyata tidak cukup untuk membawa seluruhnya.

“Kayaknya belanjanya kebanyakan gak sih kak? Ini rasanya mau ngadain pesta 7 hari 7 malem.” komentar Tawan saat melihat belanjaan mereka lagi dan lagi.

Joss yang berjalan keluar dari dapur dengan sebotol air mineral dingin terkekeh kecil, “Gapapa. Bisa buat 2 bulan atau lebih kan? kalau sayurnya mah pasti sebelum ganti bulan juga abis.” jawab Joss dengan santai.

Lelaki tinggi itu memberikan air mineralnya pada Tawan yang diterima Tawan dengan cengiran lebarnya.

“Thank you kak J.” Tawan menegak air mineralnya dengan rakus.

Joss hanya terkekeh melihat betapa hausnya sang suami. Padahal mereka hanya menambah perjalanan ke meat market dan ke IKEA untuk membeli banyak box akrilik untuk menyimpan sayuran dan buah, itu juga merupakan permintaan Tawan karena ia ingin membuat video tiktok tentang refill my refrigator.

“Hah!!! Seger banget.” komentar Tawan saat ia berhasil menghabiskan satu botol air mineral ukuran sedang.

“Sekarang mari kita beresin belanjaan!!! Kak J, Are you ready???” Tawan bertanya dengan botol air mineral yang ia arahkan pada Joss seakan botol itu adalah mikrofon.

Joss menaikkan alisnya dengan ekspresi bertanya, “Kata siapa aku bantuin? Aku mau kerja ini.” sahut Joss dengan intonasi jahilnya.

Tawan menganga mendengarnya, lelaki manis itu bangkit dan melakukan protes dengan suara keras, “KOK GITU??? KAN JANJINYA TADI MAU BERESIN BARENG?”

Joss tidak bisa menahannya, ia berjalan dengan cepat ke arah Tawan dan menarik lelaki itu masuk ke dalam pelukannya, “What are you being cute for????” ucap Joss dengan suara tertahan. Ia memeluk Tawan dengan erat, menggoyangkan badan Tawan ke kanan dan ke kiri dengan riang.

Tawan yang terkejut dipeluk tiba-tiba tidak bisa berbuat hal lain selain balik memeluk Joss tak kalah eratnya, “Ih ngapain sih kok peluk-peluk?” tanya Tawan dengan suara yang teredam.

“Gemes. Kalau digigit pipinya nanti aku kena amuk lagi, mending dipeluk aja kan?” sahut Joss.

Tawan memutar bola matanya, “Modus kan? Bilang aja modus??”

Joss kembali tergelak, “Modus darimana? Ini lho emang gak boleh peluk?”

“Ya boleh. Tapi ini pasti sogokan free pass biar gak bantuin beresin kan?” tuduh Tawan lagi.

Joss semakin tertawa dengan keras, “Dipeluk kok malah dituduh jelek-jelek. Ngambek ah?”

Tawan akhirnya tertawa mendengar ucapan Joss, “Mana ada mau ngambek bilang-bilang dulu? Ngaco.”

“Ada nih.” sahut Joss ketus.

Tawan melepaskan pelukan mereka, “Hadah hadah. Tukang ngambek.” ejeknya.

Joss tertawa melihat ekspresi mengejek Tawan yang sangat lucu. Mereka berdua akhirnya tertawa bersama atas tingkah laku aneh mereka,

“Udah ah kak J, nanti gak selesai-selesai beresin belanjanya.” ucap Tawan disela Tawanya.

Joss mengangguk mengiyakan, lelaki itu menarik nafas mencoba menghentikan tawanya.

“Oke ayo.” ajak Joss saat tawanya sudah berhenti sepenuhnya.

Tawan mengerling dan menatap Joss dengan riang, “Kak J, beresin kulkasnya dulu. Kan masih ada isinya tuh? Dikeluarin terus dibuang. Terus kak J lap-lap biar bersih. Aku cuci box akrilik biar bisa dipake.” ucap Tawan.

