Josstay: Bad Boys
“Run baby run! Don't ever look back. They'll tear us apart if you give them chance.”
Tawan melepas batik sekolahnya dengan sedikit kasar dan langsung melapisi tubuhnya dengan jaket yang sudah disiapkannya, hari ini bukanlah hari terbaiknya. Tertangkap guru BK saat sedang merokok membuatnya sedikit jengkel, belum lagi hukuman membersihkan halaman sekolah yang diawasi oleh guru tersebut.
Belum lagi teman-temannya menjadi bajingan hari ini, mereka meninggalkan Tawan saat sedang bergelut dengan halaman sekolah dengan dalih lapar dan ingin makan di warung mbak Darmi.
Tawan mencoba menelfon Arm, meminta lelaki itu untuk menjemputnya di gerbang sekolah. Ketidakmampuannya mengendarai kendaraan bermotor membuatnya cukup repot, berkali-kali dia mencoba belajar namun entah kenapa tetap saja dia tidak bisa mengendarainya dengan lancar.
Sebuah motor ninja berwarna merah berhenti tepat di depannya, Tawan yang awalnya sedang fokus mendengarkan dering telfon pun dengan refleks melihat seseorang yang mengendarai motor besar tersebut.
“Little orca?” Panggil pengendara tersebut dengan suara yang teredam oleh helmnya.
Tawan dengan cepat melangkah mundur setelah menyadari siapa yang mendatanginya saat ini, itu si raksasa tolol. Lelaki yang kemarin dia berikan bogeman cukup keras.
“Ngapain lo?” Tanya Tawan dengan intonasi yang was-was.
Lelaki yang dipanggil raksasa tolol hanya terkekeh kecil dan membuka helm yang menutupi wajah tanpa celanya, “Calm down little orca. I won't bite you okay.” Ucap Joss dengan gesture yang menenangkan.
“What do you want from me? Lo nyari mati? Ini sekolah musuh lo.” Lagi-lagi Tawan berucap dengan defensif.
Joss menghilangkan senyum dari bibirnya, matanya menatap Tawan dengan pandangan yang sukar diartikan saat melihat lelaki itu bersikap defensif dan terlihat tidak terlalu nyaman.
“Unblock my contact. Please?” Ucap Joss tanpa basa basi.
Tawan menampilkan wajah terkejutnya, ia pikir Joss akan memulai pertengkaran dengannya? Dia awalnya sedikit khawatir karena jika Joss benar-benar mencari ribut tepat di depan sekolah lawan. Namun ternyata lelaki itu datang hanya untuk melakukan hal bodoh lainnya? Tawan tidak habis pikir.
Tawan kembali melangkah mundur, matanya menatap Joss dengan tatapan are you fucking crazy?
Dering telfon ditelinga Tawan berganti menjadi suara yang sangat amat dikenalnya, “Arm jemput gue.” Ucap Tawan tanpa basa-basi, mengabaikan kehadiran joss dengan sepenuhnya.
“Sorry nunggu lama gak lu?”
“Ya lama. Makanya jemput.” Balas Tawan dengan nada malasnya.
“Oke sebe-”
“Halo? Arm ini gua Joss, gak usah jemput Te. Gua yang anter.” Joss mengambil ponsel Tawan saat lelaki itu berbicara dengan serius pada Temannya. Tawan yang mengabaikan kehadirannya cukup membuatnya jengkel maka dari itu dia berusaha membuat Tawan jengkel dengan mengambil ponselnya.
“Apaan sih lo?” Tawan berteriak dengan marah. Lelaki itu berjinjit kecil, berusaha mengambil ponselnya yang berada di genggaman tangan Joss.
“Oh Joss... Iyaudah. Kalau bisa langsung ke gorasix aja ya. Gua sama yang lain mau otw juga.”
Joss mengerutkan dahinya, gorasix? Joss menahan tangan Tawan yang berusaha menggambil kembali ponselnya.
“Lu mau ngapain sama gorasix?” Tanya Joss dengan suara galaknya.
