DRIVER ZONE-2


Tawan masuk ke dalam mobil fortuner yang sudah sangat dikenalnya dengan masker yang terpasang diwajahnya, bukan apa-apa, dia hanya mencoba menutupi rasa malunya setelah melakukan hal bodoh tadi.

“Mau nyetel musik gak?” Tanya Joss pada ketiga orang yang terlihat lelah di kursi penumpangnya.

“Gak usah deh Joss, gua mau tidur aja. Badan gua remuk.” Jumpol menjawab pertanyaan Joss dengan suaranya yang terdengar lelah.

Joss hanya menganggukkan kepalanya mengerti, matanya melirik ke arah tetangganya yang terlihat diam sejak masuk ke dalam mobil. Lelaki itu membawa sekotak susu dan roti di tangannya.

“Te?” Joss memanggil lelaki itu dengan pelan.

“Iya kenapa Jumpie?” Tawan tidak sadar bahwa yang memanggilnya adalah Joss, jadi dia menjawab dengan asal.

Kekehan Joss terdengar ditelinga Tawan, dengan cepat lelaki kecil itu menoleh untuk melihat Joss yang terkekeh dengan sangat tampan. Wajah Tawan terlihat terkejut karena ini pertama kali untuknya.

“Kenapa?” Tanya Tawan penasaran.

“Tadi yang manggil tuh gua.” Ucap Joss menjelaskan.

Tawan membulatkan bibirnya, matanya melihat kedua temannya yang sudah tertidur dengan posisi nyaman. Kurang ajar, ternyata mereka sudah masuk ke alam mimpi dan meninggalkan dirinya dan Joss berdua.

“Oh iya... Kenapa Joss?” Tawan berbicara dengan mata yang tidak berani melirik sang tetangga.

“Gak dimakan rotinya? Tadi gak sempet makan kah?”

Tawan menggigit bibirnya dengan gugup, iya tadi dia tidak sempat makan karena terlalu banyak berpikir tentang kisah cinta mereka berdua.

“Tadi sempetnya kopi doang, kàlau makan gue emang agak lama jadi rotinya di take away” Jelas Tawan.

Joss hanya berdehem pelan, matanya melirik Tawan yang terlihat gugup. Joss mengerti bahwa tetangganya ini memiliki ketertarikan kepadanya, dan lucu rasanya melihat lelaki itu berusaha tidak melihat dirinya.

“Btw, gua udah dichat di line belum? tadi idnya udah di save kan?” Tanya Joss dengan jahil.

Tawan melepaskan susu dan rotinya karena refleks menutup wajahnya yang mulai memanas, dia tidak tahu bahwa Joss memiliki sisi jahil seperti ini. Dia pikir Joss adalah lelaki dingin seperti di lelaki di cerita fiksi yang sering ia baca.

“Brengsek jangan gituuuuu gue malu, tadi itu gak sengaja.” Ucap Tawan dengan suara tertahan.

“hahahaha” Joss tertawa dengan puas melihat Tawan yang menutup wajahnya karena malu.

Semalam Joss rasanya seperti terkena serangan jantung saat diminta menjadi driver. Bukan apa-apa, Joss memang mengenal Tawan, tentu saja. Mereka adalah tetangga. Saat lebaran tiba mereka selalu bertemu dan bersalaman, namun interaksi mereka hanya sebatas itu.

Dulu saat baru pindah, Joss hanya dekat dengan Nammon dan Earth, sementara Tawan seringnya bermain dengan Krist, Singto, dan Gun. Mereka seperti terbagi ke dua kubu, lalu tiba-tiba Tawan jarang bermain karena sudah menjadi murid SMA. Sejak saat itu Joss hampir jarang sekali melihat Tawan bersama Krist maupun Singto.

Dan semalam rasanya Joss sangat terkejut mengetahui bahwa Tawan memintanya menjadi driver untuk acara liburannya, padahal Tawan bisa saja meminta Nammon atau Earth yang lebih dulu dikenalnya. Lebih terkejut lagi saat Tawan bilang bahwa dirinya menstalk akunnya, saat membaca itu Joss paham bahwa Tawan memiliki rasa tertarik kepadanya.

“Eh tapi serius dah, mau tanya nih gua.” Ucap Joss setelah berusaha menghentikan tawanya.

“Apa?” Jawab Tawan dengan ketus. Defense mechanism.

“Kok lo minta tolong ke gua, padahal kalau diliat lo lebih deket ke Nammon atau Earth deh.”

“Brengsek” Lirih Tawan pelan. Sudah jatuh, tertimpa tangga. Itulah keadaannya saat ini. Mau mengelak, memangnya alasan apa yang bisa digunakan untuk menyangkal?

“Ini wajib di jawab apa engga?” Tanya Tawan dengan pasrah.

“Ya, gak harus sih. But I'll be happy kalau dijawab.” Ucap Joss sambil melirik Tawan.

Tawan melepas maskernya karena rasa sesak yang dirasakannya, panas dan sesak dan malu dan apapun itu sangat menjengkelkan. Tawan berusaha memantapkan dirinya sendiri, bahwa inilah waktunya. Tidak apa-apa, kalau ditolak juga tidak apa-apa toh mereka hanya bertemu saat lebaran.

“Hehe kayak yang gue bilang gue ngestalk lo dan tau lo jadi driver, please don't ask kenapa gue stalk karena gue yakin lo udah paham sendiri. Terus yaa i took the chance, lagipula diantara yang lain gue belum deket sama lo kan... Padahal udah mau 4 tahunan tetanggaan.” Jelas Tawan dengan ringisan malu.

Joss kembali mengangguk tanda mengerti, dia memilih menghormati Tawan untuk tidak bertanya lebih lanjut.

“Oke... Lu gak mau tidur?” Tanya Joss mengalihkan percakapan.

“Oh iya ini mau tidur...” Tawan yang merasakan kecanggungan langsung menyetujui usulan Joss. Tawan kembali memakai maskernya, bersandar pada kursi, dan berusaha untuk tertidur.

Jantungnya berdetak dengan sangat keras, rasanya ingin menangis. Sepertinya dia ditolak kali ini, apakah Tawan harus menyerah saja? Lagipula Tawan sebenarnya tidak mengetahui apakah Joss punya pacar atau tidak. Dia hanya langsung memulai pendekatan tanpa banyak bukti dasar status lelaki itu.

Kalau Joss bukanlah seorang jomblo, Tawan akan mundur saat itu juga karena bagi Tawan, haram hukumnya mendekati lelaki yang sudah memiliki kekasih.

Mungkin besok Tawan akan bertanya, untuk saat ini biarkan dia tertidur karena tubuhnya mulai terasa lelah, dan juga aroma menthol yang memenuhi mobil ini membuatnya merasakan kenyamanan, rasanya seperti dipeluk oleh Joss secara tidak langsung, terasa aman dan nyaman. Tawan menyukai aroma Joss seperti Tawan menyukai lelaki itu.

Ralat, Tawan mencintai lelaki itu.

“Rest well....”

Diantara kesadarannya yang mulai menghilang Tawan mendengar suara lirih yang diyakininya hanya sebuah imajinasi semata, Tawan tersenyum dan mulai jatuh ke dalam alam mimpinya. Meninggalkan Joss yang menyetir dengan ekspresi bahagia yang menghiasi wajah tampannya.