Joss mengangguk, lelaki itu membawa box akrilik yang mereka beli ke dapur. Tawan berjalan mengikuti Joss dengan membawa daging dan frozen food yang baru mereka beli untuk disimpan di kulkas duluan.

Joss meletakkan box akrilik di wastafel, sementara Tawan menyerahkan belanjaan yang dibawanya pada Joss, “Masukin ya kak? Biar gak basi kalau disuhu ruangan.”

Joss menerimanya dan mulai merapikan kulkas mereka. Lelaki itu mengeluarkan sisa sayuran yang sudah layu dan juga botol-botol minuman yang sudah diminum namum tidak habis.

“Little T, tolong buangin isisnya dulu.” pinta Joss.

Tawan menerima botol minuman dan membuang isinya, lelaki manis itu lalu memasukan botol-botol tersebut ke tempat sampah non-organik yang tersedia di apartmentnya. Tawan dan Joss memang membedakan tempat sampah di apart mereka menjadi tempat sampah organik dan non-organik. Hal itu mereka lakukan agar pengelolaan sampah dilakukan dengan baik dan memudahkan para pengelola memisahkan sampah basah dan sampah kering.

Setelah seluruh bekas botol minuman sudah terbuang dan habis, Joss mulai melepaskan kontainer-kontainer di kulkas untuk ia cuci dan bersihkan.

“Kak J sini sekalian aku yang cuci. Terus ini aku cuci siram pake air panas gak kak J?” ucap Tawan saat dirinya sudah menyelesaikan mencuci box kontainer akrilik yang mereka beli.

Joss melirik Tawan, “Siram aja sekali kali ya? Biar bakterinya ilang. Kamu masak air panasnya dulu aja. Biar kontainer kulkasnya aku yang cuci.”

Tawan mengerjapkan matanya, “Eh pake air shower aja gak sih kak J? kan bisa air hangat.” tanya Tawan polos.

Joss ikut mengerjapkan matanya bingung, “Emang bisa?”

“Eh? Gak tau? Bisa kayaknya?” Tawan menampilkan cengirannya.

Joss mengacak rambut Tawan, “Gak usah aneh-aneh deh. Masak air aja mending lebih terjamin.” kekeh Joss.

Tawan mencebikkan bibirnya namun tetap melakukan yang dipinta Joss, lelaki itu mengambil ketel lalu mengisinya dengan air untuk dimasak. Joss sendiri mulai mencuci kontainer kulkas di wastafel.

Tawan memperhatikan Joss tanpa berkedip, bibirnya menyunggingkan senyuman manisnya, Joss hanya memakai baju rumahan namun auranya sebagai seorang model begitu terpancar dengan jelas. Proporsi tubuh Joss sangat sempurna, Tawan kerap kali merasa iri karena ingin memiliki tubuh sempurna seperti milik sang suami.

Ingatan tentang malam pertama mereka tanpa izin masuk ke dalam pikiran Tawan, Tawan merasakan pipinya memerah karena walaupun sudah lama terjadi namun ia masih mengingat jelas bagaimana tubuh Joss berada diatasnya saat itu.

Tawan berdeham pelan, wajahnya memerah karena malu. Rasanya saat ini udara terasa sangat panas. Tawan melirik kulkas yang terbuka dengan lebar. Lelaki itu berjalan cepat ke arah kulkas dan berdiri di depannya agar mendapatkan udara dingin dari kulkas.

“Bodoh bodoh.” Gerutu Tawan pada dirinya sendiri.

“Kamu ngapain?”

Suara Joss yang terdengar sangat dekat mengagetkan Tawan. Tawan berbalik dan menemukan Joss sudah berada dibelakangnya, “Hehehe ngadem kak J, panas banget ya hari ini?”

Joss menatap Tawan dengan tatapan menyelidik, “Oke? Ke kamar dulu aja ngadem. Tadi aku gak matiin AC kamar kok.”