“Bukan urusan lo.” Balas Tawan ketus setelah berhasil mengambil ponsel ditangan lelaki tinggi itu.
“Ini hari kamis. Jadwalnya gorasix tawuran sama vallenty. Lu jangan ikutan nanti dikiranya sekolah lu aliansi sama gorasix, bisa-bisa nanti vallenty nargetin sekolah lu nyet.” Ucap Joss dengan serius.
“Bukan urusan lo, Joss. Kalaupun gorasix minta aliansi gue gak bakal terima. Gue cuma dateng menuhin undangan mereka.” Balas Tawan tak kalah serius.
“Dengan lu dateng aja udah dianggap aliansi sama vallenty nyet.”
Tawan menghela nafasnya lelah, “Iya gue udah pikirin ini baik-baik. Lagi ini urusan anak tongkrongan gue, dan tolong berhenti panggil gue pake nyet.“
“Buset ngeyel banget.” Gumam Joss dengan bingung.
mentioning old cases from each school
Perkelahian yang dilakukan secara rutin antara gorasix dan vallenty bukanlah berita yang mengejutkan lagi. Mereka melakukan tawuran seperti melakukan upacara, seminggu sekali. Padahal kedua dua sekolah tersebut sudah melakukan ikrar perdamaian setelah kasus yang terjadi pada tahun 2013 namun mereka masih melakukan tawuran secara diam-diam.
Joss tentu saja tidak ingin terlibat diantara dua sekolah tersebut, pergaulan mereka sudah terlalu jauh. Sementara murid sekolahnya dan murid sekolah Tawan masih memiliki batas, belum lagi mereka adalah murid sekolah swasta ternama. Sanksi yang diberikan jika mereka ketahuan ikut tawuran dengan SMA Negeri cukup berat.
“Yaudah ayo gua anterin ke gorasix.” Ajak Joss setelah berpikir panjang. Lagipula dirinya sudah melepas baju batik ciri khas sekolahnya, jadi seharusnya aman kan?
“Ngapain elah, gue naik gojek aja. Lo mending balik, lo keliatan takut berurusan sama goraxis vallenty.” Tawan membalasnya dengan intonasi yang kental akan ejekan.
“Can you just shut up? I'm trying to help you, okay? Sekarang naik.” Joss memberikan penenakan sekali lagi. Kalau yang dia ajak bicara bukanlah Tawan, mungkin Joss akan meninggalkannya di detik pertama dirinya ditolak. Namun sialnya ini adalah Tawan, Joss tidak bisa mengabaikan lelaki itu.
Tawan memutar bola matanya, memilih untuk mengalah karena ia tau Joss tidak akan berhenti sebelum lelaki itu mendapatkan apa yang dia inginkan.
“Pegangan.” Perintah Joss saat merasakan Tawan sudah menaikki motor kesayangannya.
“Lo diem. Udah untung gue mau naik motor butut lo ini.” Balas Tawan ketus.
Joss hanya mendengus kecil, mengabaikan sepenuhnya ucapan penuh celaan lelaki itu pada motornya, “Karena lu gak pake helm, gua bakal lewat jalan tikus.” Ucap Joss memberitahu Tawan yang sudah pasti tidak akan sahuti oleh lelaki kecil itu.
Tawan mengalihkan pandangannya ke jalanan disekitar mereka, jalanan Kebayoran selalu memiliki kenangan tersendiri untuknya. Satu tahun lalu, diatas motor yang sama dan dengan orang yang sama. Saat mereka masih baru menjadi siswa kelas SMA, sampai sekarang mereka sudah mau menjadi siswa SMA tingkat akhir.
“Mau mampir ke tukang es kelapa, mang Sobri gak?” Joss berteriak dengan keras agar seseorang yang diboncengnya mendengar ajakannya.
Tawan mendekatkan dirinya ke telinga Joss dan berbicara dengan nada datarnya, “Jalan aja yang bener. Gak usah mampir. Gue udah ditunggu temen-temen.”