Tawan mengangkat tangannya memberikan gestur tidak, “Gak usah. Tuh airnya udah mateng aku mau siram box containernya dulu.”

Tawan berjalan kembali ke ketel yang sudah berbunyi menandakan air yang ia masak sudah matang. Tawan membawa ketel itu ke arah wastafel dan menuangkan airnya ke dalam box akrilik yang baru ia beli dengan perlahan.

“Panas panas!!” bisik Tawan pelan namun tetap menyelesaikan pekerjaannya. Setelah masing-masing box akrilik sudah terendam air panas. Tawan meletakkan ketelnya agak jauh dari jangkauan agar tidak ada yang terkena panas yang tersisa di ketel itu.

Tawan melirik Joss yang sudah selesai memasang kembali kontainer-kontainer di kulkas.

“Udah?” tanya Joss.

“Udah. Ayo beresin belanjaannya. Dipisah mana yang mau dimasukin di kulkas mana yang disimpen di rak.” ujar Tawan.

Joss mengangguk dan mereka berdua kembali ke ruang tamu untuk merapikan kardus dan belanjaan mereka, tak lupa Joss juga membawa cutter untuk membuka kardus belanjaan.

Tawan duduk dan menyamankan dirinya, Joss juga menghidupkan televisi dan mengaktifkan fitur spotify di smart tv mereka agar apartment tidak terlalu hening.

“Mana playlist kamu?” tanya Joss.

Tawan mengigit bibirnya pelan, playlist spotifynya kebanyakan playlist lagu warnet khas anak jaman sekarang, jikapun ada buatannya sendiri itu pasti berisi ost anime yang ia tonton, “Kayaknya playlist kak J aja deh.”

“Emang kenapa?” tanya Joss penasaran.

“Playlist aku... playlist warnet kak J.” jawab Tawan dengan malu.

“Hah? Playlist warnet?”

Tawan tersenyum lebar, “Iya... Playlist warnet yang isinya lagu ada band, kangen band, hijau daun hehe. Sisanya lagu-lagu jepang.”

Joss menahan senyumannya melihat Tawan yang terlihat malu-malu menggemaskan, “Oh. Yaudah pake playlist aku aja.”

Joss memilih playlist miliknya, lagu pertama yang berputar adalah lagu Billie Eilish yang berjudul Wish You Were Gay. Lalu lelaki itu ikut duduk di dekat Tawan dan mulai membuka kardus belanjaan mereka.

“Kak J ini snack mau dimasukin lemari kitchen aja atau gimana?” tanya Tawan memperhatikan makanan ringan yang mereka beli.

“Oh gak usah, aku beli storage buat snack. Tuh di shopping bag yang itu.” Joss menunjuk shopping bag yang berbeda dari lainnya.

Tawan menariknya dan melihat storage box berwarna cokelat yang matching dengan tema apartment mereka, “Ini storage box kak J?”

“Iya daripada ngabisin tempat di lemari kitchen mending ditaro di keranjang box aja. Nanti simpennya bisa di ruang tamu juga biar gampang ambilnya. Tapi ciki-ciki aja yang ditaro situ dek.” jelas Joss.

Tawan membulatkan bibirnya, “Ooo bener juga ciki ditaro sini. Kalau wafer dan lain-lain bisa ditaro di lemari kitchen.”

“Iya kan-”

Ting Nong

Belum sempat Joss membalas ucapan Tawan, suara bel pintu apartment mereka terdengar dengan sangat keras. Joss menekuk alisnya, siapa yang bertamu ke apartment mereka tanpa memberi kabar?

“Tolong bukain pintu kak J, aku tenggelem di snack.” ucap Tawan dengan kekehan. Joss melirik Tawan yang dikelilingi oleh makanan ringan seperti anak kecil yang dikelilingi bola-bola.

Joss menahan diri untuk tidak melompat ke arah Tawan dan mengukung lelaki kecil itu karena rasanya gemas beneran deh! Ada saja tingkahnya, apa semua anak kuliahan sekarang selucu suaminya?

“Cepet buka kak J, siapa tau tamu penting. Kayak Levi Ackerman atau Gojo Satoru gitu dateng buat nemuin aku.” ucap Tawan asal.

Joss memutar bola matanya dengan jengkel, “Daripada si Levi Levi sama Gojo itu masih cakepan aku kali? Lagian si Gojo itu yang pake penutup mata gak kelas kan?”

Tawan melirik Joss dengan tajam, “Bukan penutup mata gak jelas! Cakepan mereka lah kali kak J? Udah sana ih buka pintu itu lhoooo.” protes Tawan dengan bibir yang cemberut.

Joss mendengus dan berdiri untuk membuka pintu, “Siapaa-”

“Mom? Bunda?” pekik Joss terkejut saat melihat orang tua mereka ada di depan apartmentnya.

“Halo bang, ada Nanon juga disini?” Nanon muncul dari belakang ibu mereka.

Mommy Joss mendengus kesal dan menjewer telinga anak tunggalnya, “Udah jarang hubunguin orang tua, pas didatengin malah kaget gitu tuh gimana?”

“Aduh-aduh mom iya i'm sorry. Sibuk banget kemarin.” ucap Joss kesakitan karena jeweran telinga ibunya tidak main-main.

“Kak J? Siapa? Kok lama banget?” suara Tawan berteriak dari dalam apartment terdengar dengan sangat jelas.

Wajah Nanon berseri gembira mendengar suara kakak satu-satunya yang sangat ia sayangi, ia menggeser tubuh Joss dan masuk ke apartment dengan terburu, “SURPRiseee!!!” suara Nanon mengecil saat melihat ruang tamu kakaknya yang sangat berantakan dan penuh dengan belanjaan.

“Heh, Nanon???? Ngapain lo disini?” Tawan bertanya dengan wajah terkejutnya.

Nanon meletakkan paper bag yang dibawanya yang berisi cake dan kopi dari Starbucks di meja makan, “Ada juga gue yang tanya, lo mau ngasih makan satu kelurahan apa gimana?”

Tawan mengerjap, “Sembarangan!!” seru Tawan dengan kesal.

“Ini belanja bulanan gue sama kak J tau.” lanjut Tawan dengan cengirannya.

“Apasih kok ribut-ribut,” Bunda Tawan masuk ke dalam rumah saat mendengar kedua anaknya beradu mulut seperti biasanya sebelum perempuan paruh baya itu melebarkan matanya melihat sang anak sulung yang dikelilingi makanan ringan, “TE KAMU NGAPAIN?” pekiknya dengan suara keras.

Mommy Joss yang mendengar besannya terkejut langsung menyingkirkan anaknya dan masuk ke dalam apartment sang anak, dia tak kalah terkejutnya melihat banyak belanjaan yang tercecer di lantai, “Ini apa? Kalian mau kasih sumbangan atau gimana?”

“Bukan bun, ini kata abang dia abis belanja bulanan” Nanon mengadu pada bundanya.

“HAH? BELANJA BULANAN?” Kedua wanita paruh baya itu berteriak terkejut mendengar ucapan Nanon.

“Ih bunda, mom, kenapa sih kok kaget banget?” protes Tawan.

“Astaga....” keluh Saro selaku bunda dari anak manis yang masih sibuk dengan makanan ringannya.

Saro berjalan mendekati Tawan dan menepuk kepala anaknya dengan gemas, “Kamu tuh kalau belanja ya di list dulu apa yang mau dibeli, kebutuhannya apa aja dalam satu bulan. Ini ngapain satu supermarket kamu beli semua? Ngapain beli minyak wijen segini banyak? Margarine? Butter? Kecap sampe 5 botol tuh buat apa gantenggg?”

Tawan mencebikkan bibirnya, “Ini loh bunda! Abang tuh liat ditiktok mereka kayak gitu, nanti mereka nyusun kulkas gitu deh. Makanya abang beli banyak biar bisa bikin konten ditiktok?”