Ucapan Tawan menjadi penutup percakapan mereka siang itu, Joss fokus mengendarai motornya sementara Tawan fokus memperhatikan jalan dan sesekali membalas pesan yang masuk di ponselnya.
Joss memberhentikan motornya di Indomaret berjarak kira-kira 400 meter dari tongkrongan anak gorasix, hal tersebut mendapat ekspresi kebingungan dari lelaki yang diboncengnya.
“Ngapain ke Indomaret?” Tanya Tawan.
Joss melepaskan helmnya dan memberikan cengirannya pada lelaki berwajah masam dihadapannya, “Biar motor gua aman kalau beneran lu dijebak buat aliansi. Motor gua udah masuk bengkel berkali-kali karena kegores, kalau sekali lagi masuk bengkel bisa dikeluarin dari KK.” Jelasnya dengan ringisan kecil.
Tawan memutar bola natanya untuk kesekian kalinya hari ini, berurusan dengan raksasa ini benar-benar mengikis kesabarannya perlahan.
Tawan merasakan ponselnya bergetar disaku bajunya, ternyata ada panggilan masuk dengan caller id “Gun”.
“Halo, kenapa?” Tawan bertanya tanpa banyak basa-basi.
“Dimana? dicariin Max nih katanya lo lama banget.”
“Di Indomaret. Bocah kita ada berapa disana?”
“Total ada 11, kalau sama lo jadinya 12.”
“Batik udah dilepas?”
“Udah dari tongkrongan. Cuma pada pake kaos doang sama celana abu-abu biasa.”
“Yaudah. Gue beli masker dulu buat nutupin muka. Kayak yang gue bilang semalem kalau mereka udah mulai ngajak aliansi tolak aja langsung. Kita gak aliansi sama siapa-siapa dan jangan lupa hari ini jadwal mereka tawuran sama vallenty jadi lo semua stand by buat kabur kalau anak vallenty pada dateng. Motor dimana?” Jelas Tawan panjang lebar.
“Ada cek lah.”
Tawan menjauhkan ponselnya dari telinganya, menangkap kode dari Gun bahwa dia mengirimi Tawan pesan.
Motor diparkir di tukang fotokopi sama thai tea deket sini. Kalau 70 nyerang nanti kita kabur ke arah sana dan ngumpet. Udah bilang abangnya dan udah kasih uang tutup mulut juga. Begitulah isi pesan yang dikirimkan Gun. Tawan mengangguk dengan puas, teman-temannya sudah mempersiapkan kondisi terburuk.
“Bagus. Yaudah bilangin Max gua 7 menitan lagi sampe.”
Tawan menutup panggilan telfon dan baru menyadari bahwa Joss sudah tidak berada di sampingnya.
Tawan memutar kepalanya mencari keberadaan lelaki tinggi itu dan melihatnya keluar dari Indomaret dengan kantong plastik di tangannya.
“Beli apa?” Tanya Tawan dengan curiga.
“Masker. Buat temen-temen lu. Beli 20 cukup?” Kali ini Joss yang balik bertanya.
“Oh makasih. Cukup. Berapa? Gue ganti uangnya.” Balas Tawan dengan intonasi suara yang melunak.
“Gampang. Pake dulu nih.” Joss menyerahkan masker untuk digunakan Tawan dan mengambil satu lagi untuk dipakai dirinya sendiri.
Mereka berdua berjalan dalam diam, Joss tidak berusaha membuat Tawan jengkel dan Tawan-pun berusaha untuk tidak berinteraksi dengan lelaki disampingnya. Terik matahari tidak menyurutkan mereka berdua, sepanjang jalan banyak anak sekolah yang melirik mereka. Dua lelaki tampan dengan aura yang kuat dan dominan, siapa yang tidak berhenti hanya untuk menatap selama 5 detik?
Tawan melihat teman-temannya dari jarak yang cukup dekat dan melambaikan tangannya. Dia dapat melihat bahwa anak gorasix juga melihat kehadirannya dengan lambaian tangan yang mereka berikan untuknya.