Nanon menggeleng pelan melihat kelakuan bocah abangnya, dia tidak paham lagi, bagaimana bisa abangnya menikah secepat ini sementara kelakuannya masih seperti bocah SMA?

“Menurut gue lo aneh deh bang.” komentar Nanon.

Tawan mendelik mendengar komentar Nanon, “Diem deh lo.”

“Bunda, ini Joss yang bolehin juga kok. Biar gak satu bulan niatnya buat bulan selanjutnya juga bisa makanya beli sebanyak ini.” ucap Joss membela Tawan yang sudah cemberut karena diomeli oleh bundanya.

Siri- sang ibu dari Joss dengan refleks mencubit anaknya, “Pasti kerjaan kamu kan kalau belanja gak pake list gini? Haduh beresinnya gimana ini? Mana sayurnya banyak banget? Kamu ngapain beli Capsicum sampe banyak gini?”

Tawan melirik Joss dengan pandangan memelas, membeli Capsicum adalah idenya, dia ingin mencoba big pepper yang suka dimakan oleh channel ASMR yang sering ditontonnya.

Joss menahan senyumannya melihat raut wajah Tawan yang memelas seperti anak anjing yang kehilangan induknya, “Itu tadi lucu aja jadi Joss beli deh.” ucap Joss dengan intonasi jahil.

“Lucuuuu?” pekik Siri.

Perempuan paruh baya itu ingin sekali menjewer dan menjitak anaknya hingga puas namun ia harus menjaga perilakunya di depan besan kesayangannya.

“Iya lucu mom, warna warni gitu.” jawab Joss dengan cengirannya.

“Kak J!!” Tawan berseru dan mengagetkan mereka semua.

“Kenapa?” tanya Joss, Nanon, dan orang tua mereka bersamaan.

“Box akriliknya udahan kali ya?” Tawan merendahkan suaranya saat tau semua mata tertuju padanya.

“Box akrilik?” Kini giliran Nanon yang bertanya.

“Iya storage buat simpen sayuran di kulkas! Ditiktok kayak gitu kok.” jelas Tawan dengan semangat.

Joss berjalan menuju kitchen dan mengambil box akrilik setelah membuang air didalamnya. Lelaki itu kembali dengan box akrilik dipelukannya yang lagi-lagi mendapat dengusan lelah dari kedua orang tua mereka.

“Aduh gabisa deh gabisa liat mereka rapi-rapi. Jeng ayo bantu mereka daripada malah berantakan.” ucap ibu Joss pada besannya.

Bunda Tawan mengangguk dan mulai menggulung lengannya, ia mengambil alih box akrilik ditangan Joss dan meletakkannya di meja makan.

“Nanon ambilin tisu.” perintah Saro.

Sementara Saro sudah mengatasi box akrilik, Siri sang ibunda Joss mengambil sayuran dan buah yang tergeletak di lantai dan membawanya menuju dapur untuk dicuci.

“Joss bantu mommy.” perintah perempuan paruh baya itu.

Joss menatap Tawan memelas namun Tawan hanya memberikannya kerlingan dan gestur tangan yang menyemangati.

Joss berjalan mengikuti sang Mommy, ia melihat mommy-nya itu mulai membuka plastik dari sayuran dan mencucinya. Ia berdiri disamping sang Mommy dan hanya memperhatikan perempuan itu.

“Pisau sama talenannya mana? Sekalian ambilin lagi box akriliknya? Bawa tisu dapur juga.”

Joss mendengus kesal namun tetap melakukan yang diperintahkan, ia mengambil talenan dan pisau yang biasa mereka gunakan untuk memotong sayur atau buah.

“Bang, ini box akriliknya udah dikeringin sama bunda.” Nanon datang membawa box yang sudah dikeringkan.

“Thank you Nanon.” ucap Joss dengan senyuman.

“Nah sekarang kamu keringin ini paprika, capsicum pake tisu. Terus kamu susun di satu kontainer boxnya. Sebelum ditaro diakrilik, bawahnya dikasih tisu juga ya.” Siri memberikan instruksi pada Joss setelah ia memotong sedikit bagian batang paprika.

Joss mengeringkan paprika sesuai dengan perintah, ia juga sudah meletakkan dua buah tisu di bagian bawah box akrilik yang mereka beli.

“Kak J...” panggil Tawan.

Joss sontak melirik Tawan yang datang dengan banyak bawaan di tangannya, “Udah selesai susun snacknya?”

“Nanon yang beresin, kata bunda aku bantuin disini aja. Aku juga bawa label sama spidol buat namanin box akriliknya.” Tawan memamerkan label nama dan pulpen yang ia miliki.

Joss mengangguk dan memberikan ibu jarinya pada Tawan, “Keren! Well-prepared banget.”

Tawan membusungkan dadanya dengan bangga, “Mommy sini aku bantuin!!” ucap Tawan dengan semangat.

“Boleh, nih kamu coba potong leeks-nya jadi dua, nanti batang sama daunnya dipisah ya simpennya. Sebelumnya kamu keringin dulu pake tisu okay?”

Joss menyerahkan tisu pada Tawan yang diterima Tawan dengan semangat, lelaki kecil itu mengeringkan leeks dengan hati-hati dan telaten, setelah merasa sudah kering, ia mulai memotong leeks menjadi dua bagian.

“Kak J minta tolong ini batangnya disimpen di box akrilik yang agak kecil ya.” ucap Tawan.

Joss tanpa banyak membuang waktu langsung mengikuti permintaan Tawan, mereka berdua bekerja secara dinamis dan efektif. Beberapa kali mereka tertawa karena kecerobohan yang dilakukan. Siri beberapa kali menahan senyumnya melihat sang anak dan menantunya terlihat sangat menikmati peran mereka sebagai pasangan hidup.

“Litte T, ini capsicum beneran buat bikin ASMR?” bisik Joss saat ia menutup kontainer berisi capcisium dan paprika.

Tawan menjinjitkan kakinya agar bibirnya tepat di telinga sang suami, “Iya bener. Nanti aku mau coba ASMR berbagai macam pepper, nanti aku siapin gochujang sama yang lain juga. Kak J ikutan ya.” bisik Tawan pelan.

Joss tekekeh kecil mendengar permintaan sang suami, “Oke.”

Kegiatan merapikan barang melanjaan mereka ternyata membutuhkan waktu 4 jam sampai semuanya terusun dengan sangat rapi.

“Wahhhh.” ucap Tawan riang dengan mata berbinar melihat isi kulkasnya sudah tersusun dengan rapi. Sayur-sayuran dan buah masuk ke dalam box akrilik sesuai ukurannya. Begitupun dengan minuman, makanan, dan juga botol saus yang butuh diletakkan di kulkas sudah terususun di kontainer pintu kulkas.

“Udah sesuai sama yang ditiktok?” tanya Joss berbisik.

Tawan menatap Joss dengan senang, “Udah! Thank you kak J, thank you bunda, mommy, dan Nanon.”

Mereka semua tertawa melihat Tawan yang terlihat sangat bahagia hanya karena berhasil menyusun kulkas beserta belanjaannya seperti yang pernah ia lihat di tiktok.

“Sekarang mom, bunda, sama Nanon duduk di meja makan dan biarin kak J sama aku yang buatin kue buat kalian!” teriak Tawan dengan semangat.

“Hah?” Joss melebarkan matanya karena terkejut atas ucapan Tawan.

“Bikin kue?” tanya Joss sekali lagi memastikan ucapan Tawan.

“Iya! Buat pie susu teflon. Aku udah belajar resepnya, bunda sama yang lain tunggu aja sambil nonton tv atau apalah. Biar aku sama kak J yang masak.” jelas Tawan dengan semangat.

Tawan menyeret Joss kembali ke dapur untuk membantunya membuat pie susu yang sudah ia rencanakan sejak di super market tadi.