Tawan yang terlalu terfokus melihat teman-temannya tidak menyadari bahwa ada sekumpulan anak berseragam SMA berlari membawa kayu dan beberapa senjata tajam dari arah berlawanan.
“WOY LARIIIIIIII!!!!! BULUNGAN DARI BELAKANG WARKOP” Joss berteriak dengan kencang memberitahu anak gorasix dan teman-teman Tawan.
“ANJING!!!!” Tawan mengumpat setelah melihat anak bulungan yang datang dengan pasukan yang cukup banyak. Sial sekali nasibnya hari ini.
“ARM OFF GUN LARI. SEMUANYA LARI DULU. MEREKA BAWA KAYU SAMA SAJAM.” Tawan berteriak dengan sekeras mungkin.
Off dan yang lainnya mendengar dengan jelas perkataan mereka dan mulai berlari dengan kencang. Setelah memastikan teman-temannya sudah berlari, dan Tawan yang bersiap ikut berlari merasakan lengannya ditarik dengan kencang.
“Lu bisa lari cepet kan? Gua bakal bawa lu ke jalan tikus.” Joss berbicara dengan cepat. Kaki panjangnya melangkah dengan cepat, mencoba berlari menjauhi anak bulungan.
Kepalanya sesekali menengok ke arah belakang untuk melihat anak bulungan yang berlari mengejar mereka. Sementara anak bulungan di belakang mereka sudah berteriak-teriak mengarahkan pasukannya untuk menyerang gorasix.
“Anjing anak gorasix juga kabur. Kaga ada yang nahan bulungan. Kayaknya mereka gak prediksi bulungan bawa sajam.” Ucap Joss terengah. Keringatnya mengalir deras dari dahinya.
“Bukannya perjanjian gorasix sama bulungan udah gak boleh bawa sajam? Kok bulungan bawa sih brengsek.” Joss berteriak dengan marah. Kepalanya kembali menoleh untuk melihat ramainya anak bulungan di belakang mereka.
Tangannya yang semula menarik lengan Tawan berubah menjadi genggaman tangan yang sangat erat, memaksa lelaki kecil itu untuk berlari secepat yang ia bisa untuk menghindari kejaran anak bulungan.
“Brengsek. Temen-temen gue berhasil kabur gak ya.” Gumam Tawan disela larinya. Dia tidak memperdulikan dirinya sendiri, dia hanya memikirkan teman-temannya saat ini. Kalau mereka terluka sedikit saja maka Tawan akan langsung mengibarkan bendera perang pada vallenty.
Tawan melihat Indomaret di depan mereka dan tersenyum kecil, merasa lega karena akan terbebas dari drama anak bulungan dan gorasix. Namun senyumnya memudar saat Joss menarik tangannya masuk ke dalam gang sempit yang kumuh tepat beberapa meter sebelum Indomaret tempat lelaki itu parkir tadi.
“ANJING LO NGAPAIN. ITU DI DEPAN UDAH INDOMARET BISA NGAMBIL MOTOR LO.” Teriak Tawan dengan emosi.
“Gak akan sempet nyet, anak bulungannya udah deket. Dibelakang kita juga anak gorasix masih pada lari. Belum tentu mereka satu team sama kita, bisa jadi pas kita naik motor mereka halangin kita terus ngambil alih motor gua.”
“Alah brengsek banget dunia.” Tawan mengeratkan genggaman tangan mereka dan mempercepat larinya. Kali ini Tawan yang memimpin jalan yang mereka lalui. Rambutnya berkibar karena angin yang berhembus, belum lagi terik matahari dan adrenalin yang menggebu. Rasanya mendebarkan namun juga menyenangkan, sebagian kecil dari diri Tawan menyukai hal ini.
“Itu itu anak gorasix masuk gang ini. 3 orang kejar mereka cepet.” Teriakan keras dari belakang memecah konsentrasi mereka berdua.
“Brengsek. Gue bukan anak gorasix.” Bisik Tawan pelan.