Tawan mengambil mangkuk besar, sendok makan, dan juga whisk pengaduk kue.

“Kak J tolong ambilin telur, susu kental manis, gula halus, sama margarin ya kak.” pinta Tawan sementara lelaki itu mengambil tepung terigu, vanilli, dan tepung meizena.

Joss menyerahkan semua bahannya pada Tawan, “Udah terus apa lagi?”

“Kak J buat adonannya, aku buat isiannya. Pertama kak J masukin tepung terigu 10 sdm, terus margarin 6 sdm, sama susu kental manis 8 sdm semuanya dicampur sampe adonannya bentuknya adonan.” jelas Tawan.

Joss mengerutkan dahinya, “Adonan berbentuk adonan tuh maksudnya apa, dek?”

Tawan mencebikkan bibirnya, “Ituloh kak J, yang bentuknya kayak adonan. Udah bulet udah bisa dibentuk-bentuk.”

“Kalis maksudnya nak Joss, abang emang minim kosa kata soal masak memasak.” suara sang bunda Tawan terdengar disertai gelak tawa yang ricuh dari Nanon.

“Kalis?” Joss semakin bingung.

“Pokoknya kak J aduk dulu nanti aku kasih tau kalau udah pas.” ucap Tawan final.

Joss mau tidak mau megikuti arahan yang Tawan ucapkan tadi. Ia mulai manguleni tepung terigu dan bahan bahan lainnya.

Tawan sendiri sibuk dengan isian pie susu-nya.

“Air 10 sendok makan.” ucap Tawan memasukan air sebanyak 10 sendok yang ia hitung dengan suara keras.

“Tepung meizena 2 sedok makan, lalu aduk.”

“Telur 2 butir, vanilli 1 sendok teh, susu kental manis 8 sendok makan, gula halus 3 sendok teh. Aduk merata.” Tawan berbicara pada dirinya sedndiri sekaligus menghafal resep yang semalam ia pelajari.

“Little T, ini udah kalis apa belum?” tanya Joss.

Tawan menoleh ke arah Joss dan langsung tertawa melihat tepung terigu yang menempel di wajah tampan lelaki itu, “Kak J kamu ngapain sih kok tepungnya sampe muka?”

“Hah mana?” Joss bertanya dengan tangan yang refleks memegang wajahnya.

“Ehhhhh tunggu,” Tawan menghentikan pergerakan tangan Joss, “Itu tangan kak J bekas megang adonan nanti licin mukanya. Sini aku yang bersihin.”

Tawan mengambil tisu dan membasahinya sedikit dengan air, lelaki kecil itu berjinjit dan membersihkan wajah Joss yang terkena tepung dengan tisu basah yang dipegangnya, “Makanya jangan suka pegang muka kalau lagi ngelakuin sesuatu. Mukanya gak bakal kemana-mana kok, tetep disitu dan tetep ganteng!” bisik Tawan.

Joss menahan senyumannya melihat wajah Tawan yang berjarak hanya 10 sentimeter dari wajahnya, ia melirik kedua orang tuanya yang sibuk mengobrol dan Nanon yang sibuk dengan ponselnya.

CUP

Joss mengecup bibir Tawan sekilas dan membuat Tawan terkejut hingga tubuhnya oleng seketika dan jatuh ke tubuh besar Joss yang berada di hadapannya, untung saja Joss dengan sigap melingkarkan tangannya di pinggang ramping Tawan.

“KAK J!!” bisik Tawan tertahan.

“Gemes daritadi gak kesampean akhirnya ada kesempatan.” bisik Joss dengan jahil.

Tawan melepaskan tangan Joss dengan wajah yang memerah dan berdeham pelan, “Adonannya udah kalis. Kak J minta tolong ambilin teflon.”

Joss mengambilkan teflon dengan cengiran yang tidak lepas dari wajah tampannya, “Ini little T.”

Tawan mengigit bibirnya dan mulai meletakkan adonan di teflon tersebut, ia juga merapikan adonan dan tidak lupa menusuk adonan dengan garpu sesuai yang Youtube ajarkan padanya.

“Sekarang isinya dituang ke atas.” Tawan menuang susu di adonan yang sudah ia letakkan di atas kompor.

“Tunggu hingga matang!” ucap Tawan dengan semangat.

Tawan mencuci tangannya dengan bersih, ia juga mengelap keringat yang muncul di wajahnya.

Joss mengusak rambut Tawan dengan gemas melihat betapa semangatnya lelaki itu, “Udah kan?”

Tawan mengangguk, “Ayo ke bunda sama mama.”

Mereka berdua bergabung di meja makan, Tawan mengambil apel fuji yang tadi dipotong oleh bundanya dan merasakan rasa manis dari buah berwarna pink itu.

“Mom, kok kesini gak bilang-bilang?” tanya Joss setelah lelaki itu meneguk kopi Americano yang dibawakan oleh Nanon.

Siri memutar bola matanya dengan kesal, “Kamu tuh kalau gak disamperin mana mau ngabarin orang tuanya kalau udah pulang ke Jakarta? Ini mom tau dari Nanon lho.”

Joss mengerang pelan, “Lupa banget mom bukannya gak mau ngabarin. Pas pulang langsung tidur seharian makanya ini baru belanja sekarang.”

“Huh yaudah, tapi jangan gitu lagi loh? Nanti Tawannya mama bawa pulang ke rumah biar tau rasa kamu sendirian di apart.” ancam Siri.

Joss hanya bisa menggerutu mendengar ancaman ibunya seperti mengancam anak kecil.

Mereka melanjutkan mengobrol tentang kehidupan kuliah dan pekerjaan Tawan, beberapa kali Nanon menyela bertanya mengenai anime yang baru rilis apakah abangnya sudah menonton apa belum. Obrolan tersebut didominasi oleh kedua perempuan paruh baya dan tentunya Tawan.

Hingga akhirnya.

“Eh, bau apa sih.” Nanon berucap saat hidungnya mencoum baunyang familiar.

“Bau gosong?” tanya Nanon.

“BAU GOSONG!!” teriak Tawan.

Mereka semua berlari menuju dapur tempat dimana bau tersebut berasal, Siri dengan cepat mematikan kompor agar tidak terjadi kebakaran.

“Abang? Kok apinya gede banget nomor satu? Ini harusnya apinya menuju mati abang kalau masak pie susu.” Sang bunda mengomeli Tawan yang saat ini menatapi nasib pie susunya yang berubah gosong di bagian bawahnya.

“Iya bunda abang lupa, maaf.” ucap Tawan dengan lemas.

Joss yang menyadari Tawan merasa sedih karena pie susu yang dibuatnya gagal itu sontak melingkarkan tangannya di bahu Tawan dan berbisik menenangkan, “Gak apa-apa, nanti bikin lagi ya?”

Tawan melengkungkan bibirnya karena sedih, “Oke...”

Kedua perempuan paruh baya itu menghela nafasnya dengan lelah melihat kelakuan anak mereka yang ada-ada saja,

“Yaudah kalian ke ruang tamu aja deh. Biar bunda yang buatin pie susunya. Nanti dibuat banyak.” ucap bunda Tawan.

Tawan, Joss, dan Nanon akhirnya ke ruang tamu dan menonton anime yang dibicarakan Nanon yaitu Tokyo Revengers. Walaupun Tawan merasa sedih akan pie susu pertamanya namun moodnya dengan cepat berubah lagi karena ia menonton anime yang bagus.

Hari itu akhirnya mereka habiskan dengan menonton anime dan juga memakan pie susu buatan ibu mereka.

Mereka mengakui bahwa ini adalah hari yang cukup panjang dan juga sangat melelahkan. Pelajaran yang bisa Tawan dan Joss ambil hari ini adalah belanjalah seperlunya.


©tayfortawan