Joss terkekeh kecil, “Kan udah gua bilang, gak usah main main sama mereka deh. Lu kalau perang sama anak sekolah gua aja.”
“Bacot.” Balas Tawan dengan kasar.
Tawan melirik Joss disebelahnya, lelaki itu bermandikan keringat. Wajahnya tertutup masker, namun hal tersebut tidak menutupi ketampanan lelaki disampingnya. Anjing sekali rasanya. Tawan berusaha menghindari lelaki ini namun lelaki ini malah menyerahkan dirinya untuk terlibat masalah dengan Tawan.
Joss kembali melihat kebelakang, anak bulungan yang mengejar mereka sudah tidak terlihat. Joss melihat warung kecil dan menarik Tawan ke arah sana.
“Berhenti dulu. Gua butuh nafas.” Joss berucap dengan nafas terengah. Keadaan Tawan pun tidak jauh lebih baik dari Joss.
Tawan berjongkok saat sampai di depan warung tersebut. Rasanya gila sekali. Mereka sudah berlari selama 15 menit dan sekarang tidak mengetahui lokasi mereka sendiri dan seberapa jauh mereka berlari.
“Bu numpang sebentar ya bu. Saya sama temen saya.” Joss berucap pada ibu pemilik warung yang melihat mereka dengan tatapan curiga.
“Kalian ini anak sekolah yang suka tawuran itu ya? Kalau iya pergi deh. Saya gak mau warung saya kena amuk.” Ibu pemilik warung mengusir mereka berdua.
Joss mengangkat tangannya sebagai gesture menolak, “Bukan bu saya bukan anak bulungan 70 ataupun 6.” Balasnya cepat.
Joss mengeluarkan dompetnya untuk mengambil kartu pelajarnya dan memperlihatkannya pada ibu pemilik warung sebagai bukti, “Saya anak labschool bu. Kebetulan tadi saya lagi di Indomaret nah anak bulungan sama 6 lagi terlibat tawuran. Karena kita berdua gak pake baju batik sekolah jadi dikiranya bagian dari mereka terus dikejar sampe sini.”
Ibu pemilik warung menganggukkan kepalanya dan membiarkan dua anak tersebut beristirahat di warungnya.
Tawan yang sedang berjongkok mendengar langkah kaki seperti orang berlari dan suara berisik lantas bangkit dan menarik Joss masuk ke dalam warung untuk bersembunyi, “Ada suara lari. Takut anak bulungan sampe sini.”
Joss yang terkejut ditarik Tawan dan sontak ikut berjongkok di balik etalase dan karung beras, Joss juga hanya diam tanpa membalas ucapan Tawan. Matanya melirik ke arah ibu warung dan meminta pertolongan sekali lagi yang dibalas dengusan oleh ibu tersebut.
Benar saja ucapan Tawan, tak lama anak bulungan yang tadi mengejar mereka lewat di depan warung tempat persembunyian mereka saat ini. Baik Tawan maupun Joss menyandarkan tubuh mereka yang tegang dengan sedikit lega.
“Abis ini gue mau bilang Max kalau mau nongkrong bareng di tempat gue aja.” Gumam Tawan kecil.
Joss mengulurkan tangannya dan mengusak rambut Tawan tanpa sadar, “Ya kalau di tempat lu gak akan ada anak yang lari sambil bawa kayu. Sekolah kita pun musuhan karena berebut prestasi bukan tawuran kayak gini. Paling kalau sama lu mah kena bogem tiba-tiba doang.” Ejeknya pelan.
Tawan menepis tangan Joss di rambutnya, lelaki itu bangkit terlebih dahulu, “Gak usah modus lo anjing.” Umpat Tawan dengan kasar, mempastikan suaranya tetap kecil sehingga hanya Joss yang dapat mendengarnya.
Joss yang melihat Tawan sudah kembali menjadi lelaki galak hanya terkekeh kecil, dia bangkit dan mengambil minuman serta makanan ringan untuk dirinya makan. Mencoba memulihkan tenaga yang sudah terkuras habis karena berlari.
Tawan sendiri mencoba menelfon Gun untuk memastikan keadaan mereka dan langsung diangkat pada dering ketiga, “Halo, lo pada aman semua gak?”
“Aman, tadi gue sama yang lain bagi jalan sama anak gorasix, pas mau ke fotocopy kan ada pertigaan terus Off nyuruh mereka ke arah kanan sementara gue ke arah kiri ke fotocopy sama thai tea. Terus kita semua bagi dua, 6 di tukang fotocopy, 5 di thai tea. Sekarang gue sama yang lain udah di jalan nih mau ke tongkrongan. Lo gimana? aman?”
Tawan menghembuskan nafasnya dengan lega, beban dipundaknya terangkat saat mendengar seluruh temannya yang aman tanpa luka, “Aman. Gue gak tau dimana tapi sekarang lagi di warung rumahan gitu. Tadi ada anak bulungan lewat yang ngejar gue tapi gak ketauan kok.”
“Baguslah. Lo mau dijemput gak? share loc sini nanti gue sama yang lain jemput.”
“Gak usah, lo pada langsung ke tongkrongan aja. Gue masih sama Joss. Motor dia masih di Indomaret deket tongkrongan gorasix tadi.” Tolak Tawan dengan suara jengkel.
Terdengar suara tawa Gun yang teredam suara kendaraan lain, “Oke deh Te, have fun sama yayang.”
“Anjing.” Umpat Tawan saat mematikan sambungan telfon mereka.
Tawan melirik Joss yang sedang menikmati rotinya, lelaki itu sudah memakan dua roti dan Tawan sedikit takjub dengan kecepatannya mengunyah makanan.
Mengikuti Joss, Tawan memilih membuka lemari pendingin untuk mengambil pocari sweat, dia juga mengambil roti cokelat untuk dimakannya.
“Tunggu disini dulu ya 10 menit, nanti baru balik ke Indomaret.” Ucap Joss setelah melihat Tawan duduk dengan nyaman.
Tawan menganggukkan kepalanya dan melanjutkan makannya dengan diam. Joss pun merasa tidak ada yang bisa dibicarakan hanya memainkan ponselnya, sesekali melirik Tawan yang makan dengan lambat, sangat berbeda darinya.
Tawan dan Joss menghabiskan waktu bersama, tanpa banyak berbicara, menyibukkan diri dengan ponsel sekaligus memulihkan tenaga yang terkuras habis. Joss juga mengantarkan Tawan kembali ke tongkrongannya yang sudah pasti mendapat surakan dan siulan centil saat motor besarnya berhenti tepat di depan tongkrongan mereka.
Tawan melirik teman-temannya dan menyuruh mereka untuk menutup mulutnya, “Makasih udah nganterin gue.” Ucap Tawan mau tidak mau.
Joss membuka kaca helmnya dan memberikan kerlingan pada Tawan, “No problem. Jangan terlibat sama tawuran lagi ya little orca.”
Tawan mengabaikan ucapan Joss karena terlalu lelah untuk memulai pertengkaran lainnya dengan lelaki tinggi itu, Tawan berbalik meninggalkan Joss yang masih menatapnya dengan pandangan tertarik.
“Oi little orca, jangan lupa buka block gua dan gua bakal lupain bogeman lu kemarin. Gua balik dulu.” Teriak Joss dengan keras sebelum menjalankan motornya dengan cepat.
“Anjing.” Bisik Tawan pelan. Wajahnya memerah karena malu akan kelakuan lelaki iti di depan teman-temannya. Sudah bisa dipastikan bahwa setelah ini dia akan menjadi olok-olokkan selama seminggu ke depan.
note: seluruh cerita di yang dibuat hanyalah fiksi belaka. kalau mau qrt tolong di sensor nama sekolah atau apapun berkaitan dengan sekolah yang disebutkan.
sajam: senjata tajam gorasix: SMAN 6 Jakarta vallenty / bulungan: SMAN 70 Jakarta labschool: SMA Labschool Kebayoran